Sahabat jadi cinta.
Kata itu memang terdengar lumrah di kehidupan kita sehari-hari, kan? Ya, gue akui, pasti banyak orang yang bersepeda hal seperti itu. Hubungan persahabatan yang berujung dengan beralih menjadi cinta. Itu benar-benar tak asing di telinga gue sendiri.
Tapi, bagaimana perasaan lo Jika ada seseorang yang mendatangi dengan sahabat sebagai sahabat, tapi bahkan dari awal dia ingin lebih?
Ya, itu yang gue alami sekarang.
Berawal dengan pertemuan tak terduga di saat ospek kuliah, gue bertemu dengannya. Pertemuan yang sederhana lewat perkenalan dari teman SMA yang mengenalkan gue perbaikan.
Gue akui, saat pertama kali bertemu dengannya, gue lumayan tertarik. Dia mm ... terlihat ... Manis. Sama seperti Oppa-Oppa Korea favorit gue. Percayalah! Gue tak berbohong, gue perjalanan fakta. Apalagi, saat melihat senyumnya yang sembari menunjukkan deretan giginya itu, hingga berhasil membuat mata sipitnya tenggelam, gue terpesona.
Dan di hari itu juga, dia menganggap gue sebagai sahabatnya. Awalnya gue kaget. Tapi, gue langsung menerima dia sebagai sahabat karena pada orang yang pandai bersosialisasi. Apalagi saat mengobrol dengannya, gue tak merasakan kecanggungan apapun. Obrolan kami seperti layaknya teman lama yang baru berjumpa kembali.
Dia sering marah dengan candaannya yang tak bermutu itu. Dia juga yang suka disaat gue akan terpuruk akan masalah keluarga. Dan dia juga kerap buat gue marah, kesal, dan menangis. Tapi, dia juga yang kelak menghentikan tangisan gue.
Seiring berjalannya waktu, gue mulai mengerti kalau dia dari awal pun sudah menganggap gue lebih dari seorang sahabat. Tapi, apa setelah tahu, kisah cinta akan langsung terjadi semulus itu? Tidak juga.
Banyak terjadi kesalahpahaman di antara kami. Kesalahpahaman yang benar-benar rumit dan enggan gue jelaskan. Itu adalah kesalahpahaman yang benar-benar berhasil membuat gue jauh dengannya. Dan kesalahpahaman itu, berawal dari diri sendiri.
Tertarik dengan cerita gue? Dengan segala pernak-pernik yang ada di kehidupan gue?
***
Karna --> karena.
Comment on chapter Prolog