Read More >>"> Aku Bukan Kafir! (Perpisahan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Bukan Kafir!
MENU
About Us  

Harumnya asin peda yang tengah di goreng di dapur sempit rumah itu seakan memanggil-manggil orang-orang yang lewat di depan rumah, membuat perut semakin lapar. Sore itu Ngatini memang sedang memasak tempe dan tahu goreng, sayur asem, dan asin peda. Terakhir dia meracik sambel di layah1 yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Sementara itu Marianti dan Ripah asyik bermain di pelataran tanah di depan rumah, seolah tak lapar mereka tak menggubris bau asin peda yang melewati hidung mereka.

Tak lama kemudian sembari menenteng cangkul dan arit Suroso berlari masuk pekarangan rumah tua itu, lalu berhenti tepat di depan pintu. Keras Suroso memanggil Ngatini sembari menggedor pintu “Mbak Yu.....Mbak Yu....!”

Hingga membuat Ngatini tersentak kaget, lalu sigap mematikan kompor dan tergesa membuka pintu. “Ana apa So? Apa Lek Yusup....

Sanes2 Lek Yusup Mbak, tapi Arman.”

“Loh! Ana apa maneh ambek Arman?”3

“Arman gelut, tukaran karo kancane nang lapangan masjid. Cepet dipisah Mbak, gawa mulih ae.”4

“Iya iya iya sik.”

Setelah itu Ngatini pergi tergesa bersama Suroso menuju lapangan di sebelah masjid. Sesampainya di lapangan, Ngatini langsung melerai Arman yang tengah gelut dengan Margiono. Hingga menyebabkan Arman dan Margiono babak belur. Setelah diselidiki ternyata Arman yang naik pitam memukul Margiono lebih dulu yang mengejek dirinya tak bisa membaca Alquran, Arman hanya anak lanang yang goblok seperti Bapaknya.

Namun, beberapa anak di sekitar Masjid berkata bahwa pertengkaran itu bermula karena Margiono meminta es potong yang dibawa Arman. Tetapi Arman menolak memberikannya karena es potong itu untuk dirinya dan kedua adiknya. Hingga Margiono melempar Arman dengan sandal japit, dan melontarkan makian. Arman yang tak terima akhirnya meladeni Margiono untuk gelut di lapangan. Saat pertengkaran itulah Margiono mengolok-olok Arman dan Bapaknya yang tidak bisa membaca Alquran. Tuduhan goblok juga terlempar dari mulut Margiono, hingga membuat Arman semakin naik pitam.

Sore itu juga Ngatini berjalan tergesa sembari menarik tangan Arman yang masih mengepal, menggenggam erat uang 12 ribu, sementara es potong yang tadi dibawa Arman sudah mencair di lapangan. Membuat orang-orang Kampung terheran-heran melihat Arman dan Ngatini. Saat itulah mereka tahu Ngatini begitu perduli dengan anak-anak Lek Yusup dan almarhumah Mbak Yu-nya. Tetapi juga sekaligus merasa iba dengan takdir yang dipilih Ngatini, menikah dengan laki-laki yang menurut mereka tidak cerdas, bahkan membaca Alquran saja tidak bisa. Mungkin pantaslah Arman belum bisa membaca Alquran hingga tahun itu, apalagi semenjak amarhumah Katmani meninggal.

Sementara itu Lek Yusup yang baru pulang ke rumah dari sawah juga mendengar yang terjadi dengan anak sulungnya, Arman. Saat itulah kemarahan Lek Yusup sudah mendidih, sebelum tahu duduk perkara anak sulungnya sampai gelut segala dengan kawannya. Hingga saat itu juga Lek Yusup keluar rumah, hendak menyusul Ngatini ke lapangan di samping masjid. Namun ternyata Lek Yusup harus mengurungkan niatnya saat melihat Ngatini setengah menyeret Arman yang masih menahan marah. Di hadapan suaminya Ngatini berkata pada Arman “Ayo Le cepat masuk, mandi, trus sholat asyar.”

Tanpa berkata Arman langsung masuk, melewati Bapaknya yang menahan amarah dengan kedua tangan dipinggang. Dengan berat Lek Yusup akhirnya menghembuskan nafas, sembari berkata “Arek iku kok saiki jadi tambah nemen mbelinge!”5

“Wis Mas, mengko bengi wae ditakoni.”6 Ucap Ngatini mencoba menenangkan.

Hingga malam pun datang menenggelemkan hari, kemudian menggantinya dengan taburan bintang di langit pekat yang cerah. Seusai sholat maghrib barulah Ngatini menyajikan masakannya yang baru selesai di masak di dipan kayu di dalam rumah, karena tadi sore Ngatini harus mengobati wajah Arman yang bonyok hingga lebam akibat berkelahi dengan temannya. Tanpa banyak bercakap, keluarga kecil itu mengisi perutnya dengan masakan yang tak mewah. Bahkan Arman yang wajahnya kini bertambah lebam karena kejadian tadi sore terlihat murung sembari perlahan melahap nasi dan sayur asem.

Selesai makan Lek Yusup menenggak air di gelas yang sudah diisi oleh Ngatini. Setelah itu Lek Yusup berkata pada Arman yang masih makan “He Le, Bapak ngerti rasane dadi wong goblok. Tapi lek Kowe ngeladeni uwong sing ngelokno Kowe goblok, Kowe sing luwih goblok.”7

“Bapak loh weruh, uwong-uwong ndhek kene iki, gelek ngomong no Bapak goblok, gak isa maca, apa meneh maca Quran. Penggawean dadi buruh sawah, dikonkoni uwong terus. Tapi Bapak ngerti, uwong-uwong sugih lalek gak ana wong goblok ya gak isa urip, marga gak ana sing ngrewangi.”8 Lek Yusup melanjutkan dengan tegas.

Setelah itu Lek Yusup membuang nafas, terdengar berat bahkan hampir putus, karena masih menahan amarah pada Arman. Kemudian Lek Yusup berkata sembari menatap Arman dengan mata berkaca-kaca “Le, Kowe iku anak lanang Bapak siji-siji ne. Kowe kudu isa sabar kayak almarhumah Emakmu, urip iku kudu nerima apa wae, kudu sabar.”9

Saat itu juga hati Arman merasa bersalah, dirinya sudah membuat kecewa Bapaknya. Perlahan Arman mengalihkan pandangannya pada Bapaknya dan hendak berkata, namun perkataannya tak jadi terucap lantaran suara pintu rumah itu bersuara keras, hingga mengagetkan Lek Yusup, Ngatini, Marianti dan Ripah. Bahkan Arman pun sigap menoleh pada pintu rumah itu yang masih bersuara keras. Menyusul kemudian suara laki-laki lantang dan keras terdengar “He, Yusup! Mana anakmu!”

Tanpa pikir panjang Lek Yusup yang masih memakai sarung dan kaos oblong cepat membuka pintu, melihat tamu yang dipikirnya tak sopan bertamu. Saat itu juga laki-laki berkulit coklat gelap keras berkata “Aku Bapak e Margiono, mana anakmu! Anakku babak belur gara-gara anakmu! Saiki tak gawe babak belur anakmu iku.”10

“Tenang ndisik Pak, kulo....

“Wis gak usah basa-basi! Aku pingin anakmu.” Setelah itu pandangan laki-laki berambut ikal bernama tertuju pada Arman yang duduk di dipan kayu.

Sigap laki-laki bernama Soleh mencabut arit dari balik kaosnya, kemudian mengacungkannya. Hingga membuat Arman dan kedua Adiknya, bahkan Ngatini ketakutan. Namun beruntunglah Lek Yusup lebih sigap menahan langkah Soleh, hingga perkelahian pun tak terelakan lagi. Saat itulah para tetangga di sekitar rumah Lek Yusup berdatangan, namun ternyata tak ada satupun yang berani melerai perkelahian antara Lek Yusup dengan Soleh. Hingga salah satu warga berinisiatif melapor pada Pak RT untuk melerai mereka.  

“Praaakkk!!!” Suara kaca jendela pecah karena hantaman kursi yang di lempar Soleh.

Setelah itu sigap Soleh menyabetkan arit di tangannya pada tubuh Lek Yusup, namun beruntung Lek Yusup lebih sigap menghindar. Kemudian mencoba merebut arit dari tangan Soleh. Hingga tanpa sengaja Soleh terpelesat sembari menarik tangan Lek Yusup. Dan Soleh pun terkapar di lantai dengan mata melotot pada Lek Yusup. Tak lama berselang darah segar mengalir di lantai. Membuat kaget seisi rumah itu dan orang-orang yang merundungnya.

“Masya Allah! Sapa sing kene bacok?!”11 Ucap seorang warga yang melihat.

Lek Yusup yang juga kaget perlahan bangkit, kemudian meneliti badannya dan cepat melihat Soleh yang bersimbah darah dengan arit yang menancap di perutnya. Saat itulah wajah Lek Yusup menegang sembari menggeleng-gelengkan kepala, seolah mengatakan dirinya tidak menancapkan arit itu pada tubuh Soleh. Tak lama kemudian barulah Pak RT datang tergesa sembari menyingkapkan sarung. Begitu terkejut Pak Rt Slamet melihat yang terjadi di rumah Lek Yusup. Dan tak ada pilihan lagi bagi dirinya selain meminta bantuan polisi untuk menyelesaikan masalah yang menimpa warganya.

Kejadian yang tak pernah terpikir sebelumnya. Masalah kecil yang dilakukan oleh anak-anak selalu bertambah besar saat orang tua yang mudah kalap membela anaknya yang paling benar. Melenyapkan kesantunan yang selama ini dipegang oleh warga yang saling bertetangga. Beberapa saat kemudian ambulan datang, menyusul kemudian Polisi dengan sirine di atas mobil menjemput Lek Yusup. Saat itulah Lek Yusup hanya pasrah Polisi membawa dirinya untuk dimintai keterangan atau mungkin menahannya. Namun dalam hatinya begitu tegar, karena dirinya merasa tidak menancapkan arit di perut Soleh.

Dan kini Arman begitu menyesal dengan yang diperbuatnya tadi sore. Karena dirinya Bapaknya dibawa ke kantor polisi. Saat itu juga Arman yang tak pernah menangis, tak bisa menahan gempuran air mata melihat Bapaknya digiring masuk ke dalam mobil bersama dua Polisi. Baginya perpisahan ini sangat menyakitkan, dan akan selalu menjadi mimpi buruk bagi Arman.

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Layah = cobek biasanya terbuat dari tanah liat, tempat untuk membuat sambel.

2. Sanes = bukan

3. Loh! Ada apa lagi dengan Arman?!

4. Arman berkelahi, bertengkar dengan temannya di lapangan masjid. Cepat dipisah Mbak, bawa pulang aja.

5. Anak itu kok sekarang jadi tambah parah nakalnya.

6. Sudah Mas, nanti malam saja ditanya.

7. He Nak, Bapak ngerti rasanya adi orang goblok. Tapi kalau kamu meladeni orang yang menghina kamu, kamu yang lebih

    goblok

8. Bapak loh tahu, orang-orang di sini itu sering  membicarakan Bapak goblok, tidak bisa membaca, apalagi ngaji. Pekerjaan jadi buruh sawah, disuruh orang terus. Tapi Bapak mengerti orang-orang kaya kalau tidak ada orang goblok, ya tidak bisa hidup, karena tidak ada yang membantu.     

9. Nak, kamu itu anak laki-laki Bapak satu-satunya. Kamu harus bisa sabar seperti almarhumah Ibumu, Hidup itu harus menerima apa saja, harus sabar. 

10. Aku Bapaknya Margiono, mana anakmu! Anakku babak belur gara-gara anakmu! Sekarang aku buat anakmu babak belur!

11. Masya Allah, siapa yang kena tusuk?    

                                                                                                     

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...