Read More >>"> Reuni SMA (Dialogue 15) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reuni SMA
MENU
About Us  

Sementara Raka sudah turun. Gue masih berada di atap sekolah. Gue memandangi langit yang hari ini tidak terlalu cerah. Mungkin nanti sore akan turun hujan. Dan tanpa gue sadari air mata gue menetes lagi. Mungkin gue terlalu lama berada di atap sekolah. Udara disini benar-benar terasa dingin, sangat dingin. Dan tiba-tiba tubuh gue terasa sangat lemah. Kepala gue pusing. Gue kehilangan keseimbangan sehingga membuat tubuh gue terduduk. Benar-benar lemas.

.........................................................

            Saat membuka mata gue, gue melihat ruangan yang tidak asing lagi. Gue berada di UKS. Gue tidak ingat kapan gue pergi ke UKS dan kenapa gue ada di UKS. Gue mencoba bangun, tapi badan gue sangat lemas dan kepala gue juga terasa berat. Gue melihat ke sekeliling tidak ada seorangpun. Jam dinding menunjukan sekarang masih jam pelajaran terakhir. Mungkin orang yang mengantar gue juga sedang belajar sekarang.

Setelah beberapa lama guepun mencoba untuk duduk. Dan saat itulah Sela, Kevin, Dewa, Putri dan Tommi masuk ke ruangan gue. Sela adalah wajah pertama yang gue lihat. Dan dia terlihat sangat panik. Seperti melihat seorang ibu yang khawatir pada anak kesayangannya.

“Al, lo kenapa? Lo ga apa-apa kan? Dewa bilang lo pingsan di atap? Lo ngapain coba di atap? Terus lo sendirian lagi, ngapain? Apa yang sakit? Kepala? Perut? Kaki? Apa? Jawab!!!” mendengar pertanyaan Sela rasanya gue ingin pingsan lagi.

“udah sayang, mendingan sekarang kita bawa Alea pulang dulu.” Kevin menarik tangan pacarnya.

...........................

            Dan mereka semua kecuali Tommi dan Putri mengantar gue pulang. Bibi menyambut kedatangan gue dengan ekspresi panik.

“Non ga apa-apa? Non maksain buat sekolah sih, jadinya gini kan!” bi Yati masih memapah gue menuju kamar gue diikuti Sela, Kevin dan Dewa.

“bibi ambilin minum dulu,” bi Yati meninggalkan gue dan ketiga sahabat gue.

“jadi kenapa?” Sela langsung duduk di samping gue yang mencoba membenarkan posisi duduk gue di kasur. Sementara Kevin dan Dewa duduk di kursi yang berada di balkon kamar gue.

“gue cuman denger kalo lo pingsan di atap sekolah,”

“siapa yang bilang?” gue menyelimuti tubuh gue yang memang terasa dingin.

“Dewa,”

“jadi maksud lo, Dewa yang bawa gue ke UKS?”

“iya, emang harusnya siapa?”

“ngga gue kaget aja, kenapa bisa dia tau kalo gue di atap,”

“lah, emang lo ngapain di atap?” kata Sela yang rasa penasaranyya semakin menjadi

“Raka yang ngasih tau gue supaya ngeliat lo di atap,” Dewa tiba-tiba menghampiri gue dan Sela.

“Raka!!????” gue dan Sela hampir berbarengan bertanya Raka pada Dewa.

“iya, dan gue ngeliat lo pingsan di atap sambil megang hp yang lagi melakukan panggilan ke nomor Big Bad Boy. Dan yang gue tau itu nomor Raka.”

Mendengar cerita Dewa, gue ingat sekarang alasan gue pingsan bukan hanya karena gue sakit tapi gue juga baru diputusin oleh Raka. Dan tiba-tiba gue menangis lagi. Membuat Sela heran.

“tunggu dulu gue ga ngerti, lo ngapain nelpon Raka? Jadi maksudnya lo ke atap sama Raka? Atau gimana? Ini gimana sih?” Sela semakin sewot karena tidak ada satupun dari pertanyaannya gue jawab.

“udah sayang udah, beri Alea kesempatan buat istirahat dulu. Kalo dia udah mau cerita dia pasti cerita kok, apalagi sama kamu.” Kevin mencoba menenangkan pacarnya itu.

Untuk sesaat Sela menatap gue, kemudian dia memeluk gue. Dan gue menangis lagi. Setelah merasa lebih tenang guepun menceritakan semuanya pada Sela, Kevin dan Dewa.

            Sela, Kevin dan Dewa sudah pulang. Kini hanya ada gue dan kesedihan gue. Yah, meskipun tadi Sela mencoba menyemangati gue tapi tetap saja. Ini pertama kalinya gue putus. Yang artinya Raka juga adalah cowok pertama gue.

Gue duduk di kursi yang ada di balkon tempat dimana gue memandangi bintang-bintang. Tapi sayangnya hari ini tidak ada bintang dan gerimis turun. Gue mengingat semua yang terjadi dari hari kemarin. Saat gue membeli kado. Saat gue menunggu Raka bersama Rafa di rumahnya. Saat gue sakit pagi-pagi namun memaksakan diri untuk tetap ke sekolah. Saat anak-anak mengucapkan selamat ulang tahun pada Raka. Saat Raka memutuskan gue. Dan saat gue pingsan ternyata malah menghubungi Raka. Gue tidak percaya itu semua terjadi hanya dalam waktu dua hari. Gue merasa ini saatnya untuk menikmati kebersamaan gue bersama Raka. Tapi malah sebaliknya, Raka memutuskan gue di saat yang tidak tepat. Bahkan sebelum kami memiliki hubungan resmi.

Sekali lagi gue memandangi rintik hujan yang turun malam ini. Gue bangun dari kursi, berjalan mendekati pagar balkon gue dan mencoba menyentuh air hujan. Tapi untuk kesekian kalinya air mata gue keluar lagi. Gue jadi teringat kata-kata yang dikutip dari serial kartun Naruto yang bunyinya seperti ini “aku menyukai hujan, karena dengan berjalan di bawah hujan tidak ada satu orangpun yang akan melihat bahwa aku menangis” begitu kira-kira. Sama seperti gue, tidak ada seorangpun di luar sana yang tahu bahwa sekarang gue sedang menangis.

Gue mengambil handphone gue dan kembali ke balkon. Gue memasang headphone di kepala gue dan mulai mendengarkan musik. Lagu yang gue putar adalah lagu BoA every heart. Lagu yang benar-benar sangat enak untuk di dengar untuk saat-saat seperti ini. Gue mengusap air mata gue yang membuat pipi gue basah. Namun saat itulah gue melihat seseorang sedang memandangi gue dari seberang jalan. Dia tepat berada di depan gue. Viko. Dia menatap gue. Dan kamipun hanya saling memandang tanpa mengatakan apapun. Dan saat itulah air mata gue kembali menetes.

Flashback end............

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jalan Tuhan
491      340     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
Einsam
346      244     1     
Romance
Hidupku sepi. Hidupku sunyi. Mama Papa mencari kebahagiaannya sendiri. Aku kesepian. Ditengah hiruk pikuk dunia ini. Tidak ada yang peduli denganku... sampai kedatanganmu. Mengganggu hidupku. Membuat duniaku makin rumit. Tapi hanya kamu yang peduli denganku. Meski hanya kebencian yang selalu kamu perlihatkan. Tapi aku merasa memilikimu. Hanya kamu.
Langit Jingga
2525      854     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Di Hari Itu
430      303     0     
Short Story
Mengenang kisah di hari itu.
ALIF
1227      572     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Mahar Seribu Nadhom
4521      1508     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Gray Paper
511      281     2     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Little Riding Hood Alternative Universe
370      248     1     
Short Story
Little Riding Hood yang harus dihadapkan pada sebuah perintah. Ia tak mampu berkutik untuk melawan karena ia hanya anak pungut, namun perintah yang sederhana itu adalah sebuah ketakutan yang tak mampu digambarkan dengan kata-kata. Pic Source : -pexels.com/@stacey-resimont-183655 -rs9seoul Edited with : -Picsart Cerita ini diikutsertakan untuk mengikuti thwc18
Petualang Sejati
457      326     0     
Short Story
Jauh atau dekat bukan masalah, namun dirimu yang menentukan.
Aditya
1210      503     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...