Read More >>"> sHE's brOKen (1. PERTEMUAN YANG TAK DISANGKA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - sHE's brOKen
MENU 0
About Us  

1. PERTEMUAN YANG TAK DISANGKA

Bila seseorang datang ke dalam hidup yang begitu sunyi untuk ditinggali, akankah ada yang bersedia mengisi kekosongannya?

 

“Ra, temenin aku latihan yuk hari ini.”

Tiara tersenyum simpul melihat nama pengirim pesan yang tertulis di layar ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Aldi? Laki-laki yang selalu memintanya menemani latihan basket di hari minggu. Padahal, Tiara kemarin sudah bilang padanya kalau hari ini dia ingin menghabiskan waktu membaca buku di taman dekat rumah. Ya, sejak ibunya meninggal empat tahun lalu karena penyakit leukemia yang dideritanya, Tiara seringkali menghabiskan waktunya sendiri. Entah dengan membaca buku kesukaannya, mendengar musik, atau pergi ke sebuah kafe untuk sekadar menikmati secangkir kopi yang paling dia suka.

Aldi memang selalu begitu, membuat Tiara tidak lagi heran dibuatnya. Laki-laki yang berbeda fakultas dengannya itu memang sedang mempersiapkan pertandingan basket melawan antarkampus di gedung tempat biasa dia berlatih. Sebagai seorang sahabat, Tiara benar-benar merasa bangga dengan prestasi yang dimiliki Aldi. Hobinya bermain basket sejak kecil membuat tubuh laki-laki itu menjadi tinggi dan terlihat berbentuk. Walaupun terkadang dia heran dengan Aldi yang sampai sekarang tak pernah mau membuka hatinya untuk perempuan. Sikapnya yang selalu saja dingin malah menjadi alasan banyak perempuan-perempuan di kampus mengagumi pesona Aldi. Matanya yang tajam ketika menatap lawan bicaranya, hidungnya yang mancung, dan berkumis tipis juga menjadi alasan lain banyak perempuan yang nekat meminta berkenalan dengan Aldi. Tiara akui, memang laki-laki itu tak pernah main-main dengan persoalan cinta. Aldi pernah bilang padanya, kalau dia lebih baik tidak dekat dengan perempuan manapun daripada harus menyakiti hati perempuan.

Pemandangan taman pagi itu benar-benar menyejukkan hati. Di sebelah kiri taman, orang-orang bercelana training sedang menikmati lari pagi dengan headset yang terpasang di telinganya. Ada beberapa pedagang juga menjajakan es krim dan beberapa makanan yang lain. Anak-anak kecil terlihat sedang bermain bola di dekat kolam besar yang memancurkan air ke atas. Tiara sengaja memilih tempat duduk di bangku taman yang sedikit jauh dari keramaian. Dia mengeluarkan buku dan ipod dari dalam tas, lalu memasang earphone nya dan memutar lagu “close to you.

Tak banyak yang tahu, lagu itu yang paling sering Tiara putar di playlist ipodnya. Lagu yang selalu dinyanyikan ibunya sejak dia masih kecil. Yang paling Tiara ingat, ibunya selalu menyanyikannya lagu itu sebelum dia beranjak tidur.

“Ibu nyanyikan lagu kesukaanmu, ya?” Ucap ibu ketika suhu badan Tiara panas sejak kemarin. Tentu saja Tiara mengangguk. Pada saat itu, hatinya benar-benar merasakan kehangatan berada dekat dengan ibunya. Jemari tangan lembut yang menyentuh tiap helai rambut panjang Tiara, dan senyum ibunya yang selalu ingin dia lihat, menjadi obat yang tak pernah dijual oleh siapapun.

“On the day that you were born the angels got together

And decided to create a dream come true

So they sprinkled moon dust in your hair

Of golden starlight in your eyes of blue”

Tiara tersenyum mendengar suara ibunya yang mulai bernyanyi. Benar-benar menyentuh hati.

“That’s why all the girls in town

Follow you.. all around..

Just like me, they long to be.. close to you..”

Jari telunjuknya menyeka ujung mata yang mulai terasa berair. Tiara sangat merindukan ibunya. Terlalu banyak kenangan indah yang ingin sekali dirasakannya kembali. Melihat ibunya tersenyum, mengusap lembut rambut panjangnya, memeluknya.. semua itu masih dapat dia rasakan bahkan sampai ibunya tak lagi ada di dunia. Semenjak itu, tekatnya hanya ingin menjadi seorang dokter. Ibunya yang menjadi semangat Tiara untuk memilih melanjutkan pendidikan di bangku kuliah jurusan kedokteran. Beruntung, Tiara masih memiliki seorang ayah yang begitu menyayanginya. Walaupun seringkali sibuk dan jarang berada di rumah, Tiara berusaha mengerti bahwa seorang arsitek memang tak bisa menghindar dari proyek-proyek besar yang harus dikerjakan tepat waktu.

Terkadang, Tiara merasa tak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Rasa sepi yang begitu sering menghantuinya, cukup menjadi beban semenjak ibunya sudah tak ada lagi. Aldi dan Rani menjadi dua orang yang selalu memberikan bahu untuk Tiara. Menemani dan menjaganya sehingga rasa sepinya menjadi hal yang tak begitu terasa.

Tiara menghela napas panjang, kembali fokus membaca buku yang ada dalam genggamannya. Namun, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah belakang..

“Awas!! Bola!” Seorang laki-laki berseru kencang, berlari mendekat ke arah Tiara dan memanjangkan tangannya menepis bola yang hampir mengenai kepala Tiara dari arah samping.

Mendengar teriakan tersebut, sontak Tiara terkejut memejamkan matanya. Dia menengok ke arah depan dan bola itu terlihat memantul menjauh dari dirinya.

“Kamu nggak kena, kan?” laki-laki itu berdiri di samping Tiara dan memperlihatkan wajahnya yang sedikit khawatir. Bola itu memang terlihat cukup keras dan berat dari caranya memantul.

Tiara mengangguk sopan dan tersenyum tipis. “Terimakasih, ya.. maaf?”

“Panggil saja Randi.” Laki-laki itu mengerti kebingungan Tiara. “Boleh duduk di sini sebentar?”

Tiara menggeser posisi duduknya, memberikan ruang pada Randi agar bisa duduk di sampingnya. Dari penampilannya, Randi tidak terlihat seperti anak kuliahan. Namun, terlihat lebih dewasa dari gerak-gerik dan suaranya ketika berbicara. Dia tampak menggunakan sebuah topi berwarna hitam dan membawa sebuah kamera yang digantung di lehernya.

“Kamu sedang apa di sini?” Randi menatap buku yang ada di pangkuan Tiara, “Pramoedya Ananta Toer?”

Tiara sedikit mengernyitkan dahi. “Kamu tahu? Suka baca bukunya juga, ya?”

Randi tersenyum lebar, “Kalau lagi ada waktu luang, suka baca buku karangannya.”

“Kamu sendiri? Sedang apa di sini?” Mata Tiara melirik pada kamera yang Randi bawa, “Sedang hunting foto, ya?”

Randi baru akan menjawab pertanyaan itu barusan, namun tiba-tiba ponsel Tiara berbunyi. Ternyata Rani yang mengiriminya pesan. Apalagi ini? Batinnya. Dengan terburu-buru, Tiara memasukkan buku dan ipodnya ke dalam tas. Dia meminta maaf pada Randi karena tak bisa berbincang lebih lama dan harus pergi dari tempat itu sekarang juga. Rasa panik yang menjalar membuatnya lupa mengenalkan namanya pada Randi tadi. Tapi, baginya tak begitu masalah. Yang terpenting dirinya sudah berterimakasih karena laki-laki itu sudah menolongnya. Kalau saja tidak ada Randi, mungkin sudah ada dua benjolan di kepalanya.

Ra, buruan ke sini. Lutut kiri Aldi cidera lagi.

Kurang lebih begitu isi pesan yang dibaca Tiara ketika tahu Rani menghubunginya. Tiara mendesah pelan. Laki-laki itu tak pernah mau mendengarnya. Kalau sudah begini, Tiara yang jadi direpotkan harus memberikan spray pereda rasa nyeri pada kakinya, karena Aldi tak pernah mau disemprotkan oleh orang lain. Entahlah, dia pun tak pernah mengerti dengan Aldi. Katanya, dia sulit percaya dengan orang lain, dan hanya percaya dengan calon dokter bernama Tiara yang ditemuinya di atap gedung empat tahun lalu.

Kalau Aldi sudah mengeluarkan alasan-alasan seperti itu, Tiara hanya bisa tersenyum kecil. Rasa khawatirnya belum juga hilang sampai dirinya tiba di gedung lapangan basket tempat Aldi berlatih. Dari pintu masuk, Tiara dapat melihat laki-laki itu sedang terduduk di pinggir lapangan dekat tribun penonton. Memegangi lutut kirinya dengan raut wajah menahan sakit. Tiara mempercepat langkahnya.

“Itu Tiara!” Yoga berseru kencang, membuat Aldi dan Putra langsung melihat Tiara yang berlari mendekat.

“Mana spray nya?” Tiara duduk di samping Aldi dan memegang lutut kiri laki-laki itu yang sedikit memerah. “Kamu nggak stretching dengan benar, ya?”

Aldi hanya mengangguk pelan tak menjawab. Sementara Putra berlari terburu-buru dari ruang klinik, mengambil spray pereda nyeri. Ternyata benar spekulasi Tiara sebelumnya, kalau Aldi tidak melakukan pemanasan dengan benar. Sudah tidak terhitung lagi Tiara memperingatkan Aldi untuk melakukan pemanasan yang benar, tapi selalu saja terkadang Aldi lengah dan akhirnya lutut kirinya mengalami cidera.

“Di mana Rani?” Tiara yang mulai menyemprotkan spray di lutut kiri Aldi bertanya pada Yoga dan Putra, teman satu tim Aldi dalam turnamen basket.

“Katanya sih lagi ngerayain hari jadi 6 tahunnya.” Yoga mengusap dahi yang berkeringat dengan handuk kecil di tangannya.

Ah. Bisa-bisanya Tiara lupa dengan hari jadi Rani dan Kemal hari ini. Sahabatnya itu memang sudah 6 tahun menjalin hubungan dengan Kemal, laki-laki yang berbeda kampus dengannya, namun tak pernah terembus kabar-kabar miring yang menganggu hubungan mereka. Tiara yang sama sekali belum pernah memiliki seorang pacar, merasa tidak tahu seperti apa rasanya menjalin hubungan sampai selama itu.  Sejujurnya, dirinya ingin sekali membuka hati, membiarkan seseorang masuk dalam kehidupannya, dan menjadi bagian dari dirinya. Tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana. Selama ini, Tiara sudah terlalu terbiasa dengan kehidupannya yang terlewat mandiri. Menghabiskan waktunya seorang diri, dan bersama sahabatnya yang selalu tahu apa yang Tiara inginkan. Kalau sudah seperti ini, apa gunanya memiliki seorang pacar?

Tiara meletakkan spray yang sudah disemprotkannya di salah satu kursi penonton. Dia membantu Aldi untuk berdiri, dan menyuruh laki-laki itu menggerakkan pelan kaki kirinya.

“Al, Latihannya dilanjut besok saja, ya?” Pinta Tiara dengan wajah memelas. DIa memang tidak tahu bagaimana rasa sakit pada lutut kiri Aldi, namun dari raut wajah Aldi yang terlihat sangat menahan rasa sakit, membuat Tiara yakin kalau rasanya benar-benar sakit.

Aldi yang masih menggerakkan kaki kirinya, menggeleng cepat. Dia tidak mau latihan hari itu berakhir hanya karena cidera di kaki kirinya. “Ini hanya cidera biasa.”

“Aku mohon.” Tiara makin memelas.

“Aku harus latihan, Ra..” Jawab Aldi dengan suara pelan, lalu kembali berdiri tegak dengan kedua kakinya.

Baiklah. Tiara menyerah. Dia memilih duduk di kursi penonton paling depan mengawasi Aldi kalau sewaktu-waktu kaki kirinya kembali cidera. Sementara Aldi mulai mengambil bola basket dan kembali memantulkannya di lantai gedung. Beberapa kali Tiara tersenyum kecil melihat Aldi yang terus melirik ke arahnya seakan takut dirinya tiba-tiba menghilang.

“Kalau latihan yang fokus dong, Al!” Ledek Tiara sewaktu Aldi mendekat untuk mengambil botol minum dan handuk kecil yang berada di samping Tiara.

“Tadi kamu habis dari taman, Ra?” Aldi membuka tutup botol minumnya dan mulai meneguk sampai tersisa setengah botol.

Tiara mengangguk senang. Dia mulai menceritakan pada Aldi apa yang dialaminya tadi sewaktu bertemu dengan Randi. Tiara juga memuji laki-laki itu.

“Zaman sekarang masih ada ya pahlawan kesiangan kayak gitu?” Aldi memberikan respon datarnya. Baginya, cerita Tiara sama sekali tak menarik.

Tiara kembali mengangguk, lalu tersenyum lebar. “Justru, laki-laki yang seperti itu yang dibutuhkan di zaman sekarang.”

Kali ini, Aldi tak memberikan respon apa-apa. Sebenarnya, latihannya sudah selesai sejak tadi. Dia mengambil tas perlengkapan basketnya, lalu memasukkan botol minum dan handuk kecil miliknya ke dalam tas.

“Kita pulang yuk, Ra?” Aldi menggenggam tasnya di tangan kiri, dan tangan kanannya memegang lengan Tiara untuk mengajaknya berdiri. “Sebelum pulang, kita makan dulu, ya?”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hug Me Once
8153      1843     7     
Inspirational
Jika kalian mencari cerita berteman kisah cinta ala negeri dongeng, maaf, aku tidak bisa memberikannya. Tapi, jika kalian mencari cerita bertema keluarga, kalian bisa membaca cerita ini. Ini adalah kisah dimana kakak beradik yang tadinya saling menyayangi dapat berubah menjadi saling membenci hanya karena kesalahpahaman
Renafkar
8748      1684     5     
Romance
Kisah seorang gadis dan seorang lelaki, yakni Rena dan Afkar yang sama-sama saling menyukai dalam diam sejak mereka pertama kali duduk di bangku SMA. Rena, gadis ini seringkali salah tingkah dan gampang baper oleh Afkar yang selalu mempermainkan hatinya dengan kalimat-kalimat puitis dan perlakuan-perlakuan tak biasa. Ternyata bener ya? Cewek tuh nggak pernah mau jujur sama perasaannya sendiri....
Blue Rose
267      223     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
When Home Become You
410      305     1     
Romance
"When home become a person not place." Her. "Pada akhirnya, tempatmu berpulang hanyalah aku." Him.
Memorieji
6978      1415     3     
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...
Finding Home
1967      925     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Jalan-jalan ke Majapahit
4192      1247     8     
Fantasy
Shinta berusaha belajar Sejarah Majapahit untuk ulangan minggu depan. Dia yang merasa dirinya pikun, berusaha melakukan berbagai macam cara untuk mempelajari buku sejarahnya, tapi hasilnya nihil. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah website KUNJUNGAN KE MAJAPAHIT yang malah membawanya menyebrangi dimensi waktu ke masa awal mula berdirinya Kerajaan Majapahit. Apa yang akan terjadi pada Shinta? ...
Premium
Akai Ito (Complete)
5596      1283     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Salendrina
2291      833     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
Ghea
440      283     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...