Drap... drap... aku mempercepat langkahku menuju lantai 3 dimana ujian akhir semester ini di langsungkan. Aku pikir sudah terlambat tapi saat aku sampai di depan kelas, merapikan jas alamaterku sambil menjulurkan kepalaku ke dalam kelas, ternyata mbak-mbak, mas-mas dan ibu-ibu masih asyik mengobrol dimejanya masing-masing dan aku melihat meja pengawas masih kosong yang artinya masih belum mulai.
"Dek, duduk di sebelah sini!!" teriak mbak Ita. Mbak Ita menunjuk bangku kedua dari depan. Posisinya lurus dengan meja pengawas.
"Mbak, kok aku disuruh duduk disitu? Padalah posisi mbak Ita enak, di deket tembok, sedangkan aku lurus meja pengawas..." keluhku sambil menunjuk bangku itu.
"Wes tha (sudahlah), yang jaga enak kok." Katanya. Mau tak mau aku pun menurut. Aku duduk di bangku dan meletakkan tasku dimeja. Sambil menunggu aku mengeluarkan buku catatanku.
Jam sudah menunjukkan angka 8.08 tapi pengawas belum juga datang. Aku melanjutkan membaca buku catatanku. Lalu tiba-tiba pengawas sudah berdiri di depan meja pengawas sambil membuka amplop coklat besar berisi soal UAS kami. Aku tutup dan memasukkan buku catatanku kedalam tas. Yang membuatku terkejut bukanlah si pengawas itu datang tiba-tiba namun, yang jadi pengawas adalah Pak Andre.
Dosen yang telah membuat hatiku kacau sejak 2 hari yang lalu.
Kenapa bisa orang ini yang jaga ujian? kataku dalam hati. Fokus Fia!! ujarku dalam hati berulang-ulang.
“Saya beri waktu 60 menit untuk menjawab soal ujian ini. Silahkan dikerjakan dan mohon dikondisikan.” Katanya.
Setelah beliau membagikan lembar soal dan jawaban pada semua mahasiswa, ia pun keluar kelas.
"Oh, jadi ini maksud mbak kalau yang jaga, orangnya enak?" ujarku sambil menulis nama di lembar jawabanku.
"Hehehe... iya dek." sahut mbak Ita.
Sekedar info, aku kuliah di salah satu universitas swasta di Surabaya. Aku mengambil jurusan Teknik Lingkungan setelah dulu aku pernah mengambil D3 Teknik Kimia di salah satu kampus negeri di Surabaya. Jadi disini aku termasuk mahasiswa Transfer atau bisa dikatakan Lintas Jalur, bukan Reguler seperti mahasiswa biasa yang menempuh kuliah selama 8 semester atau 4 tahun. Aku hanya kuliah 4 semester atau 2 tahun disini. Ini adalah semester pertamaku. Awalnya aku ingin melupakan jurusan D3 ku dan mengambil jurusan Pendidikan Matematika karena passion ku ada di dunia pendidikan serta aku lumayan jago di bidang Matematika namun saat mulai mendaftar ke kampus ini, pihak kampus menyarankan supaya aku melanjutkan pendidikan Teknik ku dank arena di kampus ini tidak ada jurusan Teknik Kimia maka aku mengambil jurusan Teknik Lingkungan yang lebih mirip.
"Dek, nyontek!" kata ibu Dian.
Aku berikan lembar jawabanku ke belakang. Aku memang sudah selesai mengerjakan. Hari ini 5 mata kuliah di ujikan tapi hanya 3 mata kuliah yang aku ambil karena yang lain sudah di akui. Tak lama kemudian Pak Andre masuk ke kelas lagi, tepat satu jam kemudian.
"Yang sudah selesai silahkan di kumpulkan ke depan." Ujarnya sambil membuka amplop lagi.
Kalau di lihat-lihat, orang ini tidak seperti biasa. Kaos berkerah biru tua, celana jeans dan sandal. Kurang sopan menurutku karena ia menggunakan sandal di lingkungan kampus apalagi ia sedang menjaga ujian tapi 'ordinary look'. Seperti bukan dosen tapi seorang mahasiswa. Dia memang dosen termuda disini. Sudah menyandang gelar S2 Teknik Lingkungan dan tentu saja belum menikah.
Aku berdiri mengambil lembar jawabanku dari tangan bu Dian yang disodorkan padaku lalu menyerahkan pada pak Andre sambil menenteng tasku.
"Lho, kan masih ada ujian mata kuliah yang lain?" katanya saat melihatku menenteng tas.
"Iya pak, tapi yang jam kedua saya tidak ikut."
"Ya, kalau begitu saya beri yang di ujikan saja, tidak perlu keluar ruangan. Selanjutnya ujian mata kuliah apa?"
"Struktur bangunan, pak."
"Sebentar.." setelah membuka amplop lain untuk mengambil selembar soal lalu memberikan padaku.
Aku pun kembali duduk dan mengerjakan soal itu, seperti sebelumnya setelah mengedarkan absensi beliau keluar lagi. Ini adalah pertama kalinya kami berbincang. Sebelumnya hanya bertemu beberapa kali di ruang dosen dan berpapasan di depan kelas saat pergantian kelas. Tidak ada mata kuliahnya yang aku ambil di semester ini. Tapi entah kenapa sejak dua hari kemarin aku jadi seperti orang gila. Aku benar-benar bingung ada apa sebenarnya dengan hatiku. Ku pegang dadaku yang masih dag dig dug belalang kuncup setelah perbincangan singkat tadi. Tiba-tiba seperti magnet yang ingin selalu melihatnya dan ingin dekat dengannya.
Dua ujian lain sudah aku selesaikan, aku mengemasi barangku dan siap pulang. Sedang yang lain masih ada 2 mata ujian lagi. Aku berdiri dan bersiap keluar kelas, namun sebenarnya ingin berlama-lama di kelas untuk melihat pak Andre tapi akan kelihatan aneh, akhirnya kuputuskan untuk pulang.
"Kartu ujiannya..." ujar pak Andre waktu aku akan meninggalkan kelas.
Aduh, lupa! "Terima kasih, pak." kataku sambil mengambil kartu yang ia sodorkan padaku.
Ia tersenyum padaku.
Waaaah!! ini adalah pertama kalinya aku melihatnya tersenyum, si wajah cuek dan angkuh ternyata bisa senyum juga! Begitulah mahasiswa disini menyebutnya, memang setiap kali bertemu Pak Andre selalu memasang wajah angkuhnya. Malah beberapa teman ada yang menyebutnya sok kegantengan. Tapi kan memang ganteng.
Setelah mengambil kartu ujianku, aku bergegas keluar kelas. Entah bagaimana tampangku saat ini, yang pasti aku malu sekali tapi senyumnya tadi masih teringat-ingat.