Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Secret Of Donuts
MENU
About Us  

Aroma coklat itu menari-nari di depan hidung pesek Lan-lan. Matanya yang bulat menyala seolah kerinduan yang sekian lama akan aroma coklat bercampur tepung dan kentang itu membangkitkannya dari kubur.

 

Matanya menimbang penuh pikiran berat. Diliriknya Peter yang duduk menatapnya. Lalu, tatapan beralih ke sesuatu yang sangat sakral. Yang sekarang berada di tangannya. Rindunya membuncah. Bukan hanya pada aroma, namun rasa kue yang sekian lama tidak dicicipi lagi hingga ia merasa lupa. Ingatan itu , terpendam di dalam kotak Pandora.

 

Ada rasa takut ketika perlahan bibirnya ingin menyentuh donat. Tekstur lembut terlihat di permukaan yang telah tertutup topping coklat. Pipi Lan-lan mulai menarik garis yang signifikan pada wajahnya. Sehingga pipinya yang chubby dan kenyal itu membentuk gumpalan padat, seolah donat. Ya, itulah gelarnya dahulu.

 

Perlahan, dibunuhnya rasa takut. Katupan penuh semangat dimulai dari gigi depannya yang nampak tidak rata. Donat itu pun dilahap.

 

“Kamu yakin Lan-lan?” Peter khawatir. Kedua tangannya mengepal erat. Peluhnya menitik sedikit di pelipis.

 

Lan-lan hanya memandang Peter syahdu. Ia begitu menikmati momen mengunyah empuknya kue donat yang telah lama menjadi larangan bagi dirinya.

Mata bulat itu sesekali menutup penuh makna. Ia hanyut. Ia terpaku akan rasa yang  telah lama dirindukan.

 

Entah, terkadang Lan-lan membenci Ibunya sendiri yang memberikan larangan konyol sampai usianya menginjak dewasa. Bahkan, yang menyebalkan lagi, ia benci dirinya sendiri yang begitu ketakutan dan mengikuti larangan itu hingga saat ini.

 

Peter memperhatikan sisa kue di tangan Lan-lan. Buru-buru tangannya dengan cekatan mengambil sisanya. Kemudian dengan cepat memasukkan ke dalam mulut.

 

“Pet…” Lan-lan kaget.

“Kamu jangan makan semuanya. Ingat apa kata Ibumu.” Peter mengingatkan.

“Tapi, aku sedang menikmatinya Pet…” Ingin rasanya Lan-lan memukul pundak Peter dengan keras. Ia benar-benar marah. Kenikmatannya terganggu oleh ulah Peter.

 

Satu donat coklat itu pun habis oleh mereka berdua.

 

Taman itu pun hening. Hanya pohon di depan mereka duduk, menari dengan berat.  Angin bertiup kencang. Namun, karena kokohnya batang pohon, angin hanya menerbangkan helai daun yang memang rapuh dan tua.

Mereka menatap dedaunan yang jatuh. Sejenak terdiam. Angin tetap berembus dengan semaunya. Daun-daun terbang tidak tentu arah.

 

Rambut Lan-lan yang panjang tanpa kucir sesekali menutupi wajah ovalnya. Tangan Peter merapikan rambut Lan-lan ke belakang. Mengatur kembali posisinya, namun tetap saja angin memporakporandakan tampilan Lan-lan sore itu.

 

“Pet, kamu ingat kata yang aku tuliskan untukmu waktu itu?

“Yang mana, kamu kan banyak nulisnya?” Tanya Pet sambil tersenyum. Bibir tipisnya membentuk garis bagai pelangi. Mata Peter menerawang, walau ia sendiri menunggu Lan-lan yang menjelaskan.

 

“Kata yang aku tulis saat galau, karena ibu melarangku makan donat untuk selamanya” Lan-lan menghentakkan ujung sepatu ke tanah. Ada rasa kesal tercurah dari dalam ingatan hingga mengalir ke seluruh tubuh dan berhenti di ujung sepatu.

 

Hold on for second ‘till I was recovered.

 

Kata-kata itu meluncur lemah dari bibir Lan-lan. Peter melihatnya dengan rasa pedih. Ia tahu, Lan-lan begitu menderitanya sekian lama. Peter satu-satunya tempat Lan-lan mencurahkan seluruh kekesalannya. Bahkan hingga mereka beranjak dewasa. Terkadang Peter bingung menempatkan Lan-lan sebagai apa. Teman, saudara, atau kekasih?

 

Orang sekitar menjadi bingung dengan kegalauan seseorang. Jangankan orang di sekitar, diri sendiri pun lebih bingung dengan semua sikap dan perilaku. Maka, jangan buat simpulan tentangnya kala itu.

 

Tulisan itu pernah ditujukan Lan-lan kepada Peter. Agar Peter tidak membuat simpulan apa-apa tentang sikap Lan-lan yang terkadang berubah-ubah. Peter membenarkan posisi duduknya, lebih merapat pada Lan-lan. Peter merangkul Lan-lan dengan hangat.

 

Lan-lan menangis. Ada bulir-bulir air mata jatuh. Mata yang selalu dan terbiasa dengan kesedihan. Seolah keduanya adalah teman akrab. Peter menyeka air mata Lan-lan.

“Kau tahu, aku selalu ada mendengarkanmu. Dan mengapa aku berani membawa satu kue donat kiriman ibumu itu, minimal kamu dapat melihat kue buatan ibumu. Atau setidaknya meluapkan rasa rindumu pada satu-satunya kue kesukaanmu,” Peter meneruskan katanya tanpa melepaskan pelukan.

 

“Tapi, aku berharap kamu tidak melanggar larangannya tadi Lan-lan. Aku benar-benar khawatir saat ini. Apa yang akan terjadi jika kamu memakan kue buatan ibumu sendiri?”

“Makanya, sisa donat tadi aku makan. Agar tidak seutuhnya atau semuanya kamu yang makan.” Lanjut Peter.

 

“Ibu tidak pernah menjelaskan apa-apa, dan apa akibatnya jika aku memakan kue buatannya. Ah, biarkan sajalah. Kita lupakan saja hal ini,” Lan-lan menegakkan kepalanya dan melepaskan diri dari pelukan Peter. Seolah beban  di pundaknya hilang. Ia memandang lurus ke depan. Jakarta begitu indah sore itu.

 

Taman Suropati  ramai seperti biasanya. Lan-lan dan Peter mengambil posisi duduk yang memang menjadi laluan orang-orang. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Lan-lan dengan mata sembabnya mencuri perhatian. Selain itu, ia juga menarik untuk diperhatikan secara fisik. Mata bulat dengan kulit putih bersih yang terpapar cahaya sore itu sungguh karya Tuhan yang indah. Dandanan sederhana anak muda milenial dengan sepatu oxford hitam nan elegan kontras dengan kakinya yang putih dan jenjang untuk ukuran perempuan pendek. Ya, Lan-lan adalah perempuan pendek, dengan tinggi 150-an sentimeter. Baju dress yang dikenakan pun sungguh simpel, hanya dress berbahan tisu dengan panjang sebatas lutut. Baju dress warna hitam itu pun menampilkan bagian diri Lan-lan yang lain untuk diperhatikan yaitu mukanya. Muka dengan aura biru bercahaya persis seperti arti namanya Lan.

 

Selain memperhatikan Lan-lan, beberapa orang yang berlalu pun memperhatikan Peter. Pemuda tampan itu bermata biru. Ya, Peter adalah anak keturunan Amerika-Indonesia. Rambutnya ikal berwarna kuning keemasan, menjadi perhatian banyak orang yang lewat. Hidungnya bangir. Pakaian yang dikenakan Peter hari itu pun sangat simpel. Ia mengenakan celana jeans pendek dengan sandal jepit. Namun, di Indonesia, namanya bule tetap saja menarik, walaupun hanya menggunakan sandal jepit. Kaos oblong berwarna terang menaikkan gradasi warna kulit Peter. Ransel penuh perlengkapan nampak menyandar di samping kursi di mana mereka duduk. Sedangkan Lan-lan menggunakan tas kecil bermerk Charles & Keith, yang tergeletak tepat di sampingnya.

 

“Ya, kamu harus melupakan ini dan aku minta maaf karena membawakan kamu kue donat itu. Aku hanya berusaha menghibur. Semoga tidak terjadi apa-apa Lan-lan” tangan Peter mengelus dan mengacak rambut Lan-lan. Lan-lan pun tersenyum mengiakan perkataan Peter. Bagaimana pun, ia berharap tidak akan ada apa-apa. Tidak ada hal yang menakutkan seperti dugaan ibunya.

 

***

Malam selalu datang tepat waktu. Bercerita tentang detik yang diberikan Tuhan. Begitu juga malam di Jakarta. Lan-lan masih bersantai di apartemennya. Menonton tayangan televisi di kamar. Sesekali Lan-lan gelisah namun pandangannya tidak henti melihat tayangan komedi di televisi. Kemudian tertawa sendiri, serupa orang bahagia namun berselimut awan kekhawatiran.

 

“Lan-lan, apa pun yang terjadi, jangan pernah memakan kue donat buatan ibu ya… jangan pernah sekalipun nak. Ini yang terakhir ya…” Ingatan Lan-lan akan kata-kata Ibunya itu berbisik lembut dalam relung hati.

Malam yang kian larut itu, membuat Lan-lan teringat akan nikmatnya kue donat dengan topping coklat. Salah satu varian donat di toko kue milik ibunya. Toko itu adalah legenda toko kue di kota kelahiran Lan-lan. Toko kue donat paling nikmat dan laris.

 

Karena larangan ibunya, lalu, hingga saat ini Lan-lan benar-benar berhenti makan kue donat. Berhenti total, sampai dengan Peter membawakannya satu kue donat sore tadi.

“Ah, tidak akan ada apa-apa, mengapa harus mempercayai hal aneh yang diucapkan Ibu” pikir Lan-lan. Kemudian Lan-lan memilih tidur lebih awal dari biasanya.

 

Kriinggg…. Kriinggg…

Ponsel Lan-lan berbunyi.

Tangannya meraba ponsel yang tidak jauh dari bantal kepala. Tanpa melihat nama yang menelepon, Lan-lan menyentuh tombol menerima.

 

“Lan-lan… kamu bagaimana?” Suara Peter cemas dan takut di seberang sana.

“Bagaimana apa? Aku baru saja kamu bangunkan ini” jawab Lan-lan singkat, karena kesadarannya belum sepenuhnya utuh.

“Lan-lan, aku berubah Lan-lan…,” Peter teriak histeris.

“Lan-lan, aku…aku… berubah Lan-lan… Lan-lan… Lan-lan kamu bagaimana? Ah, gila! Rupaku berubah ini Lan-lan…” Peter berbicara tidak terkendali dan terbata-bata.

“Berubah bagaimana, kamu ngomong yang jelas dong,” Lan-lan beranjak dari tempat tidurnya. Masih dengan ponsel di telinga, sekilas ia melihat dirinya di cermin kamar.

“Peter… aku kenapa ini…? Peter… Pet” Lan-lan melongo, tidak percaya melihat dirinya sendiri, begitu pun suasana di sekelilingnya.

Ponsel Lan-lan jatuh seketika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

4 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • Sifa

    Wah menarik... Ditunggu kelanjutan ceritanya ????

    Comment on chapter Aroma Mark
  • Letti_Lita

    Idenya menarik.. ditunggu kelanjutannya ya..

    Comment on chapter Terlarang
  • Litaarlianti

    Ceritanya menarik dan buat penasaran. Tak sabar menantikan kelanjutannya....

    Comment on chapter Terlarang
  • shofikendal

    Sejak awal membaca, sepertinya Lan-lan merupakan representasi dari penulisnya.
    Tinggal kita tunggu bagaimana cara Lan-lan menghadapi kegalauannya. #heuheu

    Comment on chapter Terlarang
  • Dianasuwardi

    Iya, kebetulan si tokoh memang berhidung pesek bang @adekatari05

    Comment on chapter Terlarang
  • Adekatari05

    Menarik hati, namun kasihan ada julukan si hidung pesek....

    Comment on chapter Terlarang
Similar Tags
Senja Belum Berlalu
4168      1463     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Sendiri
465      310     1     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Panggil Namaku!
8838      2261     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Arini
1084      629     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
I'll Be There For You
1307      622     2     
Romance
Memang benar, tidak mudah untuk menyatukan kembali kaca yang telah pecah. Tapi, aku yakin bisa melakukannya. Walau harus melukai diriku sendiri. Ini demi kita, demi sejarah persahabatan yang pernah kita buat bersama.
AVATAR
8130      2285     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
I Can't Fall In Love Vol.1
2748      1092     1     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Warna Untuk Pelangi
8595      1831     4     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
DEVANO
728      447     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
JATUH CINTA
1436      676     3     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...