Tanpa terasa 5 hari waktu untuk istirahat tim nia sudah habis begitu juga dengan batas waktu ujian kedua, namun yang tersisa dari ujian kedua hanya 32 tim yang berarti hanya 128 orang yang lulus. "uwaaa.... mereka yang terakhir datang kasian juga ya istirahatnya hanya 5 jam sebelum ujian ke tiga..." ujar aldi saat mendata 5 tim terakhir yang berhasil mendapatkan 8 kristal. "bagi seluruh peserta yang telah lulus ujian tahap kedua harap berkumpul di lapangan utama gedung markas besar ahli spiritual cabang kalimantan 5 jam lagi... diulangi bagi seluruh peserta yang telah lulus ujian tahap kedua harap berkumpul di lapangan utama gedung markas besar ahli spiritual cabang kalimantan 5 jam lagi... sekian informasi dari panitia penyelenggara..." suara aria terdengar dari speaker yang hampir ada di setiap area gedung markas besar ahli spiritual cabang kalimantan itu.
Sementara itu di sisi lain gedung dendi terlihat mengobrol dengan petugas pengawas sambil memberikan sebuah amplop coklat. sang petugas terlihat menganggukan kepala saat dendi berbicara padanya, saat petugas itu pergi dendi terlihat sangat senang dan tersenyum dengan wajah yang terlihat licik. seekor kucing hitam mengintip hal itu dari kejauhan, setelah cukup melihat sang kucing langsung menghilang. "huh...? perasaanku saja apa memang aku merasa tadi ada yang melihatku...? hmmm..." setelah berpikir sesaat mata dendi langsung terbuka lebar dan melihat ke arah tempat sang kucing hitam menghilang. "tidak salah lagi... itu tanda-tanda bekas adanya makhluk gaib di sana...." ujar dendi melihat sisa aura hitam di dekat gang kecil yang terhimpit di antara dua gedung. "apa tujuan makhluk gaib ini...?" dendi terus bertanya-tanya, sedangkan sang kucing hitam berhasil sampai kembali ke pangkuan majikannya.
Fira mengambil posisi untuk kembali tiduran di pangkuan nia, "apa yang tadi kamu lakukan? dan dari mana saja kamu fira...?" tanya nia seperti mengintrogasi fira yang baru kembali itu. "aku tadi tidak sengaja melihat seorang kakek tua tengik yang sedang melakukan hal menjijikkan... masih mau dengar rinciannya...?" mendengar perkataan fira itu langsung membuat wajah nia memucat dan langsung menggelengkan kepalanya. "yah... lebih baik kau tidak mengetahuinya... ngomong-ngomong kapan kita ke lapangan...? bukannya waktu yang tersisa hanya 15 menit...?" tanya fira pada nia sambil mengambil posisi yang nyaman untuk tidur di pangkuannya. "kamu pikir dari tadi aku nungguin apa hah...? huuuu.... sekarang kita akan langsung menuju ke lapangan..." ujar nia sambil menggerakan kursi rodanya dengan prajurit api biru buatannya.
Saat fira dan nia sampai di lapangan tempat berkumpul itu mereka melihat sudah banyak sekali orang yang memiliki energi spiritual yang meluap-luap. 'mereka memamerkan energi spiritualnya hanya untuk pamer kekuatan... benar-benar manusia rendahan...' ujar fira melalui telepati, 'yah.... namanya juga manusia memang sudah sifatnya ingin pamer agar mendapat pujian...' jawab nia sambil tersenyum pada fira. "cngit.... jesss.....!" tiba-tiba di pinggir lapangan muncul sebuah panggung dan di atasnya sudah ada 5 orang pengawas salah satunya adalah aria sebagai perwakilan ketua pelaksana. "apa semuanya sudah berkumpul disini...? kalau sudah aku akan menjelaskan rincian soal ujian ke tiga ini..."ujar aria dengan penuh semangat berbicara di atas panggung itu. "krik...krik..." sayang sekali tidak ada satu peserta pun yang terlihat menanggapi perkataan aria yang penuh semangat itu, "ehem... baiklah dalam ujian ketiga ini akan dilakukan sebuah pertarungan satu lawan satu... cngiiit....." 8 buah arena yang cukup luas muncul dari tanah. arena yang terbuat dari tanah dengan tinggi 10 cm itu muncul, luas tiap arena sekitar 500x500 meter karena lapangan tempat berkumpul itu memang sangat luas kira-kira sekitar 10000x10000 meter lebih.
Melihat arena tersebut dan juga perkataan aria soal pertandingan satu lawan satu membuat para peserta menjadi bersemangat. "uwoooo....!" pertarungan adil satu lawan satu yang telah ditunggu-tunggu akhirnya muncul, dimana setiap perserta bebas menggunakan seluruh kekuatannya untuk menjatuhkan lawan. "peraturannya simple... disini yang keluar dari arena, tidak sadarkan diri atau menyerah akan di anggap gagal.... dan aku disini menambahkan satu aturan penting dimana membunuh lawan tidak akan dilarang selagi lawan belum menyerah..." ujar aria dengan tatapan sadis pada para peserta yang sedang fokus memperhatikan arahan darinya. "uwoooo....! akhirnya pertandingan asli....!" para peserta malah semakin bersemangat mendengar hal itu, 'apa gak masalah kalau begini...?' tanya nia pada fira melalui telepati. 'tenang saja.... maksud dari ujian kali ini itu untuk mengetes kemampuan peserta untuk bisa mengetahui batas kemampuannya sendiri... eh....' fira tidak sengaja keceplosan memberi nia petunjuk dari ujian tahap ketiga.
Mendengar perkataan fira itu nia hanya bisa tersenyum manis ke arah fira, 'kamu baik banget ih... meski... pfft...' nia menahan tawanya melihat fira sedikit panik saat dirinya keceplosan seperti itu. fira hanya menghela nafas melihat tingkah nia itu, 'dasar... kamu harus tetap hati-hati...' ujar fira memperingatkan nia untuk tetap waspada. 'iya iya....' jawab nia santai sambil tersenyum dan mengelus-elus fira di pangkuannya. "baiklah berikutnya soal pembagian lawannya akan di acak berdasarkan sistem... untuk pertandingan kloter pertama siapakah 16 orang beruntung ini..." ujar aria membuat nia kembali melihat ke arah panggung panitia. "cngiiit....!jeng..." sebuah layar monitor besar kembali muncul dari bawah lapangan itu, "kling...klingklingklingkling...kling tuk-tuk-tuk-tuk... jeng...!" ke enam belas nama pun muncul di layar monitor itu. "eh itu...?" nia melihat nama seseorang yang dia kenal di layar monitor itu, "baiklah inilah nama-nama peserta ujian ketiga kloter pertama... di harap para peserta segera memasuki arena dengan nomor yang sesuai dengan yang ada di layar monitor...." aria kembali menjelaskan pada para peserta yang terpilih itu.
setelah seluruh peserta kloter pertama itu sudah memasuki arena yang sesuai aria pun kembali keatas panggung, "baiklah karena seluruh peserta sudah memasuki arenanya masing-masing... ayo kita hitung mundur sebelum pertandingannya di mulai secara serentak... ayo hitung bersama... satu... dua... tiga... fight....!" seluruh peserta yang menonton terbawa suasana dan ikut berhitung bersama aria. "itu kak desta kan....?" ujar suara seorang anak kecil dari sebelah kanan nia, "eh... aulia...! hug..." nia langsung memeluk tubuh aulia yang berada di sampingnya itu. "dia enak ya dapet giliran pertama..." suara yang tidak asing kembali muncul dari arah kiri nia, "sahril....!" ujar nia saat menoleh ke arah kirinya. "kau tidak perlu mengandalkan boneka apimu lagi... biar aku saja yang mendorongmu..." ujar sahril menawarkan dirinya untuk mendorong kursi roda nia. "huuh... besshhh..." seketika prajurit api biru nia lenyap dan digantikan oleh sahril, "ku harap desta juga menang..." ujar nia sambil melihat ke arah arena tempat desta bertarung.
Di arena desta bertarung melawan seorang pria pengguna jimat, mereka saling menunggu kesempatan untuk menyerang. "bagaimana kalau kau menyerah saja... karena aku yakin kau akan mati jika aku menggunakan kekuatan penuh jimatku ini..." ujar pria itu sambil mengusap cincin batu akik yang ada di jari telunjuknya. "kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba... wush..." desta dengan cepat maju untuk menyerang pria itu, "booomm....!" suara ledakan dan kepulan asap debu pun berterbangan akibat pukulan itu. "hah....? kreshh..." pukulan desta di halangi oleh sebuah dinding tanah dari lantai arena tersebut, "wush... tap... tap..." desta langsung mundur dengan cepat untuk mengantisipasi bahaya. "pukulanmu memang membahayakan... tapi itu jika pukulanmu bisa kena..." ujar pria pengguna jimat itu sambil tersenyum penuh rasa kemenangan ke arah desta. "manipulasi tanah ya... tipe elemental memang sangat kuat... tapi... wuushh.... booomm...!" lagi-lagi terdengar dentuman keras dari arena tempat pertarungan desta, "percuma-pecuma.... kau tid-... krekek....! eh...?" pria pengguna jimat itu bingung karena mendengar suara aneh dari dinding tanah buatannya. "duar....! bug.... urghh....! bushhh...." pukulan desta berhasil menembus dinding tanah pria itu dan berhasil melancarkan pukulan telak ke arah wajahnya. "dug... bugbug wursshh..." pria pengguna jimat itu terhempas cukup jauh dari tempatnya berdiri, namun belum cukup jauh untuk sampai keluar dari arena itu. "kekuatan spiritual itu tidak hanya sebatas mengendalikan elemen..." sambung desta sambil tetap mengepal tangan kanannya yang di penuhi energi spiritual.
Desta memang bukan tipe yang bisa mengubah energi spiritual menjadi elemen seperti petir angin, tanah, air, es, kabut, bayangan dll. namun desta memiliki kontrol energi spiritual yang sangat bagus, itu sebabnya desta dapat menghancurkan dinding tanah yang keras dengan pukulannya. "beraninya kau...! waaaa.....!" tiba-tiba energi spiritual pria pengguna jimat itu meningkat pesat, " hooo.... aku jadi semakin bersemangat melawannya..." desta yang tidak mau kalah ikut melepas energi spiritualnya hingga membara bagaikan sebuah api yang mengamuk. "hee.... lumayan juga ya ternyata si desta itu..." ujar sahril dengan santai menilai pertarungan desta, "lah emang kamu pikir dia itu lemah ya ril...?" tanya nia pada sahril sambil menoleh ke belakang. "iya... aku pikir dia itu hanya bagus dalam wibawa dan sifat kepemimpinannya saja..." jawab sahril dengan nada datar, "kalau kamu aulia...? gimana menurutmu...?" tanya nia kepada aulia yang ada di sampingnya. "kalau menurut aku kak desta itu cocok sebagai pemimpin... tapi... aku juga ragu kalau soal dalam pertarungan... hehe..." jawab aulia sambil tertawa kecil pada nia, "kemampuan desta dalam pertarungan memang tidak sekuat kamu sama diriku aulia... tapi dia memiliki cara bertarung sendiri..." sahut nia sambil mengusap kepala aulia. "booommm.... dbrum...drusshhdrushdrush..." desta terus menghindari tanah yang berbentuk duri yang terus menyerang dirinya, "tap...tap...tap...tap...!" desta terus menggunakan kelincahannya untuk menghindari serangan yang terus menerus di lancarkan ke arahnya.
semakin lama serangan duri tanah buatan pengguna jimat itu semakin cepat dan intens, "uwa.... benar-benar bahaya ya... dushh.... tap...tapp...." desta semakin mempercepat lompatannya. "mau sampai kapan kau terus menghindar seluruh tempat ini akan penuh dengan duri tanah sebentar lagi..." pria pengguna jimat itu semakin memperkuat serangannya dengan penuh rasa kepercayaan diri. "kau pikir dengan mengurung dirimu sendiri di tengah area akan membuatmu aman....?" sebuah tatapan berwarna merah menatap sang pengguna jimat dari arah belakang. sang pengguna jimat kaget mendengar suara desta yang tiba-tiba berada di belakangnya dan membuatnya langsung menoleh ke arah sumber suara itu. "mustahil....!" ujar pria itu sambil menatap desta dengan panik dan langsung membuat duri tanah untuk melindungi dirinya, "wush.. tap.... duar....! bom...! wushh...! bugh.... bug ... buugbug.... bugbugbugbug... booomm...! wushh...!" desta menjebol duri-duri yang menghalanginya dan langsung menghajar pria pengguna jimat itu dengan pukulan bertubi-tubi yang sangat brutal. "woah....!" suara seruan penonton yang juga sesama berserta langsung menggema melihat pertarungan antara desta dan pengguna jimat yang sudah tidak sadarkan diri itu. "pemenang arena 3 adalah desta alungga..." ujar aria menyebutkan pemenangnya karena sang lawan sudah tidak sadarkan diri, "tidak ku sangka aku sampai harus menggunakan jurus kerasukanku..." ujar desta bergumam sendiri sambil meninggalkan arena itu.
Sementara itu di bangku penonton mata nia terlihat berkaca-kaca melihat pertandingan desta dari layar monitor besar di atas panggung. "tadi itu... tidak salah lagi... ada makhluk gaib yang merasuki tubuh desta..." ujar nia setelah melihat pertarungan desta barusan, "eh... apa maksudmu nia...?" tanya sahril bingung dengan perkataan nia barusan. "jadi pada intinya itu ada seekor makhluk gaib yang merasuki tubuh desta untuk meningkatkan kekuatannya secara drastis..." nia menjelaskan secara sederhana pada sahril dan aulia. "makhluk seperti apa yang merasuki kak desta tadi kak...?" tanya aulia yang mulai penasaran, "kalau penglihatanku tidak salah makhluk itu berwujud seekor kera liar..." jawaban nia membuat aulia dan sahril membatu. 'kera' pikiran aulia dan sahril langsung tertuju pada makhluk yang sering di simbolkan sebagai lambang wajah jelek itu, "pfft... ahahaha...." sahril dan aulia sama-sama tertawa setelah beberapa saat berpikir. "maaf kak... tapi kenapa harus kera sich...? kan ada banyak jenis hewan lain..." tanya aulia setelah puas tertawa, "aku juga tidak tau... yang pasti kera yang merasuki desta itu cukup kuat loh... jadi jangan di remehkan..." ujar nia memperingati aulia dan sahril yang terlihat menganggap enteng makhluk gaib jenis kera itu.
Ditempat lain pertarungan antara wanita pengguna es dan wanita pengguna khodam terlihat sangat sengit. "woah mereka hebat juga ya... itu kan wanita yang pernah aku lawan di hutan..." ujar nia yang terkagum melihat pertarungan yang sengit dengan pengguna khodam di arena 2. "hei....!" desta memanggil nia dan kawan-kawannya sambil melambaikan tangan, "huy....!" sahut nia sambil membalas lambaian tangan desta. "ehem... karena sudah ada satu arena yang kosong... kami akan lanjut menentukan peserta yang bertarung berikutnya..." ujar aria membuat para penonton yang juga peserta itu langsung menoleh ke arahnya. "kling...klingklingklingkling...kling tuk-tuk-tuk-tuk... jeng...!" namanya yang keluar di layar monitor itu sungguh membuat nia dan teman-temannya kaget. "oke untuk peserta yang bertarung di arena 3 adalah nia nurmala vs zaki kurnia...!" ujar aria dengan penuh semangat kepada para penonton, "peserta harap bersiap sementara arena akan di bersihkan..." ujar aria dan munculah kanna dari bawah panggung. kanna mendekati arena 3 yang berada paling dekat dengan tembok pembatas lapangan dan juga penuh dengan duri tanah bekas pertarungan sebelumnya.
Semua pandangan orang-orang langsung tertuju pada kanna yang mendekati arena 3 seorang diri, "baiklah.... waktunya bersih-bersih... dush...bezzzzt... crit..." ujar kanna sambil mengepalkan tangan kanannya dan mengeluarkan percikkan arus listrik kecil di sekitar kepalan tangannnya itu. "apa yang mau dia lakukan...?" ada beberapa peserta yang bertanya-tanya apa yang akan dilakukan kanna, "hiyaa.....! critt...cling.....! boommmduar....! burssshhhh....!" kanna melancarkan tinjunya dan berhasil meledakkan duri-duri tanah besar serta membersihkan arena itu tanpa perlu menyentuh duri tanah itu dengan tangannya. "hah......!?" seluruh peserta yang melihat perbuatannya itu benar-benar terkejut, "yosh... pekerjaan beres...." kanna dengan santainya membalikkan badannya dan kembali ke bawah panggung. "woahh.....!" seluruh peserta langsung bersemangat kembali melihat kekuatan yang luar biasa yang diperlihatkan oleh kanna barusan. "itu pasti kak kanna... orang yang sering disebut-sebut oleh gandi sebagai yang terkuat di serikat ahli spiritual..." ujar nia bergumam sendiri, "eh...!? jadi dia kanna sang putri petir itu....?" tanya desta secara spontan setelah mendengar perkataan nia tadi. "iya... ngomong-ngomong arenanya sudah bersih jadi aku harus segera bersiap... sahril biar prajuritku yang mendorong kursi mulai dari sekarang..." mendengar perkataan nia itu sahril pun melepaskan tangannya dari pegangan kursi roda nia, "pokoknya kakak harus menang ya..." aulia langsung memberikan kata-kata dukungan pada nia. "iya kakak pasti akan menang kok... jadi lihat baik-baik pertarungan kakak ya aulia..." ujar nia sambil memasang senyuman manis ke arah aulia.
Setelah arena 3 bersih nia pun bersiap-siap memasuki arena dengan boneka api biru yang mendorong kursi rodanya. "yo... siapa sangka kita akan bertemu lagi secepat ini... pengguna api biru sialan..." ujar zaki melancarkan perkataan kasarnya pada nia, "aku juga tidak menyangka akan bertemu si angin kecil lagi..." seolah tidak mau kalah nia juga ikut menghina zaki dengan julukan angin kecil. "gret...! hoooo... jadi kau punya nyali juga ya cewek cacat...!" zaki terlihat mudah sekali terpancing oleh perkataan nia barusan dan langsung mengeluarkan hawa membunuh yang besar. "hoo... ngeri sekali angin kecil mencoba mengancamku..." nia juga mulai terlihat kesal dengan ocehan zaki yang seenaknya itu, "bersiap untuk arena 3... satu... dua... tiga... mulai...! wusshhh....!" zaki dengan cepat melesat kearah nia sambil mengayunkan celuritnya yang sudah di lapisi angin hitam ke arah nia."slashh...! wushshh....! hah...!?" sayang sekali tebasan zaki berhasil di hindari oleh nia dengan mudah, "sayang sekali prajurit apiku ini bisa bergerak dengan cepat meski sambil mendorong kursi rodaku lho... burs...burs..." ujar nia sambil menambah dua prajurit api biru miliknya. "hah... kau pikir bonekamu bisa melukaiku...!?" ujar zaki menyombongkan diri, "kita tidak tahu sebelum mencoba, bukan...?" nia menggerakan kedua tangannya dengan menyatukan kedua jari tengah dan jari telunjuknya untuk mengatur kedua prajurit api birunya untuk menyerang zaki.
Kedua prajurit api biru dengan menggunakan golok api biru menyerang zaki secara bersamaan, "wush...wush...cing...tang...!" zaki dengan mudah menahan dan menghindari setiap serangan dari prajurit api biru buatan nia. 'nia dia bukanlah tipe yang dapat di kalahkan dengan prajuritmu...' ujar fira melalui telepati pada nia yang sedang berkonsentrasi itu, 'aku tahu... hanya saja aku penasaran sejauh mana perbedaan kekuatanku dengan dirinya...' jawab nia sambil terus mengatur prajurit api birunya untuk menyerang. "membosankan...wushh... slashslash..." dengan mudahnya zaki menghancurkan kedua prajurit api biru buatan nia itu, "apa hanya itu kemampuanmu...? sepertinya pengawalku memang terlalu lemah ya... sampai bisa di bantai oleh dirimu..." ujar zaki sambil memasang wajah bengis yang terlihat kecewa pada nia. "sepertinya aku memang tidak bisa setengah-setengah melawanmu ya..." celetuk nia sambil memejamkan matanya, "mari mulai sedikit serius... burshburshburshburshbursh... burshhh...." nia menambah jumlah prajurit apinya menjadi 5 prajurit api biru bersenjatakan golok api biru dan seekor kucing api biru raksasa di belakang kelima prajurit itu. "jadi kau masih bisa menggunakan lebih banyak boneka ya... mari kita lihat kekuatan boneka-boneka mu ini...!" ujar zaki yang mendadak terlihat bersemangat.
Zaki mengeluarkan angin hitam disekitar tubuhnya dan menerjang maju kearah nia yang di lindungi prajurit-prajurit api birunya, serangan langsung dari zaki itu langsung di hadang oleh salah satu prajurit api birunya nia. "minggir...slash... tang...!" zaki terkejut karena kali ini tebasannya berhasil di tahan dan di pukul mundur oleh prajurit api biru nia, "...! slashh... wush...!" belum sempat pulih dari keterkejutannya prajurit api biru lainnya ikut maju menyerang zaki. "wushh... tap tap..." zaki berhasil menghidari tebasan prajurit api biru itu, "diriku yang hebat ini... di pukul mundur oleh boneka rendahan...!? beraninya kau....!!!" zaki mengeluarkan seluruh energi spiritualnya dan membuat pusaran angin hitam yang sangat besar di tengah arena. "huaaa... nia benar-benar membuat orang itu marah..." ujar desta sambil menghalau debu yang berterbangan akibat angin hitam itu, "kak nia sepertinya sengaja memancing kekuatan penuh lawannya..." perkataan aulia itu langsung membuat desta dan sahril bingung. "apa untungnya memancing lawan mengeluarkan kekuatan penuhnya...?" tanya sahril yang penasaran dengan pendapat aulia, "entahlah... tapi aku yakin kak nia merencanakan sesuatu..." ujar aulia penuh keyakinan.
Sementara itu di arena 3 zaki terlihat benar-benar marah pada nia, melihat itu wajah nia menjadi pucat. 'gimana ini fira...? aku gak bermaksud membuatnya seserius ini...' nia yang kebingungan bertanya pada fira melalui telepati, 'pikirkan sendiri lah... kau kan yang membuatnya marah begitu...' ujar fira seolah tidak peduli. 'ayolah bantu aku kalau begini aku bakal di bantai....' nia terlihat memohon pada fira penuh harapan. "slash....slashh... slash...slash...slash...!" nia kaget melihat zaki membantai seluruh prajurit api birunya dengan mudah bagai menebas sebuah kertas, "dub...grrr.....!" kucing api biru raksasa buatan nia langsung menghalangi zaki yang ingin menerobos kearah nia. "wiaw....!" kucing api biru raksasa nia maju menghadapi zaki sendirian, "minggir kau kucing sialan....! slashslash....!" zaki menghabisinya dengan dua tebasan. 'baiklah kali ini aku bantu...' ujar fira sambil memalingkan wajahnya meski obrolan itu melalui telepati, "berikutnya kau... sla-... boom...! bug...drugdug... sreshsettt...." tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat keras dan zaki terlihat terlempar serta terguling sampai hampir keluar arena.
Saat itu zaki tidak langsung bangkit melainkan menoleh kearah nia, kursi roda nia yang ikut terpental keluar arena akibat serangan barusan. namun yang membuat zaki terbelalak adalah wujud nia itu sendiri, tubuh nia yang dikelilingi api biru juga kuping kucing dan ekor kucing hitam yang muncul entah dari mana. hal yang paling mengejutkan adalah nia bisa berdiri dengan kedua kakinya dengan normal seperti tidak pernah mengalami kelumpuhan, "bagaimana bisa...? dari mana munculnya energi spiritual yang sangat besar ini...!?" zaki melihat aura energi spiritual yang sangat besar itu meluap-luap dari tubuh nia. "woahhh.....!!" seluruh peserta yang menonton ikut bersorak melihat pertarungan nia melawan zaki itu, "sadarilah keberadaanmu yang tidak berarti bocah...!" terdengar suara asing seperti suara dua orang yang bercampur menjadi satu keluar dari mulut nia. "greg...!" zaki terlihat menggesekkan giginya karena kesal melihat perubahan nia yang sangat drastis itu, "emangnya aku takut....!? maju sini kau....!!!" ujar zaki kembali mengeluarkan seluruh energi spiritualnya. "wushhh...haaa.... slash...cing...tang...!" dengan mudah nia menangkis tebasan celurit zaki, "tang...! criiinng.....!wushhh....bussshh....!" benturan antara tebasan kuat zaki dengan cakar api fira membuat hempasan angin yang sangat kuat. "dussshhh..... srettt.....!" nia dan zaki sama-sama terpukul kebelakang, 'bocah ini lumayan kuat juga ternyata... nia kita harus sedikit serius melawannya...' ujar fira pada nia yang berada pada satu tubuh itu. 'memang itu rencanaku... ayo....!' jawab nia dengan penuh semangat, "burrrshhhh.....!" api biru yang mengelilingi tubuh nia mendadak semakin membesar dan memanaskan seluruh arena itu, "burrshhh.... bersiaplah....!" ujar nia sambil memperbesar api yang ada pada kedua tangannya. "jangan kau pikir bisa dengan mudah mengalahkanku...! wushhh....." zaki yang tidak mau kalah mengeluarkan angin hitam yang sangat besar sehingga angin itu bahkan dapat di rasakan di seluruh lapangan, saat kedua mata nia dan zaki bertatapan dengan cepat keduanya melesat maju untuk menyerang satu sama lain. "wushh.... sreett.... boommm... burssshh....!" adu kekuatan tebasan celurit yang dilapisi angin hitam milik zaki dan cakar api biru milik fira membuat ledakan yang sangat hebat di arena itu, "masih belum....!" tanpa menunggu lama zaki langsung berbalik mencoba menyerang lagi. "...! bum.... desshhh......! greg....!" sebelum zaki sempat melancarkan serangan nia sudah lebih dulu menyerang dengan cakar api birunya, dua kekuatan yang saling beradu itu menyebabkan retakan besar pada lantai arena karena tidak sanggup menahan tekanan kekuatan dari nia. "api kecil seperti ini tidak akan bisa mengalahkanku...!" ujar zaki yang terus meningkatkan kekuatan anginnya untuk memukul mundur nia, namun ocehan zaki hanya di balas dengan senyuman oleh nia. "bursshhh......!"lagi-lagi api milik nia membesar begitu juga cakar api biru di tangannya, "sebenarnya aku tidak ingin menggunakan ini tapi.... sepertinya kamu tidak akan mati hanya karena terkena serangan ini..." api biru yang sangat besar yang bahkan seukuran setengah dari arena itu terkumpul di tangan kanan nia. "apa-apaan itu....!?" ujar zaki yang terkejut melihat api biru besar yang panasnya bahkan menembus angin miliknya, "jreeeb.... sringgg....!" seluruh api biru besar itu langsung mengecil seakan terserap oleh tangan kanan nia. "maaf ya... jurus gabungan tinju siluman kucing.... wushhh....!"nia melepaskan serangan tangan kirinya dari zaki, dengan cepat melancarkan pukulan tangan kanannya yang sudah bersinar karena menyerap api biru besar tadi. "clingclingcling....! booommm....! druggkkk.....! duarr....!" seluruh arena itu meledak karena serangan yang dilancarkan oleh nia dan menimbulkan suara yang memekakan telinga.
Seluruh penonton yang ada di area lapangan itu terdiam melihat pertarungan kelas atas itu, begitu juga dengan para peserta yang ada di arena. kepulan asap akibat ledakan tadi menutupi seluruh arena tempat nia dan zaki bertarung, perlahan kepulan asap debu itu mulai menghilang dan disana terlihat zaki yang tidak sadarkan diri di pojok arena yang hancur lebur. sedangkan nia yang masih dalam wujud siluman kucing itu terlihat terengah-engah karena kelelahan, pengawal keluarga kurnia yang menggunakan es tersadar dari lamunannya yang terpukau pada pertarungan zaki dan nia saat melihat hasilnya. dia melihat musuhnya masih melamun dan terpukau, "kesempatan...! bushh...!" wanita es itu langsung menyerang musuhnya dengan es yang sangat besar. "hah....!? booomm...! duarr......!" suara dentuman keras es ukuran raksasa itu langsung membuyarkan lamunan seluruh penonton pertarungan nia dan zaki, "woahh......!! kita bisa lihat kekuatan hebat peserta ujian kali ini...!" ujar aria ikut kaget melihat apa yang baru saja nia lakukan pada zaki yang merupakan adik sepupunya dan juga serangan es raksasa dari arena 2. "pemenang arena 3 dan arena 2 adalah nia nurmala dan zill yulian...!" aria mengumumkan 2 pemenang sekaligus karena waktu kemenangannya hampir bersamaan, "woahhh....!!" suara peserta yang melihat kedua pertarungan itu ikut berseru.
Nia yang masih menggunakan jurus api birunya itu menghampiri kursi rodanya yang terpental keluar arena, "huh... untuk gak rusak... jadi untuk ini gandi berjaga-jaga mengganti kursi rodaku dengan kursi roda berbahan karbon padat..." suara nia masih terdengar tercampur oleh suara asing. saat nia kembali duduk di kursi rodanya ekor dan telinga kucingnya langsung menghilang begitu juga dengan api biru yang mengelilinginya. setelah selesai bersiap nia langsung menghampiri teman-temannya yang terus menonton dirinya bertarung tadi, "kakak.... tadi hebat sekali..." aulia berteriak sambil menghampiri nia. "hehehe... kakak jadi malu... kamu nonton kakak terus ya tadi...?" tanya nia pada aulia yang sudah berada di pangkuannya, "iya kak..." jawab aulia sambil tersenyum ke arah nia. "nia... tadi itu... jangan bilang kucing hitam yang ada di kepalamu itu sebenarnya... siluman...?" tanya desta sambil sedikit terbata pada nia sambil menunjuk ke arah fira yang berada di kepala nia, "ketahuan ya...? iya dia ini siluman kucing hitam... namanya fira... dia menjalin kontrak denganku beberapa minggu yang lalu sebelum aku ikut ujian ahli spiritual ini..." ujar nia menjelaskan pada teman-temannya itu. "aku ada satu pertanyaan lagi.... kenapa bajumu hanya hancur sebagian kecil saja padahal aku sangat yakin serangan terakhirmu itu panasnya bahkan bisa melelehkan sebuah baja dengan sekali sentuh..." tanya desta saat melihat kondisi baju nia yang hanya rusak bagian pinggirannya saja. "ini...? ini tuh baju khusus anti api yang di buat oleh seorang ahli pusaka yang juga merupakan pemilik toko barang antik di pasar senen... satu setel baju ini bersama dengan celana dan sepatu semuanya bisa menahan suhu sampai 2000 derajat celsius... meski terlihat mustahil tapi memang begitu kenyataannya dan buktinya seranganku yang suhunya sampai 2500 derajat tadi saja gak terlalu merusak baju ini..." jawaban nia itu membuat desta, sahril dan aulia terdiam mendengarnya. "dududu.... dua ribu derajat celsius....!?" ketiga teman satu tim nia itu secara bersamaan berteriak, "hebat.... jadi serangan kakak tadi itu beneran sangat panas ya..." mata aulia berkaca-kaca mendengar penjelasan nia barusan itu dan membuatnya semakin mengagumi sosok nia.
Pertarungan demi pertarungan hari itu pun terselesaikan sahril pun berhasil lulus dengan mengalahkan salah satu pengawal zaki yang menggunakan 2 buah pedang kembar. Pertarungan terakhir hari itu adalah pertarungan antara aulia melawan puji di arena 1, "untuk pertarungan penutup ini ayo kita mulai berhitung... satu... dua... tiga... mulai...!" ujar aria memulai pertarungan antara puji melawan aulia itu. "aku menyerah....!" teriak aulia spontan membuat puji dan seluruh peserta yang menonton itu terdiam kaget, "hah....!? apa maksudmu...?" tanya puji merasa tidak puas dengan apa yang dia dengar barusan. "aku menyerah ini kemenanganmu... aku tidak bisa melanjutkan ujian lebih dari ini... ya kan... ayah...?" ujar aulia sambil menoleh ke arah pria tua yang terlihat garang dengan wajah yang memiliki bekas luka tebasan. "ya itu keputusan yang bijak gadis kecilku..." jawab pria itu pada aulia, "ooh... ternyata pertarungan kali ini berakhir dengan anti klimaks karena menyerahnya peserta aulia..." suara aria yang awalnya semangat perlahan menjadi datar. "maaf karena putriku sudah merepotkan kalian semua..." pria itu meminta maaf pada pengawas yang ada di atas panggung dan langsung membawa aulia bersamanya.
Aulia yang terlihat pasrah saat tangannya di tarik oleh ayahnya itu membuat nia merasa sedikit kesal, "tunggu sebentar... apa maksudnya ini pak...? kenapa anda membawa paksa aulia pulang...?" ujar nia protes pada tindakan yang di lakukan oleh pria garang itu. "oh kamu rekan satu timnya saat ujian ke dua ya... terima kasih sudah mengurus putriku selama ini... sekarang kami mohon ijin untuk pulang... dan... aku peringatkan agar kalian tidak terlalu terlibat dengan urusan keluarga kami..." setelah berkata seperti itu ayah aulia itu langsung membalikkan badannya dan pergi membawa aulia. "tunggu sebentar tuan banyuwangi... apakah yang barusan itu sebuah ancaman untuk kami...?" ujar desta mengambil alih pembicaraan, "kalau iya kenapa...? kalian mau melawanku?" sahut ayah aulia pada perkataan desta barusan. "kalau memang iya itu ancaman maka kami tentunya tidak akan tinggal diam..." perkataan desta itu membuat ayah aulia terlihat tidak senang, "busshhh...!" ayah aulia langsung melancarkan pukulan pada desta dengan kecepatan tinggi. "tap... burssshhhhh......!" kepulan angin yang amat kuat muncul saat pukulan dari ayah aulia di hentikan oleh seseorang, "maaf tuan gimanda... anda tidak boleh melukai peserta kami..." ujar gadis yang menghentikan serangan gimanda. orang yang menghentikan pukulan itu tidak lain adalah kanna yang dari tadi melihat pertikaian mereka, "cih... kali ini kau selamat.... lain kali akan ku ajarkan sopan santun padamu bocah..." ujar gimanda sambil membalikkan badan dan pergi membawa aulia bersamanya. "huaaa.... aku pikir aku bakal mati..." ujar desta terjatuh duduk, "apa kamu-...." sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya desta melihat sosok pria yang tidak asing baginya di samping nia. "apa kamu gak apa-apa nia..." ujar gandi pada nia, "iya aku gak apa-apa kok... kamu cepet banget udah ada di sampingku aja..." ujar nia pada gandi yang langsung menghampiri nia bersamaan dengan munculnya kanna. "tapi aku ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi di dalam keluarga banyuwangi...." ujar nia sambil melihat kepergian aulia dari tempat itu.
Apa yang sebenarnya terjadi? apakah hubungan antara ayah dan anak keluarga banyuwangi memang seperti itu? kemunculan sang ayah dari gadis kecil bernama aulia yang tidak terduga ini benar-benar diluar prediksi siapa pun.
bersambung..