Sierra menghempaskan tubuhnya di atas kasur pada kamar asramanya. Ia begitu lelah setelah menghadiri acara Happy Camp, yang menurutnya cukup menguras banyak energi. Berbagai game yang tuan rumah adakan benar-benar menguras tenaga para selebriti yang menghadiri acara itu. Sierra yang belum benar-benar terbiasa dengan kehidupan public vigure merasa tidak mampu mengatur waktunya dengan baik untuk tetap aktif dalam kegiatan selebritas.
"Sierra, kau benar-benar terlihat menyenangkan saat tampil di panggung Happy Camp tadi! Kenapa kau tidak memberi kami tiket gratis supaya kami juga dapat menyaksikan penampilanmu secara langsung di panggung Happy Camp?!" ucap Sheng Jia Yi histeris ketika ia melihat Sierra telah kembali ke kamar asrama.
"Yeah… bagaimana lagi? Aku hanya mendapatkan satu tiket VIP gratis sebagai bintang tamu kecil. Kalian tak bisa mengharapkan banyak dariku, si penulis novel pendatang baru ini," kata Sierra sambil lalu. Ia sudah lelah mengurusi komentar teman-teman sekamarnya. Ia baru saja mengambil baju tidur dari lemarinya dan hendak berjalan menuju kamar mandi. Ketika tiba-tiba Liu Mao berseru…
"Lalu kau berikan kepada siapa?!" tanyanya dengan rasa penasaran yang terlewat besar.
"Siapa lagi jika bukan anak Art and Humanties Jeany Liu Jing?" ucap Sierra dengan diplomatis. Kemudian ia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
***
@BěijīngDàxué_official
Fact About Our New Novelist, Sierra Li Xing Fu…
Bagi kalian-kalian penggemar novel romansa, pasti sudah pernah mendengar novel yang mendapat label Mega Best Seller akhir-akhir ini. Yeah… apalagi jika bukan Colorful Day, sebuah novel romansa karya salah satu mahasiswa di universitas kita. Sierra Li, adalah penulisnya. Setelah mendapatkan popularitas, terdapat desas-desus bahwa tabiat Sierra Li berubah menjadi sedikit angkuh. Ia mengabaikan teman-teman sekamarnya, bahkan ia berencana akan meninggalkan sahabatnya yang berasal dari jurusan Art and Humanties, Jeany Liu Jing. Karena menurutnya, mempunyai teman yang tak mempunyai kemampuan apapun membuatnya terhambat mencapai kesuksesan di masa depan.
Beginilah prinsip penulis pendatang baru universitas kita. Ada yang sepihak??
-Sheng Jia Yi
Begitulah tertera beberapa kalimat di caption postingan terbaru akun Weibo official Peking University. Jeany mematikan iPhone-nya dengan perasaan yang tak keruan. Ia bingung apakah ia harus percaya dengan caption di Weibo ini atau lebih baik tidak menghiraukannya. Namun, rasanya ia tak bisa terus berpura-pura tak tahu. Nama panjangnya tercantum jelas di caption postingan tersebut, dan ia dapat menjadi buah bibir mahasiswa se-universitas karena telah menjadi sahabat Sierra sejak lama.
Tapi, bicara soal fakta, siapa yang mengupload postingan tak jelas ini. Ia memperhatikan ulang sepanjang kalimat yang tertulis di postingan tersebut. Biasanya, akan ada nama orang yang mengupload postingannya, karena akun Weibo ini dapat dipakai oleh seluruh mahasiswa, dan biasanya menjadi sarana untuk menyebarkan informasi-informasi. Namun tak jarang juga yang mengirimkan berita gosip yang membuat merah telinga pembacanya. Oleh karena penyalahgunaan ini, Seksi Penggunaan Internet mengharuskan agar semua artikel ataupun info yang diposting bertuliskan nama penguploadnya. Nah… ini dia. Jadi penyebar desas-desus ini Sheng Jia Yi? Bukankah dia mahasiswa Jurnalistik, yang sepertinya adalah teman sekamar Sierra? Atas alasan apa ia memposting uraian kata-kata ini?
***
Setelah melihat postingan tersebut, Jeany merasa moodnya menjadi begitu buruk. Ia sedang tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun, terutama dengan Sierra. Bukannya ia langsung memutuskan membenci Sierra sejak itu, namun ia merasa ia perlu berpikir jernih mengenai apa hubungannya yang sesungguhnya dengan Sierra. Aku menganggapnya sebagai sahabat, namun apakah pasti ia juga menganggapku sebagai sahabat? Selama ini hanya aku yang selalu membantunya ketika ia sedang terpuruk dalam masalah kehidupannya, namun kemudian Jeany segera menyingkirkan pikiran-pikiran negatif itu tentang Sierra. Mungkin Sierra belum pernah membantunya karena memang selama ini Jeany sendiri belum pernah mengalami kesulitan ataupun keterpurukan seperti yang Sierra alami dalam hidupnya.
***
"Hmm… ke mana Jeany hari ini? Sudah seharian ini aku tak melihat keberadaannya di universitas ini," gumam Sierra pelan sambil menatap makanannya yang tak kunjung habis.
Biasanya, jika ada Jeany yang menemaninya, hari-harinya akan terasa lebih menyenangkan karena tawa canda Jeany yang membuat Sierra tertawa. Jika sekarang Jeany tidak hadir dalam harinya, maka spontan kehidupannya akan menjadi membosankan. Apakah Jeany sedang sakit sehingga ia tak dapat masuk ke kelas universitas? Atau mungkin terjadi sesuatu yang membuat Jeany menjauh perlahan-lahan darinya?
Jeany, kau di mana sekarang? Aku belum melihatmu sejak pagi tadi, Sierra mengirim kalimat tersebut ke WeChat-nya. Ia memang tak berharap bahwa Jeany akan langsung membalas pesannya, maka setelahnya ia segera memasukkan iPhone-nya di tas dan ia melanjutkan menghabiskan makanannya.
Ketika Sierra melanjutkan pelajaran Chinese Callygraphy, ia merasa bosan dengan dosennya yang sedang membicarakan mengenai sejarah aksara China. Bukannya tidak tertarik dengan tema yang diusut, namun karena arah pembicaraan dosen tersebut sangat tidak jelas. Akhirnya, secara diam-diam ia menarik laci mejanya dan mengambil iPhone-nya. Ketika pandangannya tertuju pada sudut meja itu, ia teringat pada kejadian beberapa waktu yang lalu, ketika walletnya tertinggal di sudut laci meja universitas dan akhirnya pria muda bernama Dylan Zhang Xiao menggesek dua kali supaya ia dapat turut masuk ke bus kota dan tidak menghambat antrean. Mengingat kejadian tersebut, Sierra menyunggingkan senyumnya. Itu salah satu moment yang tak biasa terjadi dalam hidupnya, ketika seorang laki-laki dengan perhatian bersedia membantunya.
Sierra kemudian berencana ingin mengupload sebuah quote ke social medianya. Awalnya, ia tak tahu apakah harus memilih QQ atau Weibo. Lalu ia berpikir mungkin ke QQ terlebih dahulu lebih baik, karena jumlah followersnya lebih banyak di QQ.
Seperti kata pepatah kuno, sikapmu menentukan kau akan bertemu dengan orang-orang seperti apa suatu hari nanti. Dan kau perlu mengetahui bahwa terkadang sekali pertemuanmu dengan seseorang dapat menentukan nasib seluruh masa depanmu di kemudian hari.
Maksud caption itu bukan karena semata-mata Sierra ingin memiliki hubungan lebih lanjut dengan Dylan. Namun karena menurut firasatnya ia sudah pernah bertemu dengan Dylan bahkan sebelum pertemuannya di BFA.
Sierra kembali berusaha menyimak apa yang sedang diterangkan oleh dosen tersebut, namun toh ia sudah tertinggal penjelasan karena tadi ia membuka iPhone-nya sejenak. Dan sepertinya kata-kata dosen tersebut masih berkutat pada penjelasannya mengenai sejarah aksara China yang sama sekali menyeleweng dari buku terbitan Beijing Language and Culture University. Terserahlah, Sierra sedang tidak mood untuk mengikuti penjelasan yang membuat mata terasa berat itu.
Ketika Sierra ingin membuka Weibo-nya, kemudian ia teringat bahwa ia belum bertemu Jeany hari ini, dan sepengetahuannya Jeany lebih sering aktif di akun Weibo-nya. Saat membuka Weibonya, perhatiannya teralihkan dengan ribuan comment yang tertera di kolom notifikasi akun Weibo-nya. Ini tak biasanya terjadi, bahkan setelah ia menjadi seorang penulis sekalipun. Pasti ada suatu postingan yang memberitakan dirinya, namun… rasanya ia tak pernah melakukan hal janggal apapun yang layak membuatnya menjadi tokoh utama pada berita tersebut.
Dengan penasaran, Sierra membuka kolom notifikasi. Ia membaca dengan cepat komentar-komentar yang tertera di postingan tersebut. Sebagian besar bernilai negatif, namun ada pula yang positif. Ia tak mengerti berita apa yang membuat semua khalayak yang mengenalnya menjadi heboh mengenai eksistensinya.
"Aku sudah mengerti dia orang yang tak kuat derajat. Suatu ketika pasti akan jatuh."
"Dia berhasil begitu mudahnya, nyaris tanpa usaha. Ia tak pernah memahami nilai kehidupan."
"Menurutku berita ini hanya hoax. Kalian semua jangan mudah diperdaya, tak ada fakta yang mendukung soal kebenaran berita ini."
"Aiya… untuk apa macam-macam bukti? Aku sudah dapat mengenal karakternya dari sudut pandang tulisannya dan juga penampilannya saat di acara Happy Camp. Aku benar-benar muak melihatnya berpura-pura lugu."
"Ia begitu cepat menjadi populer. Tanpa fakta pendukung apapun aku sudah percaya dengan isi berita ini. Hal ini adalah peristiwa yang wajar terjadi, tak terkecuali terhadap dirinya."
Huft… Sierra benar-benar bingung membaca semua komentar tak jelas ini. Dengan segera ia membuka postingan yang memberitakan dirinya. Namun, ternyata sepertinya tak hanya ada satu postingan, karena sejak pukul 08.00 p.m. sudah terdapat lima akun yang turut menyebarluaskan berita ini. Maka dengan teliti, Sierra memutuskan untuk melihat akun pertama yang mengupload tulisan ini. Setelah mengscroll beberapa kali, Sierra akhirnya menemukan akun yang pertama kali menyebarkan berita tak jelas ini.
@BeijingDaxue_official (akun Weibo official Peking University)… ia baru saja melihat akun pertama yang memberitakan dirinya. Tanpa berpikir panjang mengenai apa yang akan ia rasakan setelah membaca berita tersebut, Sierra segera membacanya secara intensif, karena khawatir ia akan melewatkan sekalimat dan pada akhirnya salah menafsirkan isi berita tersebut.
Ia berencana akan meninggalkan sahabatnya yang berasal dari jurusan Art and Humanties, Jeany Liu Jing… -???. Hmmpph… Sierra menghembuskan nafasnya dengan keras untuk menenangkan dirinya. Atas alasan apa Sheng Jia Yi menyebarkan berita seperti itu untuk dirinya? Rasanya ia tak pernah berbuat salah kepada Sheng Jia Yi, atau mungkin ia pernah salah bicara? Atau mungkin ia merasa tersinggung karena kata-katanya semalam? Namun apakah Sheng Jia Yi tak punya pengertian bahwa Sierra sedang lelah dan tidak mood untuk berbincang-bincang? Kejadian saat itu benar-benar bukan karena ia malas bergaul dengan teman-teman sekamarnya.
Tapi kemudian Sierra sadar bahwa itu bukanlah konflik utamanya. Mencari tahu penyebab Sheng Jia Yi menggosipkannya adalah perkara kedua, namun saat ini ia telah menemukan perkara lain setelah ia mengetahui penyebab Jeany tidak muncul seharian di hadapannya. Alasannya bukan karena Jeany sakit ataupun malas berangkat kuliah, namun murni karena ia tak ingin bertemu dengan Sierra.
Apakah saat ini Jeany benar-benar marah terhadapku? Semoga tidak. Jeany yang kukenal bukan orang yang gegabah dan ia selalu berpikiran positif. Selagi ia belum memendam kebingungan, kemarahan, dan rasa penasarannya lebih lama, sepertinya aku harus secepatnya menjelaskan kejadiannya kepada Jeany, tekad Sierra. Ia akhirnya kembali mendengarkan penjelasan sang dosen, yang sepertinya… sudah berganti topik. Apa tema ini? Oh… sepertinya komposisi tinta shufa. Apakah tak ada yang membuat Sierra menjadi bersemangat untuk menyimak pelajaran hari ini???
***
Jeany merasa bosan saat pelajaran usai. Biasanya, akan ada Sierra di sisinya yang selalu menceritakan mengenai teman-teman, keluarga, dan kariernya. Entah mengapa, ia tak pernah merasa bosan mendengarkan keluhan, laporan kesuksesan, dan rengekannya. Jika ia mendengarnya dari orang lain, ia pasti merasa orang tersebut manja dan sombong. Namun gaya Sierra ketika berbicara kepadanya membuat ia selalu rindu untuk mendengarkannya mengoceh.
Jeany melangkahkan kakinya dengan malas-malasan. Ia bingung apakah ia harus pulang ataukah masih harus menganggap Sierra sebagai sahabatnya dan meminta penjelasan mengenai gosip ini. Namun, akhirnya ia memilih untuk langsung pulang.
Ia ingat kata-kata Ayahnya dulu. Kau tak berhak atas seorangpun di dunia ini. Mereka semua mempunyai hak bebas untuk mendatangi dan meninggalkan seseorang. Kau harus paham bahwa di mana ada pertemuan di situ pasti ada perpisahan. Tak ada yang abadi ataupun sejati di dunia ini, bahkan termasuk orang yang kau pikir tulus menyayangimu.
"Yeah… tak ada sahabat sejati, tak ada cinta sejati juga di dunia ini. Pada akhirnya mereka semua akan meninggalkanmu," gumam Jeany kesal sambil menendang daun-daun kering yang berserakan di tanah. Selain karena ia tak yakin Sierra benar-benar seperti yang dipikirkannya, ia juga merasa gengsi untuk menanyakan terlebih dahulu perihal ini kepada Sierra. Bukankah Sierra yang menjadi penyebab semuanya dan tokoh utama dalam beritanya? Untuk apa harus aku yang menanyakan ini terlebih dahulu? Pikir Jeany kesal.
***
"Aish… kenapa handphonenya tidak aktif lagi? Di mana dia sekarang? Apa mungkin dia sudah pulang?" gumam Sierra tak jelas. Ia merasa bingung harus mencari sahabatnya ke mana.
Tiba-tiba terlintas di pikirannya bahwa mungkin Jeany sedang dalam perjalanan pulang. Maka Sierra berlari secepatnya sambil menembus kerumunan orang. Ia berlari ke arah gerbang timur 2, tempat Jeany biasanya keluar dari universitas untuk pulang dengan taxi.
"Jeany!!" seru Sierra dengan bersemangat ketika ia melihat rambut ekor kuda Jeany yang berjalan di antara kerumunan mahasiswa di dekat. Ia berlari menembus kerumunan orang. Namun, sialnya sebuah taxi melintasi jalan tersebut sebelum Jeany berhasil mendengar panggilan Sierra. Sierra belum ingin menyerah untuk menemui sahabatnya itu. Ia masih berusaha untuk menembus kerumunan mahasiswa, paling tidak supaya ia dapat menyampaikan beberapa kalimat sebagai pesan.
Namun, tepat ketika Sierra sampai di depan gerbang timur 2 taxi yang ditumpangi Jeany mulai melaju. Sierra mengejar taxi tersebut secepatnya, ia masih menginginkan persahabatan ini. Ia tidak ingin persahabatannya hancur hanya karena sebuah skandal kecil.
"Jeany… Jeany… dapatkah kau berhenti sebentar. Aku rasa aku perlu menjelaskan… menjelaskan mengenai berita di Weibo itu kepadamu," teriak Sierra sambil terus berlari menyamai lajunya taxi tersebut.
***
Jeany mendengar dengan jelas panggilan Sierra kali itu. Namun, saat ini ia belum siap untuk berhadapan dengan Sierra. Setelah menyebarnya berita mengenai Sierra yang bahkan dengan tersurat menyebutkan nama panjangnya.
"Nona, apakah itu temanmu? Apakah saya harus berhenti sebentar?" tanya supir taxi tersebut. Ia menoleh ke arah spion tengah untuk melihat ekspresi Jeany.
"Oh… iya. Ehm… maksudku, dia temanku. Tapi terus berjalan saja," ucap Jeany setelah ia tersadar dari lamunannya.
"Jeany… aku tahu kau mungkin marah padaku. Namun kumohon dengarkanlah penjelasanku terlebih dahulu. Jika kau tak bisa bertemu denganku saat ini, maka besok kuharap kau dapat datang ke kantin tempat kita biasa makan bersama. Aku perlu menjelaskan kepadamu mengenai berita itu. Setelahnya… setelahnya tergantung padamu, apakah kau akan tetap bersahabat bersamaku atau tidak," ucap Sierra panjang lebar ketika si supir taxi mengambat laju mobilnya.
"Aku mungkin memang tidak layak untuk bersahabat dengan gadis yang berlatarbelakang sebagus kau. Namun, kau perlu tahu bahwa aku masih menyayangimu…" itulah kalimat terakhir yang Jeany dengar karena setelahnya taxi kembali melaju dengan kecepatan normal.
Tema-nya tentang penulis. Keinginan Sierra sama dengan keinginan seluruh penulis TinLit.
Comment on chapter BAB 3 The Way People Enjoy Their YouthSukses ya untuk ceritanya, Semoga bisa sesukses seperti karya Sierra.