Sierra mengambil iPhone-nya dari dalam tasnya yang diletakkan di sofa. Ia menyalakannya kemudian melihat jam. Rupanya waktu baru menunjukkan pukul 07.00 sedangkan ia masuk universitas pukul 09.00, maka Sierra pun memutuskan untuk membersihkan dirinya kemudian pulang terlebih dahulu ke asrama untuk berganti pakaian.
Krieek… pintu kamar asrama berderit ketika Sierra membukanya. Ia mendapati bahwa kamarnya saat ini sudah kosong. Saat itu sudah pukul 08.00, semua teman sekamarnya yang hobi hang out itu mungkin sudah tiba di universitas. Sierra benar-benar bersyukur atas kondisi yang baik ini, sehingga ia dapat dengan bebas melanjutkan aktivitasnya dalam kamar.
Ia segera berganti pakaian dan menyiapkan barang-barang yang biasa dibawanya. Ia memasukkan laptop, buku catatan, bolpoint, dan iPhone-nya dalam tas ransel. Kemudian ia segera keluar dari kamarnya dan melangkahkan kaki dengan antusiasnya yang biasa untuk menuju ke gedung universitas.
***
"Huft… gadis ini. Seharusnya ia sudah bangun dari tadi. Bukankah kelas pagi Peking University dimulai pukul 09.00? Ia seharusnya sudah selesai bersiap-siap sekarang. Namun mengapa masih belum ada kabar darinya?" gerutu Dylan di tengah lapangan shooting. "Apakah dia sengaja mengujiku? Dia ingin aku yang terlebih dulu menanyakan kabarnya?" Entah mengapa muncul pemikiran ini dalam diri Dylan.
Maka ia pun membuka akun Weibo-nya. Ia belum pernah mengunjungi akun Weibo Sierra, jadi ia mencoba username yang paling umum dan mungkin yang dapat dipikirkannya. @LiXìngfúSierra… rupanya, setelah Dylan mengetikkan nama tersebut, ia melihat lebih dari sepuluh akun yang username-nya hampir sama seperti itu. Dan akun yang ada di barisan paling atas, tidak ada tanda v biru yang menandakan bahwa itu adalah akun official.
Yeah… sepertinya ini challenge darinya. Iya, kan? Gumam Dylan sebal. Ia pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada salah satu rekannya yang gemar membaca novel, barangkali ia mengetahui akun Weibo official Sierra.
"Hai, Mei Yun… apakah kau sudah membaca novel Colorful Day yang dikatakan bestseller itu?" sapa Dylan sebagai basa-basinya.
"Oh… hai juga. Hmm… apakah maksudmu Colorful Day yang ditulis oleh Sierra Li? Tentu saja! Itu suatu kisah yang benar-benar bagus. Aku tentunya takkan melewatkan novel sebaik itu," rupanya Mei Yun – teman Dylan yang merupakan penggemar berat novel romansa – menanggapi basa-basinya tadi itu dengan antusias.
"Kau menyukai ceritanya? Oh… bagus sekali," kata Dylan bersemangat. "Aku juga sepertinya akan membacanya jika aku memiliki waktu luang nanti. Oh, ya! Apakah kau mengetahui akun official si penulis?" akhirnya Dylan sampai pada hal yang ingin ditanyakannya.
"Oh… tentu. Sebentar," Mei Yun menjawab dengan nada meyakinkan, kemudian ia segera mengambil ponsel dari tasnya. Ia segera mengetikkan sesuatu dengan gerakan jemari yang lincah.
"Ini. @Lisierra.joys adalah akun officialnya. Photo profile-nya adalah cover buku yang ditulisnya, dan ini belum pernah berubah sejak pertama kali aku follow akun ini," jelas Mei Yun. Kemudian Dylan segera mengetikkan username itu, dan setelah menemukan akun tersebut Dylan segera berterima kasih dan meninggalkan Mei Yun.
Huh… jadi kau membuat username serumit ini, eh? Rupanya kau tak memahami cara membuat username dengan baik. Sepertinya aku perlu mengajarimu di kemudian hari, gerutu Dylan dalam hati. Namun, beberapa saat kemudian ia segera menyadari bahwa Lisierra.joys hanyalah arti namanya dalam bahasa Inggris. Karena sukacita (joy) adalah bagian dari kebahagiaan (Xing Fu).
Setelah menemukan akun tersebut, tujuan Dylan segera teralih. Ia yang semula ingin mengirim direct message ke Sierra menjadi asyik memperhatikan isi akun Weibo Sierra. Isinya cenderung caption-caption panjang yang berisi quote yang diciptakannya.
Salah satu quote ciptaan Sierra yang cukup panjang menarik perhatian Dylan. Ia membacanya beberapa kali sehingga ia dapat memahami secara menyeluruh maksud quote tersebut.
Dunia ini begitu penuh dengan kejutan. Hal-hal yang tak pernah kau ekspetasikan akan bermunculan dalam kehidupanmu. Dan ketika kejutan itu tiba, tak ada hal yang dapat kau lakukan selain mempersiapkan hatimu sebaik mungkin. Ia merasa setuju dengan kata-kata ini, dan entah kenapa hanya dengan rasa itu ia memiliki hubungan hati yang khusus dengan Sierra. Bisa jadi, suatu hari nanti ia adalah orang yang dapat memahami Sierra dengan baik.
Aish… aku hampir lupa tujuan utamaku, umpat Dylan ketika ia menyadari bahwa pikirannya telah teralih begitu lama. Ia segera kembali ke laman paling atas, dan menyentuh gambar amplop berwarna hijau.
"Dylan, kau harus melaksanakan photoshoot ini secepatnya. Jangan terus berdiam diri di situ. Kita akan kedatangan tamu nanti sehabis jam makan siang. Ada proposal yang diajukan kepadamu," seru manajernya dari seberang ruangan.
"Baiklah, Tuan Zhao. Aku akan siap sebentar lagi," sahut Dylan, kemudian ia bergegas berganti pakaian dan merapikan kondisinya.
***
Sierra duduk di kantin tempat ia biasa duduk dengan Jeany. Rasanya sungguh sepi tidak ada teman yang mengajaknya mengobrol, mengganggu, dan bercanda dengannya. Namun, sepertinya Sierra mulai merasa bebannya sudah banyak berkurang sejak ia menceritakan masalahnya kepada Dylan. Dia memang baru mengenal Dylan, namun sikap Dylan yang terbuka dan menyenangkan membuatnya menaruh kepercayaan pada Dylan. Saat itu, tanpa berpikir panjang Sierra segera menceritakan seluruh masalahnya, dan dengan sabar Dylan mendengarkan segala keluhannya.
Saat ini, Sierra hanyalah menganggap Dylan sebagai temannya. Yeah… teman yang baru dikenal, namun seorang yang dapat membantunya meringankan masalah yang dihadapinya. Sambil makan spagetinya, Sierra membuka iPhone-nya yang menandakan masuknya beberapa notifikasi.
Ia melihat aplikasi Weibo-nya tertanda, dan ia baru ingat bahwa ia seharusnya memberi kabar ke Dylan bahwa ia telah checkout dari hotel. Ia segera membuka Weibo-nya, dan menyentuh gambar lonceng, kemudian simbol amplop. Ia memandang laman DM dengan bingung. Dylan… bagaimana Dylan dapat menemukan akun Sina Weibo-nya? Dan pada akhirnya dialah yang menanyakan kabar Sierra terlebih dahulu. Ah… sepertinya Sierra benar-benar tidak bertanggung jawab dan tidak tahu berterima kaish kali ini.
Hai… oh… maafkan aku soal itu. Aku benar-benar lupa memberitahumu. Tadi aku cukup tergesa-gesa sebelum berangkat ke universitas, karena aku harus mengejar bus kota. Maaf. Oh, ya! Terima kasih telah membantuku kemarin. Hutangku padamu akan kubayar sedikit demi sedikit.
Setelah mengetik pesan tersebut, Sierra segera melanjutkan menghabiskan spagetinya dan kembali ke kelas Culture and Language.
Waktu telah menunjukkan pukul 12.30. Sierra harus bergegas setelah kelas kuliah selesai. Ia ada pertemuan hari ini di restoran Jingdong, untuk membahas kontrak kerja yang ditawarkan kepadanya. Minggu lalu, seorang manajer dari Hunan Entertaiment mengirimkan Sina email kepadanya mengenai kontrak izin mengadaptasi novel Sierra menjadi sebuah film. Dan pada siang ini, Sierra dan editornya akan mengadakan pertemuan dengan para atasan Hunan Entertaiment.
Sierra merasa waktunya takkan cukup jika ia menunggu bus kota yang lewat. Maka ia pun memutuskan untuk segera mencegat taxi yang melewati jalanan tersebut.
Di dalam taxi, Sierra membuka iPhone-nya kembali, mengecek barangkali ada tambahan informasi mengenai pertemuan nanti. Ia melihat Weibo-nya kembali tertanda, kemudian ia langsung membuka Weibo-nya. Sepertinya Dylan telah membalas pesannya.
Lebih baik kau berangkat ke universitas denganku, daripada kau selalu tergesa-gesa saat berangkatJJ. Sierra membaca pesan tersebut sambil mengerutkan keningnya. Ia tahu Dylan hanya bercanda dalam hal ini, namun mengapa pria itu sepertinya senang sekali menggodanya? Menyebalkan.
Taxi berhenti dengan mulus di depan pintu Restoran Jingdong. Ia berlari kecil menuju meja yang ada di luar restoran, di situ terlihat editornya – Nona Wang – yang sedang membaca-baca sesuatu di laptopnya sambil menunggu kedatangan Sierra.
"Hello, Nona Wang!" sapa Sierra dengan bersemangat.
Nona Wang terlonjak sedikit, kemudian menyahut sapaan Sierra dengan senyuman tipis.
"Apakah aku membuatmu lama menunggu? Semoga tidak. Kelas selesai agak terlambat hari ini," ujar Sierra.
"Tidak masalah. Aku juga baru saja sampai di sini," sahut Nona Wang dengan gayanya yang anggun. Ia segera menutup laptopnya dan memasukkannya dalam ransel. "Ayo! Sebaiknya kita masuk sekarang," ajak Nona Wang. Ia segera mendorong pintu masuk restoran dan berjalan dengan cepat menuju tempat pertemuan.
Sierra membuka pintu ruangan VIP, dan sekitar empat orang pria dan seorang wanita menyambutnya. Mereka tak lain dan tak bukan adalah para manajer Hunan Entertaiment, dan salah seorang dari mereka pastilah aktor utamanya.
Sierra segera masuk ke ruangan tersebut dan duduk di salah satu kursi yang kosong.
"Saya Li Xing Fu," ujar Sierra singkat sebagai perkenalan dirinya. Mereka semua mungkin sudah mengenal dirinya, namun ia merasa memperkenalkan diri berkesan lebih sopan. Lagipula, jika kontrak kerja ini terlaksana dan sukses, sebenarnya hal tersebut juga akan menguntungkan dirinya.
"Tuhanku… inikah yang disebut halusinasi?" gumam Dylan, beberapa pasang mata yang ada di dalam ruangan tersebut langsung menoleh ke arahnya.
"KAU LAGI?!" kali ini Sierra dan Dylan melontarkan kata-kata yang sama persis dalam waktu yang hampir bersamaan. Sehingga mereka terlihat seperti teman lama yang begitu kompak.
"Ehem…" salah satu manajer Dylan berdeham. "Zhang Xiao, ia adalah penulis yang proses adaptasi novelnya akan kita bahas nanti, ia Nona Li. Kalian… apakah sudah pernah bertemu sebelumnya?" tanya pria yang kira-kira berusia cukup matang itu.
"Uhm… yeah… beberapa kali, Tuan Zhao," sahut Dylan.
"Apa hubungan kalian sebelumnya?" ujar Tuan Zhao dengan pandangan menyelidik.
"Sahabat di kala duka," jawan Dylan sembarangan. Semua orang yang mendengar jawaban Dylan segera tertawa terbahak-bahak, kecuali Sierra. Pipinya merona merah karena malu dan ia menundukkan kepalanya sedalam-dalamnya. Huft… Dylan, kupikir kau sengaja mempermalukanku.
Wajh china2 gitu ya
Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University