-Begitu banyak cinta didunia ini yang menawarkan segalanya. Salah satunya adalah kebahagiaan. Mereka begitu indah untuk diperlihatkan. Namun, terkadang semuanya berakhir begitu saja seperti cinta pada umumnya. Entah, apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang akan terjadi. Nanti.-

Seiring berjalan waktu, tentu saja banyak hal yang telah berubah. Semuanya tidak lagi sama. Banyak hal baik yang terjadi, juga tidak sedikit hal menyakitkan yang terjadi. Begitupun yang terjadi dengan hidup Kinan. Sampai saat ini, banyak kebahagiaan yang semakin hari semakin membuatnya lupa akan rasa sakit yang pernah terjadi beberapa tahun silam. Berkat kekuatan dan tekatnya, kini hidupnya terasa jauh lebih baik.

“Mbak, tolong siapin makanan yang udah saya list tadi ke meja dideket patung ya. Temen-temen saya udah dateng soalnya” ujar Kinan.

“Baik..”

Ia berjalan menghampiri Kenzo, Jay, Dara dan Zee.

“Wah, ga lagi sibuk kan?” Zee tersenyum melihat Kinan menyempatkan waktu untuk menemani mereka makan.

Kinan menggelengkan kepalanya. “Aku udah siapin makanan buat kalian, kita ngobrol-ngobrol aja dulu”.

Kinan memulai obrolan seperti biasanya.

Sejak 2 tahun lalu, Kinan berhasil mengembangkan kedai milik Bibi An menjadi sebuah restauran meskipun tidak terlalu besar. Pemasukannya pun juga sudah membantu banyak dalam kehidupan mereka, termasuk biaya kuliah dan penyembuhan Ibunya.

“Wah, makanan dateng..” sudah jelas terlihat, disini Dara lah yang paling kelaparan.

“Pelan-pelan makannya, Dar” ucap Kinan mengingatkan Dara supaya tidak tersedak.

Sementara yang lain terlihat antusias mengomentari banyak hal, Jay justru terlihat tidak banyak berbicara. Sebenarnya ada yang ingin ia sampaikan, tetapi mengapa rasanya sangat canggung untuk membahasanya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengatakannya, biar bagaimana pun juga hal ini adalah apa yang mereka ingin ketahui juga.

“Hmm, sebenernya kemarin gue abis dari rumah Julian lagi” untuk yang kesekian kalinya, ia pergi kerumah Julian untuk mencari tahu kabar Julian. Sejak saat itu, mereka tidak lagi mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Julian bahkan tidak mengatakan apapun sebelumnya. Yang pasti, sampai saat ini mereka hanya menduga jika Julian pindah ke Shanghai untuk tinggal bersama Ibunya. “Gue berhasil dapet sedikit informasi dari Mbak Ning. Kebetulan aja dia baru keluar dan jalan kaki sendirian”.

Mendengar ucapan Jay, membuat mereka semua terdiam. Informasi apa yang berhasil Jay dapatkan? Padahal selama ini berkali-kali diantara mereka mampir kerumah Julian, namun Mbak Ning tidak pernah mau membukakan pintu.

Dara berhenti makan begitu saja, ia meminta Jay untuk langsung memberitahu saja apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Kinan menatapnya tanpa ekspresi, membuat Jay tidak yakin tentang hal yang harus ia katakan.

“Udah Jay, cepet kasih tau…”

“Mbak Ning cuma ngasih tau, kalo Julian emang bener udah pindah ke Shanghai sejak 2013. Tapi…” belum sempat Jay melanjutkann, tiba-tiba Kenzo menyela ucapannya begitu saja.

“Taun lalu, setelah kelulusan. Sheina sempet bilang ke gue kalo dia mau ngelanjutin karir nya ke Shanghai”.

“Tunggu dulu.. ahh ga mungkin” mereka kebingungan melihat Jay memegangi kepalanya seperti telah terjadi sesuatu.

“Apaan sih Jay, kenapa?”.

“Apanya yang ga mungkin, hah?” mereka semua semakin penasaran mengapa Jay seperti ini.

Sementara Kinan, hatinya semakin gelisah menunggu jawaban dari Jay. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, perasaannya sudah berubah. Ia seharusnya tidak secemas ini mendengar kabar Julian.

Setelah pikirannya kacau karena terlalu banyak menerka-nerka, akhirnya Jay melanjutkan pembicaraannya.

“Ah, gue ga tau mesti gimana ngomongnya. Tapi, pas kemarin gue tanya Papa nya Julian ada atau engga karena gue mau nanya langsung. Mbak Ning justru jawab kalo Pak Broto udah 3 hari di Shanghai buat ngurus pernikahan anaknya” ujar Jay.

Kenzo terlihat sangat putus asa, ia sangat kesal mendengarnya. “Ya kenapa lo ga tanya siapa yang nikah?”.

“Gue udah tanya, Ken. Mbak Ning nya yang ga mau jawab. Dari dulu, Pak Broto kan emang ngatur banget soal apa yang harus dilakuin sama anaknya. Lo ga inget dulu? Julian selalu bilang kalo Papa nya ngawasin banget soal kuliahnya”.

Mereka semua menghela nafasnya karena tidak menyangka dengan kabar yang mereka dapatkan. Memang belum pasti apakah Julian atau Sunny yang menikah, tetapi jika di pikir-pikir seharusnya Sunny sudah lama menikah setelah mengira-ngira usia Sunny sekarang ini kurang lebih 27 tahun.

Mereka tidak tau bagaimana harus bersikap kepada Kinan. Apakah Kinan masih memperdulikan Julian atau tidak. Ditambah lagi Julian memang keterlaluan, bagaimana bisa ia meninggalkan Kinan begitu saja bahkan tanpa kata pamit sedikitpun.

“Kin, lo ga papa kan?” tanya Dara dengan ragu-ragu.

Kinan terus tersenyum, meskipun ia tidak tau apa yang sedang ia rasakan. “Ga papa lah, emang kenapa”.

“Iya, lagian udah 2016. Jaman kan berubah, sekarang Kinan juga udah sama Rio”

“Iya, Zee”.

---

Seharian ini setelah berkumpul dan membahas tentang Julian. Kinan menjadi sangat lelah dari pada hari biasanya. Begitu pulang kerumah, Kinan langsung mengecek Bibi dan Ibu nya yang ternyata sudah tidur dengan lelap. Ia pun masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya dikasur. Meskipun sudah sangat lelah dan mengantuk, Kinan masih harus menghubungi Rio. Karena sejak tadi ia sangat sibuk membuat laporan keuangan, dan ia terpaksa mengabaikan panggilan dari Rio. Mungkin sekarang Rio masih menunggu kabar darinya.

Kinan pun menghubungi Rio sebentar untuk sekedar mengabarinya.

“Rio..”

“Udah selesai kegiatan hari ini?” tanya Rio dengan penuh perhatian.

“Hmm. Kamu gimana? Hari ini ada kegiatan apa aja?”.

“Seperti biasa. Juga, tadi sore aku sempet jemput Ayah dibandara. Aku pikir tadi kita bisa ketemu sebentar, tapi kayanya kamu sibuk jadi aku cuma tunggu kabar dari kamu aja”.

Kinan mengangguk.

“Iya, hari ini aku capek banget”.

“Yaudah, kamu langsung istirahat aja. Besok aku jemput dilobby rumah sakit jam 1 siang, ya?”

“Oke. Kalo gitu, good night.. aku tutup, ya?”

“Good night. Ok…”

Hanya sampai disitu. Biasanya ia dan Rio bertelepon lebih dari setengah jam. Tetapi malam ini, ia ingin tidur lebih awal. Besok pagi, ia harus menemani Ibu nya untuk menemui Dokter di rumah sakit.

Setelah melalui banyak tahapan terapi dan pengobatan, kesehatan Rima  berangsur membaik. Rima sudah bisa berbicara sedikit banyak mengenai beberapa hal. Rima kini juga sudah menyadari siapa Kinan, dan orang-orang disekitarnya. Namun, juga belum sepenuhnya normal karena masih terus mengikuti jadwal untuk menemui Dokter yang menanganinya.

Kinan meletakkan ponselnya dinakas dan kembali ke posisi tidurnya. Malam ini terlalu sepi tanpa suara, sehingga pikirannya dengan mudah memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin ia pikirkan lagi.

Waktu berlalu begitu cepat, sejak kepergian Julian. Kinan berusaha untuk terus bertahan dan menjalani hidupnya dengan penuh ambisi. Meskipun awalnya terasa sangat sulit dan menyakitkan, namun sekarang semua itu hanyalah masa lalu. Saat ini sudah ada Rio di hidup nya yang selalu ada disaat dirinya senang dan sedih. Namun, sebenarnya Kinan masih belum bisa memberikan kepastian apapun kepada Rio. Ia pikir Rio akan menyerah dan mencari seseorang yang lain, namun Rio justru bertahan dan menerima dirinya apa adanya.

Tentu saja Kinan bahagia, ia sangat nyaman berjalan bersama Rio.