“Al? Maklum Ko, kalo cewek jam segini belum mandi, ya gitu. Hihi!”
Perkataan Are membuyarkan ingatan gue tentang Viko. Dan gue tersadar kalo gue sekarang lagi cengo dan belum mandi. Dengan spontan gue membanting pintu rumah gue dan berlari ke kamar untuk mengambil topi.
Dengan secepat kilat gue balik lagi ke depan. Dan membuka pintu pelan-pelan. Terlihat Viko dan Areas sedang tertawa. Yang pastinya menertawakan gue. Are meninggalkan gue dan Viko di teras.
“eh duduk!” gue mempersilahkan Viko duduk dengan senyuman super manis yang gue punya dan guepun ikut duduk.
“kenapa tadi balik lagi? Terus kenapa pake topi?”
“gue belum mandi. Lagian lo dateng ke rumah orang pagi-pagi.” Gue ngomong ke Viko sambil menundukan kepala gue.
“pagi apanya? Inikan udah hampir jam setengah 12.” Viko melihat jam tangannya.
“oh ya? Hehe” gue ketawa garing karena super gugup duduk berhadapan dengan Viko. “jadi lo mau ngapain?”
“to the point banget si!” Viko ketawa kecil. “lo juga belum nawarin gue minum.”
Muka gue benar-benar cengo mendengar perkataan Viko. Tapi gue langsung tersadar.
“eh iya, lupa. Ya udah lo tunggu di sini dulu. Biar gue ambilin minum.” Gue langsung meninggalkan Viko.
Dan saat itulah gue punya kesempatan buat ke kamar mandi dan mencuci muka gue yang terlihat jelas sangat-sangat buluk -_-. Beberapa saat kemudian gue selesai mencuci muka gue dan kembali lagi menghampiri Viko yang sudah menunggu gue.
“silahkan di minum!”
“makasih,”
Setelah meminum minuman yang gue hidangkan Viko tersenyum ke arah gue dan hal itu membuat gue salah tingkah. Karena sungguh senyumannya itu benar-benar membuat gue *cengo* dan salting seketika. Seperti di iklan-iklan pencuci wajah itu ‘senyummu mengalihkan duniaku’ kekekekeke. Tapi gue menyadarkan diri gue.
“jadi ada apa? Oh iya tadi ngobrol apa aja sama abang gue?”
“pengen tau? Penasaran ya?”
“ih apaan si.”
“gue kesini mau ngajak lo pergi ke reuni sma. Dan abang lo juga tadi udah setuju. Katanya biar lo ikut. Jadi lo mau kan?”
Seketika itu juga wajah gue cengo secengo-cengonya. Kebayang ga orang yang udah lebih dari 12 tahun belakangan ini lo suka sekarang dia sedang ada di depan lo dan ngajak lo jalan. Saat itulah rasanya kaki gue lemes dan dunia ini berputar di atas kepala gue. *lebay :-P
“lo ga lagi becanda kan?” gue menanyakan sekaligus meyakinkan kembali atas apa yang di bicarakan oleh Viko.
“ya iyalah, masa ia gue bo’ong. Jadi lo ga mau?”
“siapa yang bilang enggak, gue mau. Pasti gue mau lah.” Gue menjawab pertanyaan Viko dengan cepat, karena gue takut dia berubah pikiran.
“ok nanti malem gue jemput lo jam 7.”
“ok”
Viko langsung pergi dari rumah gue. Dan gue masih mecoba menyadarkan diri gue bahwa kejadian yang tadi itu bukanlah sekedar khayalan ataupun mimpi. Itu nyata. Dan saat itulah gue bingung setengah mampus. Kenapa? Karena gue belum mempersiapkan apapun untuk pergi ke reuni. Gue panik ga karuan mencari baju yang harus gue pake. Baju seragam SMA gue ga ada di lemari. Gue teriak-teriak sana-sini nyari nyokap. Tapi Are bilang kalo nyokap udah pergi ke butik.
“aduh!”
“emang lu nyariin apaan si de?”
“lu ga akan tau juga, percuma.”
“baju seragam buat reunian ya?”
Gue kaget mendengar perkataan Are dan gue menghentikan pencarian gue di lemari punya pembantu. Ya kan siapa tau bajunya di simpan di sana.
“wah ko lu tau si bang!” gue menghampiri Are yang lagi asik minum jus wortel. “Dimana?”
“tuh udah bi Yati setrika lu tinggal make doang!”
Gue langsung meninggalkan abang gue dan pergi ke ruang nyetrika untuk mengambil seragam SMA gue.
Sudah hampir jam 7 malam. Sebenarnya gue belum siap, karena gue masih mencari pita yang cocok buat gue taro di rambut gue. Dan saat itulah suara bel rumah gue berbunyi. Gue juga mendenger pembantu gue membukakan pintu.
“eh bang Viko, mau jemput Non Alea ya?”
“iya bi, Alea nya udah siap?”
“bentar ya bang, bibi panggil dulu.”
Namun belum sampai bibi mengetuk pintu kamar gue. Gue sudah membuka pintu kamar gue.
“itu Viko ya bi?”
“iya Non,”
Gue segera turun ke lantai bawah. Gue berjalan bak putri yang baru turun dari singgasananya. Dengan angin yang mengiringi langkah kaki gue, gue berjalan dengan penuh percaya diri. Di pintu depan Viko sudah berdiri menunggu gue. Dia tersemyum ketika melihat gue berjalan ke arah dia.
“wow!”
“apa?” gue agak sedikit salting melihat ekspresi Viko.
“enggak, jadi kita langsung berangkat?” Viko senyum manis ke arah gue. Benar-benar manis.
Belum sempat gue menjawab, Viko langsung menarik tangan gue. Gue dipersilahkan masuk ke dalam mobilnya. Adegan ini menurut gue itu adegan yang manis. Seandainya................. ah sudahlah! ^_^*
Selama di dalam mobil sama sekali tidak ada yang spesial. Gue diam dan Vikopun diam. Gue bingung harus ngobrol apa sama dia. Tapi tiba-tiba Viko memandang gue sambil senyum-senyum. Saat ini gue benar-benar salting.
“kenapa?”
“engga, kita pake seragam kayak gini berasa muda yah. ^_^”
Gue cuman bisa senyum dan ngangguk. Karena gue takut terlihat jelek di hadapan Viko. Haha maksudnya apa? Terserah gue.
Akhirnya kita sampai di tempat tujuan. Dan saat gue akan membuka pintu mobil Viko menahan tangan gue dan bilang,
“biar gue aja yang bukain.”
Hati gue langsung berdebar kencang. Ah ini sooooooo sweet banget. Vikopun membukakan pintu buat gue. Gue keluar dan Viko juga menyiapkan tangannya untuk gue pegang. Persis seperti seorang putri yang baru turun dari kereta kencananya yang didampingi oleh pangerannya. So sweet! Gue dan Viko berjalan masuk ke tempat reuni sambil bergandengan tangan. So sweet! Dan saat itulah semua mata yang ada di sana tertuju pada gue dan Viko. Termasuk si penerima tamu, Fany. Gue bisa liat akepresi muka Fany pas ngeliat ke arah gue dan Viko.
“kalian? Jadian?”