Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu, Histeria, & Logika
MENU
About Us  

"Dit, sadar, woi!" Keras, Abriel mengguncang bahu Adit yang sedang membenamkan kepalanya di atas kedua tangannya. Sejak Abriel tiba di kelas pagi itu, Adit sudah seperti itu. Sudah enam kali Abriel memanggil Adit, tapi cowok berbadan besar itu tidak juga menyahut.

Akhirnya Adit mau mengangkat wajahnya. "Gue bikin kesalahan fatal, El, sama Audrey."

"Audrey? Bukannya tiga hari yang lalu lo baru jadian sama Andine?"

"Gue jadian sama Andine karena gue nggak dapat aja kejelasan sama Audrey. Andaikan semalam Audrey mau nerima gue, gue pasti bakal jujur ke Andine. Kita putus gitu." Adit pun lalu melanjutkan menceritakan pada Abriel akar mula kegelisahannya. "Abis itu, jelas Audrey marah. Sampai sekarang dia nggak angkat telepon gue. Menurut lo gue harus gimana?"

"Kampret emang lo. Auk ah, gue nggak tahu mesti bilang gimana."

Adit menggosok-gosok wajahnya dengan frustasi. 

"Beresin urusan lo satu-satu," ujar Abriel berusaha bersikap lebih netral. "Kalau gitu, pertama-tama lo jujur dulu sama Andine."

Adit tampak berpikir sejenak. "El, gue nggak bisa menjelaskan ke lo gimana perasaan gue bisa terasa senyata itu semalam. Gue yakin gue udah jatuh cinta sama Audrey. Dan ajaibnya rasanya nggak enak banget. Mungkin karena gue ngerasa perasaan gue itu sepihak. Gue bahkan belum tidur sejak semalam karena mikirin ini."

"Kelihatan, kok. Tuh, muka lo bentuknya aja hati."

"Gue nggak becanda, Nyet."

"Lagian siapa juga yang becanda?" tukas Abriel meskipun tetap membiarkan Adit menemukan cengiran gelinya.

Adit kembali menarik napas panjang. "Gue jahat banget, bener kata lo. Semua cewek yang gue dekatin pasti bisa merasakan itu. Komitmen membuat gue nggak nyaman. Apa gue akan ngerasain kayak gitu kalau yang gue dapat itu Audrey? Sampai kapan Audrey ngediemin gue, ya?"

"Ciuman itu sakral, Dit. Setidaknya buat gue itu memberikan ikatan. Bayangin aja, dalam sepersekian detik kalian berbagi napas, udara... gue pun bakal segila lo kalau gue ngalamin itu," renung Abriel. "Tapi mungkin memang bagi lo ciuman itu nggak sesakral kayak gue. Lo clubbing pun bisa dapetin bibir cewek mana aja. Tapi, Dit, please deh. Untuk orang yang benar-benar lo sayang, lo harus menghargai pilihan dia juga, perasaan dia. Kalau dia nggak menginginkan itu dari lo, lo nggak boleh maksain kehendak lo. Audrey pantas marah sama lo. Dan lo pantas banget buat dapetin maaf dari dia gimanapun caranya."

Adit mengangguk, meresapi ucapan sahabatnya.

"Gue jadi penasaran, kayak apa sih tampang si Audrey ini. Yang bisa bikin anak gorila gue sampai kayak gini. Aneh," seloroh Abriel.

"Sama halnya gue yang penasaran sama Angsa lo. Yang bikin lo seancur ini..." timpal Adit cepat.

Abriel berdecak mendengar balasan dari ucapannya ke Adit.

"Dit, Angsa gue udah gue lepas. Lihat gue sekarang, lebih plong, kan? Itu karena gue berani ambil keputusan."

"Seriusan? Akhir-akhir ini lo rada tertutup, gue jadi nggak tahu perkembangan percintaan lo sekarang kayak gimana."

Abriel terkekeh pelan. Kalau ia harus menceritakan semuanya pada Adit sekarang, rasa-rasanya ia belum sanggup.

"Gitulah. Jalan kita nggak ada yang tahu. Intinya, kalau semuanya soal waktu, pemenangnya pasti batu. Gue nggak punya kesabaran untuk menunggu terus-terusan seperti itu. Nggak bareng-bareng dia itu bikin gue diujung tanduk. Kapan aja gue bisa mati tertusuk. Bahkan kalau gue terbuat dari batu, sekejap aja gue bakalan retak. Gue sepertinya memang bukan batu yang tepat buat dia."

"Yaaah. Selesai dong cinta-cintaan lo sama si Angsa ini," komentar Adit sambil menghela napas, seolah dirinya ikut terluka mendengar kenyataan pahit dari mulut sahabatnya itu.

"Tapi, Irena balik. Sepertinya gue bakalan nyoba membuka hati gue lagi."

Kening Adit sontak berkerut. "Widih. Yang ini nih yang bahaya! Cinta lama yang belum kelar. Terus gimana sama bapaknya dia tuh yang ribet? Eh, bukannya doi sekarang jalan sama siapa tuh..."

"Itu dia, kita masih coba cari jalan keluarnya," ujar Abriel, suaranya mendadak melamun, tak yakin atau terlalu malas memikirkan lebih jauh. "Baru semalam gue sama Irena ngomongin semuanya. Kita bakal coba pelan-pelan. Nggak yakin ending-nya gimana, tapi gue punya perasaan hubungan ini patut diteruskan... yang jelas kita berdua pengin jalanin semuanya rileks dan mengalir aja kayak air. Nggak ada yang dipaksakan. Nggak ada yang boleh sakit hati."

Namun sebelum Adit akan menanggapi lagi, bel masuk kelas berbunyi. Saking seriusnya mereka mengobrol, mereka berdua tidak menyadari kalau semua bangku kelas sudah terisi. Dan setiap murid tampak sedang sibuk mengerjakan sesuatu di buku tugas mereka. Itu bukanlah pemandangan lumrah andai saja mereka menyadari lebih awal.

Tomi membalikkan badan kepada kedua temannya yang barusan itu bak terkurung di dalam gelas kaca raksasa, tidak terpengaruh dengan hiruk-pikuk di kelas mereka.

"Ceweeeek mulu yang dipikirin—Audrey-lah, Angsa-lah. Lieur urang. Udah beres belum tugas Biologi Pak Irawan? Muncrut aja kalau belum ngerjain, soalnya nilainya sama dengan tugas besar."

Baik Abriel maupun Adit otomatis saling berpandangan. Bulu kuduk Adit sontak meremang membayangkan ekspresi guru killer mereka jika tahu dua murid yang suka bikin ulah, sama sekali belum mengerjakan tugasnya.

"Mampuuus," pekik Adit buru-buru mengeluarkan buku tugasnya.

Abriel menghela napas panjang dan dalam, dikeluarkannya buku tugasnya. Namun, serta-merta ia terperangah, takjub sendiri karena nyatanya ia sudah mengerjakan buku tugas itu hingga halaman terakhir, lengkap dengan beberapa potong guntingan photocopy-an sumber data yang ia gunakan.

"Nyet, ada untungnya juga kemarinan gue jadi zombi. Nyatanya gue udah ngerjain sampai dengan halaman terakhir. Bukan cuma Biologi seingat gue..."

"Anjrit," itulah umpatan Adit sebelum dengan gabut dan tergesa-gesa mengerjakan tugasnya.

Sekali lagi Abriel mengernyit takjub, memandangi tugasnya yang dikerjakan dengan begitu sempurna untuk standarnya sendiri. "Gue bener-bener pernah segila ini ternyata. Sekali-sekali bolehlah hati gue dibikin babak-belur..."

"Sini dong pinjam, gue nyontek," sela Adit sembari membuka halaman depan tugas Abriel, mengerucutkan bibirnya dengan serius ketika memindahkan jawaban ke buku miliknya.

Waktu luang itu pun kemudian digunakan Abriel untuk membalas chat yang masuk dari Irena. Dan untuk sementara baik Audrey maupun Angsa terlupakan dari pikiran cowok-cowok itu.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (19)
  • Cassanouva

    Teenlit namun lbh matang. Metropop namun tidak ngepop amat. Kadarnya pas, bakal lanjut membaca cerita cantik ini. Trims Author untuk cerita ini

    Kalau suda beres saya akan kasih review.

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ruriantysavana

    ka cek inbox ya aku ada pertanyaan2 tentang cerita ini
    mau di sini tp tkt spoiler hehe, thx

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ala_fifi

    baca karya ini jd pgn nulis yg bagus jg rasanya, pgn latihan banyak biar bisa gini

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • Retha_Halim

    Good job, Author. On chaper41

    Comment on chapter 41. Dua Hati (TAMAT)
  • yurriansan

    diksinya mantep banget, kudu banyak belajar nih

    Comment on chapter 2. Pantomim Waktu
  • Andrafedya

    @firlyfreditha silakan dibaca sampai beres, kalau masih blm ketemu nanti kukasih tau deh :)

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • Andrafedya

    @ayuasha febby baik, cuma temperamental. Tapi dia juga punya sisi baik, kok :) terima kasih sudah membaca

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • firlyfreditha

    bersetting tahun brp kak?

    Comment on chapter 3. Pemantauan
  • ayuasha

    kesel sama Febby sumpah

    Comment on chapter 9. Tergelincir
  • Andrafedya

    @defreeya selamat membaca, jangan berhenti ya. Terima kasih banyak buat apresiasinya

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
Similar Tags
Cinta Pertama Bikin Dilema
5301      1453     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Petrichor
5298      1682     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
You Are The Reason
2288      937     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
Mencintaimu di Ujung Penantianku
5377      1471     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Cadence's Arcana
6396      1652     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
AraBella [COMPLETED]
37677      3749     13     
Mystery
Mengapa hidupku seperti ini, dibenci oleh orang terdekatku sendiri? Ara, seorang gadis berusia 14 tahun yang mengalami kelas akselerasi sebanyak dua kali oleh kedua orangtuanya dan adik kembarnya sendiri, Bella. Entah apa sebabnya, dia tidak tahu. Rasa penasaran selalu mnghampirinya. Suatu hari, saat dia sedang dihukum membersihkan gudang, dia menemukan sebuah hal mengejutkan. Dia dan sahabat...
Kainga
1616      909     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
Should I Go(?)
10538      2447     12     
Fan Fiction
Kim Hyuna dan Bang Chan. Saling mencintai namun sulit untuk saling memiliki. Setiap ada kesempatan pasti ada pengganggu. Sampai akhirnya Chan terjebak di masa lalunya yang datang lagi ke kehidupannya dan membuat hubungan Chan dan Hyuna renggang. Apakah Hyuna harus merelakan Chan dengan masa lalunya? Apakah Kim Hyuna harus meninggalkan Chan? Atau justru Chan yang akan meninggalkan Hyuna dan k...
Horses For Courses
11945      2380     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.