Read More >>"> I'm Possible (BAB 14. Back to you) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm Possible
MENU
About Us  

 

Desember, 2018

 

“Saya sangat lega melihat Bu Rima sudah memperlihatkan banyak kemajuan. Jadwal selanjutnya diminggu pertama bulan januari, ya” ujar Dokter Sarah.

Mereka baru saja keluar dari ruang konsultasi dan berjalan bersama menuju lobby rumah sakit. Kinan merangkul lengan Rima dengan bahagia sambil mengusap-usapnya, “Terima kasih banyak, Dok. Ibu pasti ga sabar buat ketemu Dokter lagi”

“Baik, saya antar sampai disini, ya?”

“Iya, Dok”

“Dimana Pak Rio? biasanya menunggu dilobby?”

“Kebetulan sedang menuju kesini, Dok.”

Sebenarnya hujan lebat diluar sana membuat Kinan merasa cemas menunggu Rio yang telat lebih dari setengah jam. Tidak biasanya. Atau mungkin sedang terjebak macet.

“Apa Rio ga jemput Ibu?” tanya Rima.

“Jemput kok, Bu. Tapi masih dijalan, Kinan coba telpon dulu kalo gitu."

Ia pun memutuskan untuk menghubungi Rio, karena takut terjadi apa-apa dengan Rio. Musim hujan seperti ini tidak jarang membuat jalanan menjadi macet karena banjir dimana-mana ataupun pohon besar yang tumbang.

“Kamu masih dirumah sakit kan? udah selesai? aku baru aja masuk nih” jawab seseorang diseberang sana.

“Syukur deh. Aku khawatir soalnya kamu telat. Yaudah aku keluar lobby sekarang.”

Melihat mobil Rio berhenti, Kinan segera membantu Ibu nya masuk dan duduk dikursi belakang. Sementara Kinan, tentu saja menemani Rio duduk didepan. Tidak lupa Kinan menanyakan mengapa Rio telat dan bagaimana kegiatan Rio hari ini. Jika sedang bersama seperti ini, Kinan biasanya sangat nyaman mendengarkan Rio berbicara. Selain obrolan mengenai bisnis, Rio juga suka berbagi banyak hal yang membuka wawasannya. Selama ini Rio lah yang membantu dan mendukung nya untuk menjalankan restauran nya hingga menjadi lebih berhasil seperti sekarang. Karena sikap nya yang hangat, Rio juga dengan mudah dekat dengan Ibu dan Bibi An.

Setelah 1 jam perjalanan yang lumayan macet, akhirnya mereka sampai dirumah Kinan. Saat sedang melepaskan seatbelt, tidak sengaja Kinan melihat Ibu nya yang tertidur dan terlihat sangat pulas. Ah, Ibu nya pasti sangat lelah mengikuti kegiatan dirumah sakit sejak pagi. Ia pun membangunkan Ibu nya, dengan perlahan Rima membuka matanya dan tersenyum melihat Kinan. Sementara itu Rio keluar untuk memayungi Rima yang hendak keluar mobil. Melihat Ibu nya senang terkena air hujan membuat Kinan ikut tersenyum senang. Namun, ada hal yang membuatnya terdiam sejenak. Ia baru menyadari, payung yang Rio gunakan sama persis dengan payung yang Julian gunakan saat ia memutuskan untuk diantarkan oleh Julian waktu pertama kalinya bertemu.

“Kin… Kinan” suara Rio cukup membuatnya terkejut. Ternyata dari tadi ia melamun.

Rio tersenyum sambil mengambil tas milik Kinan, “Kamu ga mau turun emangnya? atau mau dimobil aja”

“Ah, aku jadi ngantuk ujan-ujan begini” ujar Kinan.

Setelah mengantarkan Rima masuk ke kamar nya dibantu oleh Bibi An, Kinan kembali keluar untuk mengantarkan Rio. Padahal ia meminta Rio untuk mengganti kemeja nya yang basah terlebih dahulu. Namun mau bagaimana lagi, Rio sudah harus pergi untuk menemui rekan bisnisnya.

“Aku jalan, ya. Nanti malem kalo sempet, aku mampir lagi sebentar” ucap Rio sambil bersiap berjalan ke mobilnya.

Kinan pun melepaskan genggaman tangannya dan mengangguki ucapan Rio.

“Hati-hati dijalan...” ia melambaikan tangannya.

Begitu mobil Rio hilang dari pandangannya, Kinan langsung masuk untuk mengambil alat pembersih dan membersihkan lantai yang kotor karena bekas sepatunya. Namun, terlihat sebuah mobil datang dan berhenti tepat didepan rumahnya. Ia pun meletakkan alat pembersih tersebut dan mencuci tangannya dengan air hujan.

Tanpa sadar ia menghela nafasnya, namun terasa sangat berat. Arah pandangan matanya terkunci.

“Kinan…”

Tidak ada sepatah katapun yang dapat keluar dari bibirnya. Ia hanya berdiri dan terdiam karena terkejut melihat Julian lah keluar dari mobil hitam tersebut dan langsung berjalan menghampirinya.

Ya, Kinan yakin laki-laki itu adalah Julian.

Karena keluar dari mobil begitu saja tanpa menggunakan payung, rambut dan bahu Julian menjadi  basah.

Ia mengusap rambutnya kebelakang.

“Kin, aku minta maaf karena aku baru bisa nemuin kamu sekarang, waktu itu aku pergi tanpa bilang apa-apa dan selama ini…” tanpa jeda Julian berusaha berbicara untuk menjelaskan semuanya, namun Kinan menghentikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“… aku pikir kejadian itu udah terlalu lama buat dibahas lagi, sekarang. Kamu, lebih baik ga dateng lagi karena selama ini aku anggap kamu udah bener-bener pergi” dadanya menjadi sesak setelah mengatakan hal itu kepada Julian.

Begitupun Julian, hatinya juga terasa sakit mendengar ucapan Kinan yang jelas sangat membencinya, “Aku mau bicarain semuanya meskipun kamu ga mau denger. Aku mau jelasin semuanya sekalipun kamu ga mau tau.”

Kinan tersenyum tidak percaya dan terus menatap Julian, “Buat apa kamu mau jelasin hal-hal yang udah ga penting lagi? toh kamu... semuanya udah berubah! aku dan kamu udah bukan kita lagi. Yang terpenting, aku udah punya..” tiba-tiba tangannya diraih dan dicengkram oleh Julian. Wajahnya terlihat sangat marah.

“Aku tau.. kamu akan tunangan beberapa hari lagi. Kamu dan Rio. Sekarang aku cuma mau, kamu dengerin penjelasan aku. Setelah itu semuanya terserah kamu” ucap Julian dengan menekan setiap kata-katanya hingga membuat matanya terlihat memerah dan berkaca-kaca.

Hatinya masih terus bertanya-tanya, haruskah ia membiarkan Kinan jatuh ke pelukan laki-laki lain? Dan, masih pantaskah ia meminta Kinan untuk kembali padanya setelah dengan tidak tahu diri pergi begitu saja dan datang disaat Kinan sudah menemukan penggantinya.

Genggaman itu seketika terlepas. Kinan berlari begitu saja meskipun dibawah derasnya hujan karena melihat mobil Rio yang pergi menjauh, setelah ia secara tidak sengaja melihatnya. Namun, kakinya tidak berlari secepat itu. Mobil Rio sudah tidak dapat ia kejar lagi.

Kinan menangis sesaat setelah ia berhenti berlari. Sudah berapa lama mobil Rio berada disana, entahlah.

Melihat Kinan yang menangis terisak-isak membuat Julian sangat merasa bersalah, ia sama sekali tidak tau bahwa Rio melihat nya menemui Kinan. Mungkin kah sekarang kebencian Kinan terhadap dirinya semakin dalam. Kinan bahkan belum mendengar apapun darinya. Belum sempat ia berbicara, Kinan sudah berjalan lebih dulu dengan langkah yang cepat. Ia pun mengikutinya.

“Apa lagi? apa kamu masih mau jelasin hal-hal yang jelas-jelas ga mau aku tau? hah?” teriak Kinan kepada Julian.

“Aku akan bicara, tapi nanti setelah kamu keringin badan kamu. Kamu bisa sakit kalo ujan-ujanan begini..” ujar Julian.

Sampai didepan teras, Kinan berhenti dan menghadap Julian, “Iya! Hati aku sakit karena hujan! Gara-gara hujan aku harus ketemu sama kamu! selama bertahun-tahun setiap kali hujan aku harus inget sama kamu! Dan.. sekarang kamu juga dateng tanpa aku harapin, disaat hujan! Menurut kamu, apa lagi yang harus aku benci dari hujan, apa?!!”

Julian terdiam mendengar ucapan Kinan. Benar, semuanya terjadi ketika hujan. Pertemuan mereka karena hujan sudah menyakiti Kinan. Betapa bodohnya Julian memikirkan apa yang sudah ia lakukan, meninggalkan Kinan tanpa pamit bahkan saat itu ia membiarkan hubungannya berjalan tanpa status.

Julian hanya mengangguk lalu menundukkan kepalanya, sebenarnya air matanya bisa saja turun namun sekuat tenaga ia meredakan sesak didadanya. Pertemuan ini, adalah pertemuan yang sudah ia nantikan selama 5 tahun. Tetapi, keadaan memang sudah berubah. Perasaan Kinan juga mungkin sudah berubah, begitu pikir Julian.

“Bibi… “ melihat Bibi An yang baru saja keluar dan melihatnya bertengkar dengan Julian, membuat Kinan sedikit terkejut.

Sementara itu Julian mengusap wajahnya dan memberi salam kepada Bibi An. Ia sangat merasa bersalah telah menyakiti hati Kinan, hingga ia tidak memiliki muka lagi untuk bertemu dengan Bibi An jika tidak secara kebetulan seperti ini.

Matanya yang masih terlihat sembab meskipun sudah ia kompres, membuatnya sedikit malas untuk keluar kamar. Setelah selesai mandi, Kinan masih terus duduk didepan meja riasnya sambil mengeringkan rambut. Matanya terus melihat kaca, menatap keadaan dirinya. Sedari tadi ia sudah berkali-kali menghubungi dan mengirimi Rio pesan, namun nihil. Jelas Rio akan sangat kecewa dengan dirinya. Terlebih lagi, Rio tidak tau apa-apa mengenai Julian.

“Kalau memang seperti itu Bibi mengerti, tetapi Bibi tidak tau bagaiman dengan Kinan. Sebab, 4 hari lagi Kinan akan bertunangan. Tapi Bibi juga berharap meskipun nanti Nak Julian tidak bisa kembali bersama dengan Kinan, kalian masih bisa menjaga hubungan baik” ujar Bibi An yang sedari tadi menemani Julian diruang tamu. Ia juga menyiapkan kamar mandi, baju ganti, serta teh hangat untuk Julian.

“Saya benar-benar minta maaf, Bi. Saya memang tidak bertanggung jawab karena membiarkan Kinan begitu saja. Tetapi, saya juga benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa karena perintah Papah” ucapnya dengan penuh penyesalan.

Bibi An mengangguk mengerti, “Bibi paham kalau memang seperti itu situasinya. Sebentar, biar Bibi panggilkan Kinan.”

Julian telah menceritakan semuanya yang sebenarnya terjadi.

“Apa lagi?” tanya Kinan yang baru saja keluar dari kamarnya dan duduk dihadapan Julian.

“Aku minta maaf…”

Lagi-lagi kata maaf yang Julian ucapkan, “Bibi minta aku buat dengerin penjelasan dari kamu” ujar Kinan tanpa ekspresi.

“Oke. Sebelum aku kesini, aku sempet kerumah Kenzo. Disana ada Dara juga, dan mereka marah. Tapi setelah aku jelasin semuanya, mereka ngerti. Jujur, hati aku rasanya sakit setelah mereka ngasih tau kalo kamu beberapa hari lagi mau tunangan.”

“Hati kamu sakit? masih pantes kamu bicara begitu? aku rasa kata-kata itu lebih cocok buat aku…”

“Aku belum menikah. Itu yang mau kamu tau, kan?” ujar Julian dengan yakin.

Seketika Kinan terdiam, kata-kata itu benar-benar membuatnya semakin merasa cemas. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan.

“Yang kalian tau, aku pergi ke Shanghai gitu aja tanpa perduli pamit. Dan, kalian ngira aku udah nikah sama Sheina? aku sama sekali ga berusaha buat ngasih kabar dari sana? Kamu harus tau, setelah hari dimana kamu nerima hasil test kuliah. Papa dateng udah dengan keputusannya, aku harus masuk ke salah satu kampus disana, Papa selalu nungguin aku dikampus sampe akhirnya proses pindah selesai. Dan, yang paling memperburuk situasi, ponsel aku udah ditangan Papa sejak saat itu. Sampe aku berangkat ke bandara dan pindah ke Shanghai bareng Sunny, aku ga bisa ngelakuin apa-apa. Memang semua itu aku ikutin demi janji yang Papa kasih. Kalau aku penuhin perintahnya, Papa janji bakalan buat keluarga kita kumpul lagi, harmonis lagi. Aku ga mungkin nolak karena hati aku luluh, semua itu memang yang aku butuhin sejak lama. Dan yang kalian pikir waktu itu aku menikah, itu Sunny. Memang aku dan Sheina yang siapin semuanya, karena sifat Sunny memang seperti itu, kan.”  jelas Julian. Hatinya sedikit lega setelah berhasil mengatakan itu semua.

Mendengat penjelasan Julian sangat membuat Kinan hampir tidak mempercayai nya. Ia sama sekali tidak berpikir mengenai hal itu, jelas Papa nya ingin memberikan yang terbaik untuk Julian. Kini perasaan marahnya mulai berkurang. Apa lagi setelah mengetahui Julian mengikuti perintah Papanya, demi mendapatkan kehidupan yang ia inginkan sejak lama. Kesendiriannya, kesepian nya, semua akan terobati jika ia memilih pergi. Tentu saja.

Hampir Kinan tidak dapat berkata apa-apa, “Selama ini aku selalu tanya sama diri aku sendiri, apa aku ngelakuin kesalahan sampe kamu pergi gitu aja disaat hati aku sepenuhnya yakin sama kamu. Tapi, ternyata itu semua salah. Aku juga minta maaf karena menyimpan rasa sakit dan benci yang terlalu dalam” tanpa sadar air matanya lolos begitu saja. Apa yang ia sedih kan, ia tidak tau.

Alih-alih merasa lega mengetahui bahwa Julian belum menikah, ia justru teringat dengan Rio. Kini, dirinya lah yang sudah menemukan pengganti Julian. Meskipun ia menerima lamaran Rio hanya karena merasa cukup dengan apa yang telah Rio lakukan untuk nya selama ini.

Julian memperbaiki posisi duduknya, mungkin semuanya sudah cukup. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, “Kamu pikir, setelah 5 tahun berlalu perasaan aku berubah?... kenyataannya, bahkan sampe detik ini, aku berharap masih ada yang bisa diperbaikin. Tapi, oke semuanya udah jadi masa lalu buat kamu. Selamat sebentar lagi kamu dan Rio, tunangan”

Melihat Julian berdiri, membuat Kinan ingin mengatakan sepatah kata yang terasa sangat sulit untuk diucapkan. Apa yang sebenarnya ingin ia katakan? dan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan? Jantung nya berdetak lebih cepat dari pada biasanya. Refleks ia bejalan mendekat.

Kinan menangis dipelukan Julian.

“... aku ga bisa liat kamu pergi lagi… aku bohong kalo aku bilang perasan itu udah mati. Semuanya masih sama, aku masih nungguin kamu. Tapi aku dan Rio…”

Jujur dengan apa yang ia rasakan sebenarnya, adalah pilihan Kinan. Meskipun ia sangat takut menyakiti dan mengecewakan Rio. Tetapi, ia lebih takut jika harus kehilangan Julian untuk yang kedua kalinya. Saat mendengar Julian menyerah dan memberikan selamat atas pertunangannya, hati nya justru semakin cemas dan mengatakan bahwa ia harus mengakui perasaannya. Mungkin sekarang ia menjadi seseorang yang sangat jahat bagi Rio. Setelah sekian lama menggantungkan hubungannya dengan Rio karena hatinya yang belum kunjung yakin, lalu akhirnya menerima lamaran Rio hanya karena merasa cukup melihat kesetiaan Rio. Kinan rasa hal itu menjadi alasan nya harus jujur dan mengambil keputusan untuk memilih kembali bersama Julian.

 

----

 

“Jadi sekarang Keluarga kamu udah bener-bener tinggal di Jakarta?” tanya Kinan.

Senyuman itu mengembang dari wajah Julian yang duduk disampingnya. Mereka menikmati suasana malam dicafe tempat Kinan bekerja dulu.

“Mama, Papa, dan aku. Kita udah mutusin buat tinggal di Jakarta. Sementara Sunny tinggal di Kopenhagen, ikut keluarga suaminya. Nanti setelah kita menikah, kita bisa cari rumah dideket rumah keluarga aku. Oke?” tanya Julian meminta persetujuan dari Kinan.

“Hmm, Oke!”

Beberapa minggu telah berlalu dan mereka lewati bersama. Tidak lupa, selain Rio yang memutuskan untuk merelakan Kinan untuk Julian. Broto juga membuat hubungan mereka kembali bersatu.

Banyak hal didunia ini yang bisa merubah kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Seperti kebahagiaan dan kekecewaan. Entah, akhir-akhr ini Kinan selalu memikirkan beberapa hal seperti itu.

Seperti, dulu saat ia harus berangkat ke Jakarta untuk mencari Ibu nya. Awalnya ia tidak begitu yakin dan selalu memikirkan ketidakmungkinan nya, tetapi semuanya menjadi mungkin. Ia pun bertemu dan bisa bersama-sama dengan Ibunya. Lalu, saat ia berpikir ia tidak mungkin pantas berharap untuk mendapatkan hati Julian, setelah beberapa bulan berjalan Julian pun mengakui perasaannya. Dan, yang paling luar biasa saat ia berpikir Julian sudah benar-benar pergi, pada akhirnya Julian kembali. Meskipun setelah bertahun-tahun.

Kini tidak ada kata IMPOSSIBLE lagi dalam hidupnya, melainkan hanya akan ada kata I'M POSSIBLE.

---


 

*FLASHBACK*

 

KOPENHAGEN, DENMARK.

 

Kelahiran bayi laki-laki Sunny dan Ryoji, membuat Broto sangat bahagia.

Ia berjalan menghampiri Julian yang berdiri dibelakangnya.

“Setelah ini, Papa minta kamu dan Mama untuk pulang ke Indonesia dan tinggal bersama-sama lagi dirumah kita. Temani masa tua Papa. Kamu sudah menuruti perintah Papa lebih dari yang Papa harapkan. Kuliahmu sudah selesai, dan saham diperusahaan atas nama mu juga  sudah Papa persiapkan” ujar Broto dengan tulus.

Julian sangat bahagia mendengar ucapan Papa nya. Dengan erat pula Broto memeluk Julian.

“Dulu. Mama mu sama seperti Kinan. Tidak hidup dengan berkecukupan tetapi memiliki kepribadian dan tekat yang kuat. Saat itu Papa memutuskan untuk mendukung dan membantu biaya kuliah Mama mu. Papa mendukung bisnisnya dan membiarkannya tinggal di Shanghai, meskipun harus jauh. Tetapi itu lah mimpi yang selama ini Mama mu kejar. Harus ada yang di korbankan juga agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Seperi jarak dan waktu. Untuk itu Papa yakin, sekarang Kinan juga sudah menyelesaikan studi dan menjadi lebih baik lagi. Dia pasti masih menunggu kamu. Jadi, temui dia begitu sampai di Indonesia”.

 

*SELESAI*

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Move On
208      174     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
Nobody is perfect
12141      2174     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Babak-Babak Drama
421      287     0     
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting! Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Story Of Me
3194      1150     6     
Humor
Sebut saja saya mawar .... Tidaak! yang terpenting dalam hidup adalah hidup itu sendiri, dan yang terpenting dari "Story Of me" adalah saya tentunya. akankah saya mampu menemukan sebuah hal yang saya sukai? atau mendapat pekerjaan baru? atau malah tidak? saksikan secara langsung di channel saya and jangan lupa subscribe, Loh!!! kenapa jadi berbau Youtube-an. yang terpenting satu "t...
You Can
997      632     1     
Romance
Tentang buku-buku yang berharap bisa menemukan pemilik sejati. Merawat, memeluk, hingga menyimpannya dengan kebanggaan melebihi simpanan emas di brankas. Juga tentang perasaan yang diabaikan pemiliknya, "Aku menyukainya, tapi itu nggak mungkin."
NAZHA
397      297     1     
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi. andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
The War Galaxy
11269      2338     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Perfect Love INTROVERT
9215      1723     2     
Fan Fiction
Kenangan Masa Muda
5731      1617     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
THE WAY FOR MY LOVE
412      317     2     
Romance