Tidak disangka aku sudah diujung cerita ini. Dimana ini adalah sebuah tahapan akhir ceritaku dan kalian yang pernah melukis kisah kehidupan bersamaku. Jam sudah tepat berada 23:50 WIB. Aku adalah serpihan masa lalu, aku adalah bagian masa sekarang dan aku adalah impian masa yang akan datang. Aku sudah ingin sekali tidur nyenyak bersama mimpiku untuk bisa saling menyapa dan menyelam larut dalam kebahagiaan masa laluku. Aku sudah punya ikatan dalam lembaran baru. Sebuah ikatan yang akan selalu melintasi sepanjangku berjalan dan sepanjang aku melayang dalam dunia ini.
Dia akan menjadi malaikat hati tapi tidak akan pernah menjadi dirimu yang berada dimasa laluku. Karna dia dan kamu itu berbeda. Berbeda saat bahagia dan berbeda saat tersenyum juga berbeda saat memeluk hari hari indahku. Aku dan dia, bukan aku dan kamu yang dulu. Aku yang dulu adalah sebuah garis kegagalan dan aku yang sekarang adalah suatu keberhasilan yang tertunda dari masa lalu.
Kamu dan dia sama pernah mengajarkan apa arti indahnya hidup, apa arti tujuan hidup dan apa arti sebuah memiliki ikatan. Bedanya kamu adalah masa lalu dan dia adalah masa sekarangku. Aku percaya, bahwa masa lalu dan masa sekarang menyatu akan terwujud sebuah keindahan dimasa yang akan datang.
Hidup dimasa lalu adalah keindahan bagiku dan hidup masa saat ini adalah kebahagiaan bagiku dan hidup dimasa depan adalah impian bagiku. Ku pikir sudah waktunya untuk berhenti sejenak. Tinggi khayalku sudah menjadi batasku. Aku berjanji kepada masa laluku, aku akan memberikan kenyamanan hati dan ketulusan hati kepada dirinya yang sekarang ada didalam hidupku. Andai dulu, aku dan kamu tidak saling merasakan luka dan perih, mungkin kita bisa ada disini untuk malammu dan untuk senjaku.
Ku sadari semuanya, bahwa aku hanya singgah sesaat yang dulu pernah memberikan goresan luka didalam hatimu. Ku akui semuanya, bahwa aku hanyalah kegagalan anganmu yang tidak engkau pikirkan.
“Maafkan Aku Putri Aisyah, Maafkan Aku Malaikat Hatiku”
“Aku Cinta Kamu, Aku Sayang Kamu, Aku Bahagia Bisa Memiliki Dirimu”