Dimalam harinya, sekitar setelah aku sudah menunaikan ibadah sholat isya dirumah. Terdengar suara banyak sepeda motor diluar rumah. Ku izin ingin keluar bareng teman temanku.
“Bu... Kevin izin dulu mau keluar bareng teman” ucapku
“Jangan pulang kemalaman ya nak. Kamu masih anak sekolah” jawab Ibuku yang sedang asyik duduk berdua bersama ayahku
“Jangan buat yang aneh aneh ya diluar” ucap ayahku sambil meminum teh hangat
“Iya Yah” jawabku sambil mencium kedua tangan Ayah dan Ibuku.
Aku berjalan keluar rumah menghampiri teman temanku yang sudah menungguku. Ku dorong vespa tua milik ayahku keluar rumah. Dimalam itu, aku bersama sama temanku berkeliling kota Tanjung balai. Masih ku ingat sisa sisa masa laluku. Bersama faisal dan bray dengan teman temannya lainnya. Kami terbawa suasan malam yang penuh kebahagiaan. Sepanjang jalan sudirman, kami tertawa layaknya dunia hanya milik kami saja.
Tawaku terhenti. Kepada hati itu akan menjadi diam. Mencoba aku merasakan hatinya tapi aku tidak berdaya. Dia sedang duduk bareng bersama seseorang yang aku lihat tadi sore dijembatan. Mencoba tahan dari diamku, keinginanku ingin sekali menyapa dirimu. Aku tidak mampu melakukannya, karna aku dan dia sudah punya batas. Dia kulihat sedang asyik dengan dunia yang sekarang. Inilah kesalahan yang sering dilakukan para cowok. Melupakan kenyamanan malah memikirkan kesenangan sesaat. Tapi aku dapat memaklumi diriku sendiri yang dulu masih duduk dibangku kelas tiga smp. Pikiran untuk menjalin suatu hubungan dengan seseorang belum ingin aku lakukan. Hanya yang ingin ku lakukan adalah menghiasi dan menemani canda tawa bareng teman temanku. Semasa aku masih smp dulu, aku kurang tertarik dengan namanya cinta. Tapi setelah melihatnya malam itu, aku jadi terbelunggu oleh ikatan cinta. Yang dulu hatiku membeku dalam urusan cinta dan kini menjadi cairan cinta yang mengalir deras bersama darah.
Ku ingat sekali dimalam itu. Aku pertama kali merasakan kehilangan tentang arti cinta. Mencoba untuk tetap diam namun mataku mulai memalingkan dari pandangannya kepada dirinya. Sial... sudah dua kali dunia mempermainku. Kini aku harus membiasakan untuk bercerita tentang cinta. Harus ku akui aku salah dalam masalah cinta, karna aku ini adalah anak yang masih lugu dalam urusan cinta. Ah... ini dilema besar dalam hidupku selanjutnya. Aku pergi meninggalkan kenanganku dimalam itu. Lebih baik aku sekarang tidur dulu. Esok pagi aku akan memulai cerita tentang kisah sahabatku. Selamat tidur kawan.