Prolog
Sungguh, itu bukan Shauda.
Kamar Shauda berantakan. Ciara baru saja melempar vas bunga kaca ke arah Shauda, yang akhirnya melukai pelipis kanan laki-laki itu. Sisa-sisa pecahan vas bunga itu sekarang bergeletakan di lantai. Pecahan-pecahan kecil membuat kaki Ciara berdarah. Tapi Ciara tidak mampu merasakannya sama sekali.
Yang mampu Ciara rasakan sekarang hanya rasa sakit. Yang berkali-kali lipat lebih menyakitkan daripada rasa sakit menginjak pecahan vas bunga.
Hatinya, sakit.
Shauda tetap diam di tempat. Ia bahkan belum sempat mengenakan kausnya lagi. Melihat Ciara menatapnya seperti itu, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Shauda ingin memeluk dan menenangkan Ciara, mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja—atau mungkin hanya diam karena Ciara terlihat sangat tidak baik-baik saja.
Detik berikutnya, Ciara bergerak. Ia memunguti barang-barangnya yang tercecer di lantai dengan kaki berdarah dan mengenakan jaket. Dengan itu pulalah, Ciara berbalik pergi, meninggalkan Shauda yang masih menahan napas.