Kita semua duduk di salah satu café, dan makan disana sambil berbincang-bincang. Setelah makan gue pun pamit sebentar karena gue mau ke toilet. Setelah gue keluar dari toilet gue terkejut karena gue melihat Soraya yang sedang berdiri di depan pintu toilet dan kayaknya dia sengaja menunggu gue. Tanpa pikir panjang Gue pun menghampiri dia, yang sedari kita baru sampai ke Mall sampai kita makan di café dia cuma diem aja ngga kayak biasa nya. Akhirnya gue memberanikan diri untuk bertanya ke Soraya.
“Aya lo kenapa sih, dari tadi diem aja?” Tanya gue.
“Emang gue masih penting yah buat lo?”. Tanya Soraya yang bikin hati gue nyeri.
“ya jelas lah Aya, lo kan sahabat gue”. Jawab gue.
“Kalo sahabat itu ngga mungkin tega buat ngerebut gebetan sahabatnya, apalagi jadian sama gebetan sahabatnya”. Ucap Soraya yang masih enggan untuk menatap gue.
“Soraya kalo ngomong itu tatap orangnya”. Kata gue sambil membuat Soraya menatap gue.
“ugh,,, kenapa sih gue ngga bisa buat benci lo!” kata Soraya sambil meneteskan air mata.
“karena diantara kita berempat ada sebuah ikatan yang lebih dari sekedar sahabat, kita semua udah seperti saudara, dan gue ngga mungkin jadian sama Sean. kan lo tahu sendiri kalo gue suka nya sama Willy”.kata gue sambil menghapus air mata Soraya menggunakan tangan gue, yang membuat gue menjadi menangis juga.
Soraya langsung memeluk gue danmeminta maaf atas kesalahpahaman yang hampir saja membuat persahabatan kita hancur. Dan saat kita sedang berpelukkan dan maaf-maafan, ada yang mengetuk pintu depan toilet dan waktu gue membuka ternyata Sean yang sedang berdiri di depan pintu toilet cewek. Gue juga bingung dia mau ngapain. Sean tiba-tiba saja langsung menarik tangan gue.
“maksud lo apa sih Sean?”Tanya gue sambil menghapus air mata gue dengan tangan gue.
“lo kenapa? Lo lama banget di toiletnya. Lo sakit?”. Tanya Sean dengan nada Panik sambil menangkup pipi gue dengan kedua tangan nya
Gue baru inget kalo Soraya masih ada di belakang gue dan yang pasti dia melihat drama yang terjadi antara gue dan Sean. Dengan segera gue melepas genggaman tangan Sean.
“aishhh! Lo itu lebay banget sih, udah deh ngga usah bercanda lagi. Lagian kita kan udah saling minta maaf tadi waktu kita di café”. Kata gue mencoba untuk mencairkan suasana yang sempat tegang.
Soraya melihat ke arah gue sambil senyum dan gue membalas senyuman nya. Dan ngga lama dari situ Nur, Yulis dan William menghampiri kami dan mengajak kami untuk segera ke toko buku di lantai atas karena hari sudah menjelang malam.
#####
Sekarang Kita sudah sampai di eskalator, dan sejujurnya gue punya trauma dengan eskalator. Gue ngga berani buat naik tangga berjalan itu tanpa ada seseorang yang menggandeng gue. Dan sialnya seluruh sahabat gue udah diatas. Gue yakin mereka semua lupa kalo gue takut untuk naik eskalator. Gue bingung banget, akhirnya gue Cuma diem saja di depan eskalator. Dan saat gue hendak mencoba untuk naik ke eskalator itu dengan mata gue yang terpejam, Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangan gue dan membuat gue ngga jadi melangkahkan kaki gue ke eskalator itu. Dan ketika gue membuka mata gue, gue benar-benar terkejut karena yang gue lihat itu Sean. Otomatis gue melepas tangan nya karena yang gue lihat ke atas semua sahabat gue termasuk William lagi memperhatikan gue.
“Kenapa dilepas? Lo berani naik sendiri?”. Tanya Sean, yang lalangsung gue jawab dengan menggelengkan kepala yang menyatakan bahwa gue memang tidak berani.
“Udah sini! lo itu masih kaku aja pegangan sama pacar sendiri” kata Sean sambil tersenyum smirk gitu.
Gue ngga perduliin apa yang diomongin sama Sean karena yang terpenting itu adalah gue bisa sampai ke atas dengan selamat.
Begitu kita sampai diatas sahabat gue langsung meminta maaf karena lupa kalo gue itu takut untuk naik eskalator. Gue yang sedikit kesal pun jalan duluan dan berlagak mengambek. Tapi tidak lama dari situ akhirnya gue berbaikan lagi dengan mereka karena Nur memberikan gue es krim rasa vanilla.
Setelah itu kita lanjut berjalan sampai Akhirnya kita semua sampai di toko buku dan kita mencari novel untuk kita observasi, dan kita pilih novel berjudul “Love Is Complicated”. kita mengantri untuk membayar novel itu karena kebetulan toko buku itu sedang ramai sekali.
Ketika kita sedang mengantri Sean tiba-tiba saja ijin sebentar dia berkata jika dia ingin membeli sesuatu dan dia juga mengajak si William. Gue yakin sih mereka akan membeli barang yang dibutuhin untuk para cowok, karena kata Sean dia pinjam willy sebentar untuk membantu dia memilih sesuatu. Yah gue ngga perduli lah yah.
#####
Gue dan sahabat gue termasuk Sean dan William sudah selesai dengan kepentingan kita masing-masing dan ngga nyangka kalo sampai malem di Mall. Akhirnya kita putuskan untuk pulang dan menginap dirumah Soraya untuk mengerjakan tugas sekolah Bahasa Indonesia itu. Rumah Soraya yang lumayan luas dan punya banyak kamar. Jadi gue, Nur, Yulis dan Soraya tidur dikamar Soraya sedangkan Sean dan Willy tidur di kamar tamu.
Setelah sampai dirumah Soraya Kita semua pun mandi dan pakai piyama kita. Dan setelah kita selesai dengan rutinitas malam kita masing-masing, kitapun berkumpul di ruang TV untuk menonton film horror sambil mengerjakan tugas kita.
Dan Setelah tugas kita selesai, Sean pergi keluar dan duduk di teras depan rumah Soraya. Dan Soraya pun mengikuti Sean dan duduk disebelah nya. Soraya mencoba untuk memberanikan diri dan bertanya kepada Sean.
“Sean lo beneran jadian sama Cicy?” Tanya Soraya yang penasaran sejak tadi.
Sean menganggukan kepalanya
“yah begitulah, emang kenapa?”kata Sean sambil menoleh sebentar ke muka Soraya
“Enggak kenapa-napa kok, gue Cuma nanya. Emm,,Tapi awalnya gue kira lo itu Cuma bercanda”. Kata Soraya yang mulai meneteskan air mata. namun tanpa terlihat oleh Sean karena dia tidak menghadap ke Soraya.
“yah jujur aja gue ini punya prinsip kalo gue itu akan selalu bertanggungjawab dengan semua yang gue ucapkan. Dan gue ngga mau kalo sampai Cicy mengira gue Cuma mempermainkan dia doang, gue ngga mau menyakiti perasaan cewek”. Jawab Sean tanpa menatap Soraya.
“oh jadi gitu, berarti lo berdua jadian tanpa proses tembak-tembakkan dong yah, terus apa lo ngga nyesel? Kalian jadian tanpa suka satu sama lain loh. Kalo emang lo udah tahu kalo lo punya prinsip yang seperti itu, terus kenapa lo berbicara seperti itu tanpa berfikir?”. tanya Soraya tanpa jeda
“lo itu mirip wartawan yah nanya mulu! Udah ah, gue ngga mau jawab”. Kata Sean sambil mengacak rambut Soraya. Sean hendak beranjak pergi tapi akhirnya dia duduk lagi untuk bertanya dengan Soraya.
“Aya lo suka ini ngga?”. Tanya Sean sambil menunjukan kalung dengan tulisan nama SEAN sebagai bandulnya.
Soraya langsung tersenyum dan berkata “Iyaa, gue suka banget. makasih”.
“lo mah kebalik, harusnya gue yang bilang makasih atas pendapat lo. gue jadi yakin banget kalo Cicy bakal suka kalung ini” jawab Sean sambil tersenyum bahagia.
“oh, kalo gitu gue masuk dulu yah Setan” kata Soraya.
Soraya langsung masuk dan kembali berkumpul bareng kita dan menonton film horror bareng. Setelah itu Soraya menarik tangan gue dan mengajak gue ke kamarnya untuk berbicara. Gue ikutin dia dan akhirnya Gue bertanya sama dia apakah dia berhasil buat PDKT sama Sean
“Selamat yah ci! untuk hubungan baru kalian. Gue mau belajar ikhlas karena cinta itu tidak harus memiliki” kata Soraya sambil tersenyum.
“lo ngomong apa sih Aya, apa lo masih mikirin yang tadi di Mall? Sumpah Ay itu Cuma bercandaan doang”. Kata gue.
“Bagi lo itu cuma bercandaan, tapi bagi Sean itu keseriusan yang hakiki. Bahkan Sean sudah menyiapkan hadiah untuk lo...Gue ngga akan marah kok tapi tolong jaga dan bahagiain Sean buat gue”. Kata Soraya dengan suara lirihnya.
“ini pasti salah paham, gue ngga pernah suka dia Aya, lo kan tau itu”. Kata gue meyakinkan Soraya.
“dia butuh lo Ci, Cuma lo yang bisa ubah dia jadi cowok yang baik. Jangan hancurin harapan dia dan bikin dia jadi lebih parah lagi, tolong bantu dia untuk berubah jadi laki-laki yang baik. Paling tidak beraktinglah seakan lo perhatian sama dia”. Kata Soraya.
“Gue ngga bisa Aya! lagian dia juga ngga suka sama gue, gue pun sebaliknya terus buat apa semua sandiwara itu”. Kata gue yang mulai kesal dengan semua pernyataan ngga masuk akal yang disampaikan Soraya.
“Gue yakin tentang perasaan lo, tapi gue ngga yakin dengan perasaan Sean” kata Soraya.
Ketika gue dan Soraya lagi berbincang tiba-tiba Sean memanggil gue dan menyuruh gue untuk menghampiri dia. Soraya langsung menyuruh gue pergi dan berakting seperti sikap gue yang biasa. Gue bertanya ke Soraya apa dia yakin, dan Soraya jawab dia dengan sangat yakin.
Gue pergi ke teras untuk menghampiri Sean yang sedari tadi memanggil nama gue. Dan ketiks gue sampai dia langsung menyuruh gue untuk duduk disebelahnya dan dia minta gue untuk menutup mata gue. Ya ampun gue deg-degan bener ini. Apa yang akan dilakukan sama Sean, haduh Gue jadi takut nih karena Sean kan udah menganggap kalo kita itu beneran pacaran.
“udah buka aja mata lo, takut banget gue cium sih” kata Sean sambil tertawa.
“yeh wajarlah gue takut, lo cowok normal kan?” Tanya gue.
“ya iyalah gue normal, tapi gue ngga se mesum itu kali. gue bakal ijin dulu ke lo kok, kalo emang gue mau kiss”. Jawab dia.
“emm,,, By The Way yang kata-kata lo di Mall itu serius?” Tanya gue penasaran.
“Masih belum yakin juga? Itu yang melingkar di leher lo itu apa?” kata Sean yang membuat gue langsung melihat ke leher gue. Dan gue bener-bener terkejut dengan kalung yang melingkar di leher gue dengan nama SEAN sebagai bandulnya.
“Gimana lo suka?” Tanya Sean lagi.
“i-iya, makasih yah” jawab gue yang masih melongo ngga percaya.
“Boleh gue pinjem bahu lo?” Tanya Sean yang langsung menyandarkan kepalanya di bahu gue.
“Belum gue jawab, udah main nyandar aja. Ngapain minta ijin kalo gitu!” kata gue ketus.
“Udah deh ngga usah ketus gitu! Apa lo mau gue bungkam pake cara yang manis dan tak terduga?" Tanya Sean yang bikin jantung gue berdegup kencang banget.
“Ngga usah macem-macem deh” kata gue yang pipinya mulai bersemu merah.
“lo malu yah? Pasti lo lagi membayangkan gimana cara gue bungkam mulut lo” Tanya Sean seraya menggoda gue.
“Ngga! apaan sih” kata gue ketus.
“Udah ngga usah mengelak lagi, pipi lo udah merah tahu ngga?”. Ucap Sean masih menggoda gue.
“Udah sih” kata gue.
“ Emm,,, Ci lo tau ngga sih kalo gue itu punya beban yang berat banget? Boleh gue ceritain ke elo?” Tanya Sean.
“silahkan aja, kalo emang dengan begitu beban lo bisa sedikit berkurang”. Jawab gue.
Sean menceritakan semua masalah dia dan latar belakang dia yang membuat dia menjadi anak yang notaben nya nakal, suka bolos, suka melawan guru, dll. Dia bilang ke gue kalo orang tua dia itu ngga perhatian dan Cuma kakak nya yang perhatian sama dia, sayang nya kakak dia tinggalnya jauh karena sudah menikah. Intinya dia itu broken home. Jujur aja Gue terharu mendengarkan curhatan dia dan akhirnya gue mengelus kepalanya tanpa sadar. Awalnya gue langsung mengangkat tangan gue waktu gue sadar, tapi akhirnya gue lanjutin mengelus kepala dia karena Sean yang meminta. Katanya sih itu terasa menenangkan banget. Dan Sean juga menyampaikan sesuatu yang membuat gue melihat sisi lain dari seorang Sean.
“Ci makasih ya untuk perhatian lo selama ini, meskipun gue tahu kalo lo itu memang perhatian ke semua orang sih. Gue ngga menyangka aja kalo ternyata ada juga yang perhatian ke gue disaat yang lain menjadikan gue bahan bully karena sikap gue yang jutek dan ngga perduli dengan sekitar”. Kata dia yang mulai memejamkan matanya.
“Gue Cuma memperlakukan orang dengan baik kok, karena gue berharap orang pun akan memperlakukan gue sama seperti cara gue memperlakukan mereka”. Kata gue.
“Intinya yang gue tahu Cuma lo yang perhatian ke gue. Lo selalu memberitahu gue kalo ada tugas, lo selalu membantu gue kalo lo bisa. Lo juga mau ngajarin gue dengan sabar”. Ucap sean yang membuat jantung gue berdegub kencang.
“Sean jangan tidur disini aish,,,sana tidur dikamar tamu sama Willy” kata gue.
“siapa juga yang mau tidur disini, gue ngga mau kali kalo gue tidurnya di temenin tante kunti”. Kata Sean sambil tertawa.
“maksud lo gue tante kunti gitu!?” kata gue sambil natap Sean sinis.
“Emang lo mau nemenin gue tidur gitu?” Tanya Sean balik.
“Apaan sih lo itu!? Udah tidur sana, gue juga mau tidur!”. Kata gue.
“Yuk! Bareng,,,” Tanya Sean.
“Apaan sih lo?” Tanya gue.
“Maksud gue masuk ke dalem nya bareng, tapi kalo tidur mah dikamar masing-masing lah. Haduh kok pacar gue jadi mesum gini yah” kata Sean sambil ketawa dan mencubit pelan pipi gue.
“Bangga banget sih lo jadi pacar gue, gue aja ngga tau kapan kita jadian”. Kata gue sambil masuk ke kamar Soraya.
Yg ini sudah memenuhi syarat untuk dikirim ke publisher. Coba aja thor kirim naskah nya kalo di acc kan royaltinya lumayan bisa untuk jajan. Tinggal revisi dikit trus masukin chapter pengungkapan kenapa Sean Dead udadeh selese. Tapi yg Cerita author yg baru jangan di stop. Itu juga menarik ko
Comment on chapter Cold Boy