Tidak terasa tahun ketiga dimasa smpku. Aku merasa akhir cerita dimasa smpku akan berakhir. Sehabis libur lebaran tahun 2009, aku dan yang lainnya kembali masuk sekolah. Dihari pertama masuk sekolah turun hujan, tidak kusangka zulham singgah melewati depan rumah. Ia menghentikan laju sepedamotornya. Masihku ingat sepedamotor menjadi idaman para wanita pada saat itu, tidak salah zulham punya sepedamotor satria fu. Ituloh sepeda motor idaman banyak wanita. Dimasa smpku dulu kalau punya sepeda motor itu, jangan ditanyak siapapun wanita langsung klepek klepek.. hehehe....
“Iya sebentar ya” ucapku dari dalam rumah
“Bu...” ucapku
“Iya....ada apa nak ?”
“Kevin pigi berangkat sekolah ya” ku sambil mencium tangan Ibu
“Assalamualaikum Bu...”
“Waalaikumsalam... Hati hati ya” ucap Ibu melihatku sudah dibonceng zulham diatas sepeda motornya. Ku teringat saat itu adalah detik detik terakhirnya aku dan dia. Tidak kusangka aku dan zulham harus berpisah, dan hidup didunianya masing masing.
“Vin...” ucapnya
“Iya.. ada apa teman” ku jawab
“Kamu tahu ndak” katanya
“Ndak. Memang kenapa ?” ku tanya
“Biasanya cewek duduk bersamaku tapi kamu menjadi saksi hari terakhir”
“Hari terakhir, apa maksud mu ?” ku tanya
“HAHAHAA.... Aku makin ngaco ya” zulham tertawa
Aku pun tertawa
“Kamu tahu ndak tanda tanda orang mati ?” zulham bertanya
“Ndak, kenapa kamu tanyak hal kayak begituan” ku jawab
“Biar seru aja...” jawabnya
“Emang kalau mati seru ya ?” ku tanya
“Serulah... aku bisa duluin kau sama yang lain” jawabnya sedikit tertawa kecil
“Duluin gimana ?” ku tanya
“Aku duluan ke akhirat, tahu surgalah....” Zulham tertawa
Aku pun ikut tertawa
“Kalau kau gak jadi ke surga, gimana ?’ ku tanya lagi
”Setidaknya aku duluin kau mencium bau surga, Hahaha.....” Zulham tertawa
Aku tertawa
“Kalau kau ndak jadi mati gimana ?” ku tanya
“Ya harus matilah, kalau tidak aku tidak tahu surga” jawabnya.
Aku jadi teringat ucap sahabatku, dulu aku juga pernah dibonceng sama sahabatku seperti ini. Dia sahabatku berkata kepadaku, kematian adalah kunci penyempurna kehidupan manusia dan kematian adalah tempat istirahat yang paling baik, dan karena kematian juga kita semakin dekat dengan surga. Benar juga apa yang diucapkan sahabatku. Jika ingin masuk surga ya harus mati dululah. Tidak terasa, akhirnya aku dan zulham tiba diparkiran sekolah. Aku dan zulham berjalan menuju ruangan kelas. Aku merasa ada yang aneh, ku berbalik badan dan zulham hanya tersenyum melihatku. Zulham menghentikan langkah kakinya.
“Zul... Mau kemana ?”
“Waktunya aku sudah pergi teman. Terima kasih sudah mau aku ajak naik sepeda motorku hari ini” ucapnya sambil berbalik badan
“Tidak masalah teman. Tapi kau mau pergi kemana. Kita harus masuk kelas”
“Tidak untuk hari dan selamanya. Aku sudah berhenti belajar sekarang. Waktuku untuk tidur sejenak menanti hari itu tiba” jawabnya dan memulai langkah kaki menjauhi diriku
‘Apakah kau lupa sama impian dan cita citamu ?” ku tanya
“Tidak teman. Jangan lupa main main kerumah baruku ya” ucapnya mulai sedikit sudah menjauh dari diriku
“Memang dimana rumah barumu ?”
“Cari dimana banyak kumpulan orang orang lagi asyik tidur, tidak pernah ternggangu oleh bising dan ocehan dunia ini. Ingat, rumah tanpa pintu ya” jawabnya
“Hai... jangan pergi...” Ku teriak sedikit
“Batu nisan sudah menjadi pembatas aku dan kau” ucapnya dalam hati.
Aku heran melihat tingkah laku zulham pagi hari itu. Hari itu masih turun deras. Aku tinggal dia, dan pergi masuk kedalam kelas. Suasana kelas menjadi tangisan hujan. Aku heran dan bimbang harus melakukan apa. Ku letak dimeja, ku lihat bangku disamping, ku teringat zulham yang selalu duduk disampingku. Aku terkejut teman kelasku duduk disampingku, tidak salah diketua kelas waktu itu. Namanya Rudi. Rudi anaknya tinggi semampai, wajahnya tidak kalah seperti aku.
“Hai... vin”
“Aku mau kasih kabar kepadamu”
“Kabar apa ?” ku terheran sambil melihat rudi yang lagi duduk disampingku
“Aku tidak tahu harus cerita dari mana, aku tidak ahli dalam menyusun kata kata menjadi mutiara” ucapnya
“Sudahlah, ceritakan dari awal yang kau sukai” ucapku
“Baiklah.... Zulham sudah meninggal” jawabnya dengan nada ketukan rendah
Seketika halilintar syok dan terkejut apalagi hujan semakin histeris gimanalah. Awan tidak tahu lagi mau bercerita mendengar kabar meninggalnya zulham teman sebangku saat masa smpku dulu. Ku merunduk dan menarik nafas.
“Dia sudah meninggal ?” ku tanya
“Iya. Tadi malam dia kecelakaan lalu lintas. Kata pihak polisi dia laga kambing, berlaga sama sama naik sepeda motor, kalau tidak salah naik satria fu ya itulah. Kalau kau tidak keberatan, nanti sehabis istirahat pertama kita akan kerumahanya sekaligus mengantarkan jenazah zulham ke pemakaman”
“Iya. Aku ikut” ku jawab dengan nada rendah
“Aku juga temannya dan aku juga berhak ikut sedih” ucapnya memukul bahkuku dan kemudian ku lihat rudi kembali berkumpul dengan teman temanku diluar kelas. Ku menarik nafas dan untuk mengatur aliran kesedihan yang terus mencabik cabik tubuhku. Ku merasa aliran air mata mulai menedang nendang ingin keluar. Gelombang tsunami menghamtam kelopak mataku, apalah dayaku yang saat itu hanya bisa menangis kehilangan temanku. Ku ingin menjerit tapi kurasa pita suara menghilang. Ditelan hausnya kesedihan ditenggorokan.
Aku merasa ada seseorang duduk disampingku saat ini. Siapakah dia ? itulah pikirku. Ku pikir dia bukan zulham. Ku melirik kesamping, sebuah bunga matahari memancarkan sinar sinar senyuman indah. Menjadi hangat diriku. Terasa kesejukkan masuk kedalam lubang pori poriku.
“Kamu sedih ya ?”
“Iya.... “ aku sedikit tertawa
“Sudah tahu aku lagi sedih, kamu nanyak lagi” ucapku
“Itu tidak sedih, buktinya kamu mau bicara samaku” katanya
“Mana buktinya, aku tidak lagi bersedih ?” ku tanya
“Ini....” Dia menghapus aliran tangisan air mataku
“Nah ini baru kevin yang aku kenal.... Tersenyumlah untukku dan untuk zulham. Dia disana juga akan membalas senyuman kamu” ucapnya
“Iya...” Ku tersenyum
“Kenapa kamu baik sekali sama aku ?” ku tanya
“Aku suka sama kamu” dia tersenyum manis
“Hak untuk menyukai siapa saja itu hak kebebasan yang tidak ada larangan di undang undang. Aku menghargai usaha kamu” ucapku membalas senyumannya
“Jadi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya ?”
“Akan ku jalani sisa hidupku yang masih penuh teka teki indahnya rahasia Allah untukku” ku jawab
“Apakah akuadalah bagian teka teki itu ?” dia bertanya
“Hanya Allah yang mengetahuinya” ku jawab
“Kalau Allah katakan iya, Gimana ?”
“Ya gimanalah. Aku pasti akan melakukannya” ku jawab sambil tersenyum
“Amin....” katanya sambil tersenyum juga
“Maaf ya....” aku melepas kacamatanya
Dia tersenyum
“Nah ginikan kamu jelas bisa melihat seorang calon pemimpin disurga” kataku dan dia membalas dengan senyuman manis. Dihari itu aku kehilangan teman dekatku, tapi berkat indah menghiburku. Aku sedikit lega. Aku jadi ingat kata sahabatku, Jika sholat jadi tiang agama maka iklhas menjadi bendera yang selalu berkibar dan sabar menjadi pondasi tiang tersebut niscaya surga akan merindukan kita. Sahabatku juga pernah berkata, kematian bukan ajang dilema besar dalam hidup namun kematian jadikanlah suatu jaminan kata menuju hidup yang abadi. Tanpa ada kematian kita tidak pernah tahu batas kehidupan yang fana dan yang kekal, itu juga kata sahabatku.