Loading...
Logo TinLit
Read Story - The watchers other world
MENU
About Us  

Selama 1 bulan penuh rendi terus mempelajari banyak hal mulai dari mempelajari sihir serangan dasar, cara bertarung dengan menggunakan pedang besar, sampai teknik penempaan senjata dan perawatan senjata. Namun ada satu hal yang membuat rendi belum bisa menganggap pembelajarannya di kota arfuku selesai, "tinggal 20 buku di lantai 1 dan 2 buku di ruangan khusus." gumam rendi saat memasuki perpustakaan. "Hei inkal, bisa tidak aku membaca buku yang ada di ruangan khusus di lantai 2?" inkal yang sedang menata buku menoleh ke arah rendi, "oh buku lost magic yang ada di ruangan khusus itu? boleh saja tapi kau harus ku dampingi soalnya itu harta berharga bagi perpustakaan ini." ujar inkal sambil menghampiri rendi. "Ya tidak masalah selama aku masih bisa membacarnya." rendi menyetujui syarat dari inkal, "kalau begitu ayo ikuti aku." mereka pun pergi ke lantai 2 tepatnya ke arah sebuah pintu yang terbuat dari besi. Tidak seperti pintu lainnya yang terbuat dari kayu, ruangan khusus di perpustakaan itu memiliki pintu dari besi dan terlihat sangat kokoh. "krekek...zing....kretttttektektek... jishhh...." terdengar jelas sekali mekanisme penguncian dari pintu itu saat inkal membuka pintu itu dengan kunci khusus yang ukurannya cukup besar. Pintu besi itu pun didorong oleh inkal "ngoaaannn....." ruangan dengan penerangan dari kristal sihir pun terlihat di balik pintu itu.  

Pemandangan yang benar-benar terlihat seperti tempat menyimpan harta karun dimana didalam ruangan itu terdapat 3 lemari kaca tempat menyimpan ketiga buku sihir istimewa milik perpustakaan kota arfuku itu. "Eh sebentar, ada tiga?" setahu rendi di ruangan khusus itu hanya ada dua buku, "kau pasti membaca daftar buku di perpustakaan ini kan?" inkal tersenyum pada rendi yang terlihat bingung. "iya... kenapa disini ada 3 buku?" rendi bertanya sambil terus memperhatikan corak sampul pada ke 3 buku tersebut, "awalnya perpustakaan ini memang hanya memiliki 2 buku yang tersimpan di ruangan khusus, namun beberapa bulan kemarin ada sebuah buku hasil temuan para petualang dari sebuah dungeon. Bukunya sangat lusuh dan beberapa halaman akhir buku itu juga hilang, padahal halaman akhir buku itu memuat informasi tentang keterangan dari kegunaan sihir yang tertulis di buku itu.  Tapi satu hal yang pasti buku itu sudah kami konfrimasi sebagai salah satu dari 100 buku lost magic dari peradaban sihir terdahulu." inkal menjelaskan pada rendi asal usul buku ketiga itu sambil membuka lemari kaca tempat menyimpan buku-buku itu. "Tolong jangan menggunakan sihir untuk membaca buku ini. soalnya buku ini usianya sudah ratusan tahun dan sangat rapuh." inkal mengingatkan rendi untuk tidak menggunakan sihir saat membaca ketiga buku itu. Seharian itu inkal menemani rendi membaca buku di ruangan khusus perpustakaan dan membiarkan pegawai lain yang mengurus resepsionis. 

 Berkat beberapa buku yang mengajari rendi mengenai huruf-huruf kuno di dunia itu, rendi dapat membaca huruf-huruf yang ada dalam buku-buku kuno sejenis buku lost magic. "Oh jadi begitu. hmm... hmm..." rendi asik sekali mempelajari buku lost magic pertamanya, buku itu berisi tentang sihir ruang dimensi penyimpanan. "Yosh selesai." dalam waktu 15 menit rendi selesai membaca buku kuno tersebut, "eh sudah cepet banget!! bukankah hurufnya beda jauh dari huruf-huruf jaman sekarang?" inkal beneran kaget rendi dapat menyelesaikan 1 buku lost magic hanya dalam 15 menit. "Ini termasuk lama loh... kalau cepet itu harusnya 10 menit sudah kelar..." perbedaan 5 menit waktu membaca bagi rendi sangatlah berpengaruh. "Ok waktunya praktek..." rendi langsung menyiapkan 1 koin perak ditangannya dan mengaktifkan sihir ruang penyimpanan yang baru saja dia pelajari. Sebuah lingkaran hitam dengan garis-garis merah membentuk lingkaran sihir, rendi lalu memasukan koinnya kedalam lingkarang sihir itu dan menarik tangannya keluar kembali. Setelah itu secara otomatis lingkarang sihirnya menghilang bersama dengan 1 koin perak rendi yang di taruh di dalamnya. "a-a....aaapa yang barusan kau lakukan!?" inkal sangat terkejut melihat rendi dapat menggunakan lost magic dimensi ruang penyimpanan hanya dengan sekali membaca bukunya. "oh ini... aku hanya memakai sihir dimensi ruang penyimpanan yang barusan ku pelajari." jawab rendi dengan amat santai pada inkal yang terus mengeluarkan keringat dingin setelah melihat seorang pemuda dapat dengan mudah menggunakan lost magic. 

Dalam sebuah sejarah di dunia banyak yang mengatakan seorang sage yang di berkahi sihir yang melimpah dari dewa sekali pun butuh waktu puluhan tahun untuk bisa mempelajari lost magic. Namun seorang pemuda yang pernah di cap tidak berbakat dalam sihir dapat menguasai lost magic itu hanya dalam 15 menit. "sihirnya tidak begitu kompleks hanya saja aku butuh konsentrasi untuk membuka lingkaran sihirnya." ujar rendi setelah menari kembali koin perak yang tadi ia simpan dalam sihir dimensi ruang penyimpanan.  "woi-woi... rendi apa kau tau apa yang baru saja kau lakukan?" inkal memegangi tubuh rendi dengan dua tangannya dan terlihat benar-benar panik. "tidak memang apa yang ku lakukan?" tanya rendi dengan wajah polos pada inkal, "kau baru saja menguasai lost magic dalam 15 menit....! seorang sage hebat saja butuh puluhan tahun untuk bisa menguasai satu lost magic kau tau....!" mendengar itu rendi baru ingat kecerobohannya karena telah memperlihatkan lost magic yang baru saja dia kuasai di depan inkal. Rendi tidak mungkin memberi tahu kalau dia mempunyai skill passive unik [learn] yang membuatnya dapat mempelajari apa pun dengan cepat asalkan seluruh syarat terpenuhi. 

Saat itu rendi benar-benar memutar isi kepalanya untuk mencegah inkal menyebarkan informasi tentang dirinya yang bisa mempelajari lost magic dalam sekejap. Kemungkinan paling parah dia harus kembali ke istana untuk membantu ke 5 temannya yang mendapat gelar pahlawan. "...!" tiba-tiba rendi teringat sebuah sihir yang pernah ia pelajari sebelumnya, 'ah itu dia [hipnotis] hanya ini satu-satunya cara.' pikir rendi dan tanpa buang waktu ia langsung menggunakan sihir pada inkal yang terus menatapnya dengan panik. Secara tiba-tiba ekspresi wajah inkal langsung menjadi tenang dan tatapan matanya terlihat kosong. Rendi memastikan sihirnya bekerja atau tidak dengan menggerakan telapak tangannya naik turun tepat di depan wajah inkal, melihatnya tidak merespon sama sekali artinya sihirnya sukses besar. "huh... dengan ini safe...." gumam rendi pelan, "inkal dengar baik-baik... lupakan kejadian dimana kau melihatku menggunakan lost magic..." ujar rendi memberikan sugesti pada inkal yang telah terpengaruh oleh sihir hipnotis. "Baik..." jawab inkal dengan nada datar dan tanpa ekspresi, "dan yang boleh kau ingat hanyalah dirimu yang sedang mengawasiku membaca buku di ruangan khusus mengerti....?" kali ini rendi memberikan sebuah perintah pada inkal. "Mengerti..." inkal kembali menjawab dengan nada datar, "Bagus kau akan sadar saat melihatku membuka buku kedua itu." rendi pun mengambil buku lost magic kedua dari lemari kaca yang sudah terbuka. Seketika setelah rendi membuka buku itu, inkal pun sadar dan efek sihir hipnotisnya pun berakhir. "eh ada apa barusan?" inkal kebingungan karena tidak ingat kejadian beberapa menit yang lalu, "hah...? bukankah kau dari tadi hanya melamun sambil mengawasiku?" sahut rendi mendengar perkataan inkal itu. "eh begitu ya? maaf deh..." inkal benar-benar lupa dengan kejadian sebelumnya, melihat hal itu rendi amat senang karena sekarang dirinya aman. 'lain kali aku harus lebih hati-hati.' ujar rendi dalam hatinya sambil melanjutkan kegiatan membacanya itu. 

Tanpa terasa rendi sudah menyelesaikan membaca 2 buku terakhir di ruangan khusus itu dalam waktu 40 menit, 1 buku dia baca dalam waktu 20 menit. "sial buku lost magic divine step sama satu lagi yang tanpa judul bahasanya cukup rumit. sampai menghabiskan waktu 40 menit untuk membaca keduanya..." rendi mengeluh setelah selesai membaca kedua buku lost magic tersebut. "kau itu sangat hebat tau bisa menyelesaikan ke tiga buku itu dalam waktu kurang dari 1 jam. kenapa kau tidak jadi pustakawan saja?" ujar inkal sambil mengunci kembali pintu masuk ruangan khusus perpustakaan itu. "ide yang sangat menggiurkan, tapi aku ingin berpetualang ke seluruh penjuru dunia ini.... soalnya guruku pernah bilang, banyak pengetahuan tersembunyi yang tidak dapat di temui hanya dengan membaca buku." ujar rendi sambil tersenyum karena mengingat sosok gurunya itu. Setelah itu rendi langsung menyelesaikan urusannya dengan 20 buku yang tersisa di lantai 1 perpustakaan kota arfuku itu. Sementara itu di luar dinding pelatihan tentara sukarelawan sudah memulai absen sebelum latihan dimulai, "Ndi...!?" teriak sang instruktur itu saat mengabsen para tentara sukarelawan. "Ndi...!? dimana anak itu!?" instruktur itu terlihat tidak senang karena salah satu prajurit sukarelawan tidak hadir dalam pelatihan, prajurit sukarelawan bernama Ndi itu tidak lain adalah rendi yang menyamarkan namanya. 

Keesokan harinya rendi bangun seperti biasa pagi itu dan memulai joggingnya, namun berbeda dari saat pertama kali dia melakukan jogging. Saat ini jogging harian rendi adalah mengelilingi seluruh dinding pembatas kota arfuku dalam waktu 20 menit. Dinding pembatas kota arfuku yang mengelilingi kota panjangnya lebih dari 10 KM, hampir mustahil mengelilinginya dalam 20 menit. Namun tidak bagi rendi yang status STR dan AGInya sudah sangat tinggi berkat pelatihan dan juga skill [learn] yang ia miliki. [ Nama : Rendi Kusuma, Kelas : Pelajar, Gelar : Pengawas, Top Newbie Adventure, Prajurit Sukarelawan, Profesi : Petualang Craftman, lv 14, HP : 5679 MP : 13897, STR : 2174 AGI : 2497 INT : 6988] itu lah status rendi yang sekarang. Setelah melakukan survei ke para senior petualang yang mampir ke penginapan tempat rendi menyewa kamar, ternyata petualang lv 20-an pun hanya memiliki status ratusan tidak seperti rendi yang angka statusnya sudah sampai ribuan di lv 14. "Oke ayo kita mulai..." rendi bersiap di garis awal tempat biasanya ia memulai jogging pagi harinya, "bersiap..." rendi mengambil ancang-ancang seperti atlit perlari profesional yang mengikuti lomba. "mulai....! burshhhh....! woooossshhh.....!" rendi langsung berlari dengan sangat cepat sampai-sampai di garis awalnya tapak sepatu rendi tercetak jelas di tanah. Kecepatan lari maksimal yang dimiliki rendi saat ini adalah 300 KM/jam jika tanpa sihir pendukung, "kresshhhhh.....!" rendi mengerem ketika dia mencapai garis awal. "waduh, ini sich bukan 20 menit." saat rendi melihat jam tangannya ternyata baru 3 menit lewat 12 detik, "huh...huh... tapi lumayan dalam 3 menit kecepatan penuh melelahkan juga." rendi terlihat kehabisan nafas dan keringatnya mulai bercucuran. 

Setelah selesai melakukan aktifitas lari paginya rendi langsung kembali ke penginapan untuk sarapan, seperti biasa dia menggeluarkan biaya 2 koin perak untuk sarapan paginya. "srek srekk..." rendi mengocok kantung uangnya yang sudah menemani dirinya selama sebulan itu, "waduh kayanya tinggal dikit neh duitku." saat rendi mengecek sisa uangnya di kantung itu ia amat kaget. "ehh.....!? ini seriusan sisa segini....!?" dia melihat uang yang keluar dari kantung itu hanya ada 1 koin emas dan 20 koin perak. "untuk biaya hidup sehari-hari paling tidak aku membutuhkan 15 sampai 20 koin perak sedangkan 1 koin emas setara dengan 100 koin perak itu artinya uang ini hanya cukup untuk 5 hari....!?" rendi benar-benar terkejut betapa borosnya dia menghabiskan uang lebih dari 50 gold dalam 1 bulan. "kalau di pikir-pikir kebanyakan uangku habis untuk memperlajari skill pembuatan senjata dan perawatannya... ok kalau begitu tidak ada jalan lain selain cari pekerjaan!!" rendi langsung bangkit dari tempat tidurnya dan membulatkan tekatnya. 

Tanpa buang waktu saat itu juga rendi bergegas menuju guild yang berada di pusat kota, entah kenapa pagi itu suasananya agak sepi dibandingkan saat pertama kali rendi mendaftar sebagai petualang. "halo, ada yang bisa saya bantu?" ujar seorang wanita yang menjaga bagian resepsionis guild pagi itu, "aku ingin tanya kenapa pagi ini guild terlihat sepi ya?" ujar rendi saat menghampiri bagian resepsionis itu. Wanita yang menjaga resepsionis saat itu bukanlah eri, wajah wanita itu terlihat lebih dewasa jika dibandingkan dengan eri dengan rambut hitam panjang yang di hiasi oleh jepit rambut motif bunga dengan mata yang berwarna coklat dan yang paling membuatnya terlihat dewasa adalah bagian dadanya yang besar. "staff guild lain sedang sibuk mengurus persediaan kantin guild, sedangkan para petualang banyak yang mengikuti misi ekspedisi dungeon baru."  jawab wanita itu menjelaskan pada rendi. Saat rendi perhatikan ternyata ada tanda pengenal di bagian dada sebelah kiri wanita itu, "jean villa." itulah tulisan yang tertera pada tanda pengenalnya. "oh iya jean... boleh aku meminta quest untuk pemula yang terbaru? eh....!?" rendi kaget melihat wajah jean yang memerah saat itu, "a-...ah maaf... saya tidak terbiasa di panggil dengan nama depan... eh...!? misi ya.. baik saya carikan....!"  jean menjawab dengan malu-malu dan langsung salah tingkah saat mengingat permintaan rendi. "huh..." rendi menghela nafas untuk menenangkan pikirannya, meski pintar dan bersifat dingin rendi tetaplah remaja yang bahkan belum genap 17 tahun. 'sial, hampir saja aku kepincut ama wanita yang lebih tua.... mukanya sich manis.... tapi....' pikir rendi saat mengingat wajah jean saat memerah telihat sangat imut. 

Setelah beberapa menit jean akhirnya kembali, "anu.... maaf untuk misi paling baru untuk pemula hanya tersisa ini saja..." rendi langsung mengambil kertas yang berisi rincian misi itu. "Mencari tanaman herbal ya.... hmmmm boleh juga aku terima yang ini..." ujar rendi saat mengembalikan kertas itu pada jean. "kalau begitu saya akan mendaftarkan anda sebagai penerima misinya...mohon perlihatkan kartu petualang anda...." rendi langsung memberikan kartu petualangnya. "woah....ini....!" melihat kartu petualang rendi membuat jean terkejut, "anda pemula yang mendapat nilai tertinggi saat mendaftar sebagai petualang....!?" rendi baru ingat di kartu petualangnya tertera nilai potensi dari hasil ujiannya saat pertama kali mendaftar. "eh itu.... yah itu hanya kebetulan...." ujar rendi setelah kehabisan alasan untuk berbohong. "tidak mungkin sebuah kebetulan bisa menghasilkan nilai potensi setinggi ini... aku berharap banyak dari anda tuan rendi... karena ras manusia benar-benar kekurangan yang namanya orang kuat saat ini...." ujar jean dengan suara lembut dan penuh harapan. Jean langsung mengembalikan kartu petualang rendi setelah selesai melakukan proses administrasi penerimaan misi. Misi yang rendi terima adalah pengumpulan jamur chanterelle sebanyak 10 buah untuk pembuatan potion stamina, "kalau tidak salah jamur ini tumbuh di hutan marolo yang tidak jauh dari kota arfuku ini. meski aku sedikit penasaran dengan ekspedisi dungeon baru yang tadi di katakan oleh jean, tapi saat ini prioritas utamaku adalah untuk mendapatkan uang dengan mudah." rendi langsung pergi dari guild dan menuju gerbang utama pintu keluar masuk utama milik kota arfuku. 

Saat menunjukan kartu petualangnya rendi dengan mudah mendapatkan izin untuk melewati gerbang utama itu, perjalanan tanpa kendaraan ke hutan marolo membutuhkan waktu 30 menit. Rendi bisa saja berlari untuk menghemat waktu, tapi itu akan menguras stamina dan cukup melelahkan baginya. Saat di tengah perjalanan rendi melihat sebuah tenda besar berwarna merah di pinggir jalan, "Jual budak sisa murah!" itulah tulisan yang tertera di papan kayu yang terpapang tepat di depan tenda itu. "hmmm.... menarik juga... aku pernah baca sejak peperangan antara 4 ras melawan ras iblis, sistem perbudakaan ini mulai berdiri... lihat-lihat dulu ah... lagian batesan waktu misinya itu 3 hari..." rendi pun akhir berbelok dan masuk kedalam tenda besar berwarna merah itu. "selamat datang...!" seorang pria yang menggunakan setelah jas berwarna merah dan menggunakan topeng joker menyapa rendi yang baru saja masuk kedalam tenda itu, "perkenalkan nama saya astian, pemilik dari toko budak kecil ini. apa ada yang bisa saja bantu...?" pria itu memperkenalkan dirinya. "saya ingin melihat-lihat budak sisa disini." jawab rendi singkat pada astian, "hmmm.... anda tertarik dengan budak murah...? lebih baik anda melihatnya dulu sebelum memutuskan untuk membeli mereka....mari...." astian langsung mengajak rendi untuk melihat-lihat ke bagian dalam tenda itu. Kebanyakan budak yang rendi liat bukanlah ras manusia, di masing-masing kurungan mereka tertera sebuah label harga yang terbuat dari papan kayu. "ini dia para budak sisa yang saya jual murah...tapi kondisi mereka sangat buruk~ jadi saya pikir meski anda membelinya mereka hanya akan menyusahkan anda..." terlihat 3 orang budak yang kondisinya sangat buruk. 2 budak laki-laki dari ras hewan itu ada yang tidak memiliki kaki, ada juga yang kehilangan matanya. Sedangkan seorang budak wanita terlihat tubuhnya seperti mengalami luka parah seperti sebuah kutukan, luka yang ada di seluruh tubuhnya terlihat seperti membusuk.

Tiba-tiba rendi melihat sebuah data dari luka-luka di tubuh budak wanita itu, "ini..." rendi mengetahui sebuah informasi dari skill passive [learn] yang dia miliki. "berapa harga gadis penuh luka itu?" pertanyaan rendi sungguh mengagetkan astian, "tapi wanita ini sudah tidak tertolong lagi lho... menurut priest yang memeriksanya dia terkena kutukan kegelapan dan umurnya tidak akan lama lagi..." pria itu menjelaskan kondisi gadis malang itu. "Tidak masalah, aku ingin memperlajari kutukannya itu.... jadi bisakah kau beri tau aku harganya?" ujar rendi dengan wajah meyakinkan meski di kantungnya saat ini hanya tersisa 1 gold. "hmmmm...." pria itu terlihat berpikir keras memikirkan sesuatu, "saya tidak bisa menetapkan harganya... karena baru kali ini ada yang mau membeli budak dengan kualitas terburuk seperti ini... bagaimana kalau begini saja... saya lihat anda seorang craftman bukan? saya ada permintaan dan kalau anda menyelesaikannya saya akan memberikan budak itu secara cuma-cuma..." perkataan astian itu sungguh mengejutkan rendi karena melebihi ekspektasinya. "Baik aku terima. apa yang harus aku lakukan?" tanya rendi dengan penuh semangat, "ikuti saya..." rendi pun langsung mengikuti astian.  saat rendi sampai di tempat yang terlihat seperti gudang di dalam tenda itu, "bisa kau perbaiki ini? rombongan kami ini sedang kesulitan dana jadi kami tidak pernah bisa memperbaiki semua ini...." ujar astian sambil menunjukan rantai pengekang yang rusak, kurungan besi yang pintunya rusak dan beberapa kalung besi pengikat yang rusak parah. "Hmmmm.... aku butuh 20 menit untuk memperbaiki ini semua..." ujar rendi melihat kerusakan benda-benda yang terbuat dari besi itu. "benarkah kalau begitu tolong kerjakan..." astian sangat senang rendi mau menerima perkerjaan berat itu dengan pertukaran budak yang memiliki kutukan. 

Rendi menyiapkan perlatannya mulai dari palu besi, alat ukir, sampai gulungan sihir blacksmith, "ok dengan ini persiapan selesai..." rendi langsung memulai pekerjaannya memperbaiki semua barang-barang perbudakan itu. Rendi mempraktekkan semua yang telah dia pelajari selama 2 minggu di tempat seorang pandai besi yang ada di kota arfuku. "Siapa sangka kemampuan ini berguna disaat seperti ini." rendi tersenyum sebari terus memperbaiki barang-barang itu. 20 menit pun berlalu dengan cepat dan rendi tinggal memasang pintu kurungan yang sudah ia perbaiki untuk menyelesaikan pekerjaannya. " Ok selesai...!" ujar rendi setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan pertamanya sebagai seorang craftman, "luar biasa benar-benar beres dalam 20 menit... sebagai tambahan saya akan memberikan sihir kontrak budak secara gratis pada anda..." mendengar perkataan astian itu membuat rendi semakin senang tidak banyak dapat seorang budak tapi juga mendapat sihir kontrak gratis. Tanpa membuang waktu astian membawa budak yang tubuhnya penuh luka membusuk itu ke ruangan ritual di tenda itu, astian langsung mengaktifkan gulungan sihir perbudakan yang langsung memunculkan rantai merah antara diriku dan gadis budak itu. saat lingkaran sihir muncul didadaku dan juga dada gadis itu rantai sihirnya pun menghilang secara perlahan. "Selesai.... dengan kontrak ini budak mana pun tidak akan bisa menyerang tuannya apapun yang dilakukan oleh tuannya...meski saya rasa ini tidak perlu..." tanpa sungkan rendi menerima tubuh gadis itu dan sebuah buku dari astian. "itu adalah biodata soal gadis ini..." ujar astian saat memberikan buku itu, setelah semua urusannya selesai rendi langsung membawa gadis itu pergi dari sana.

Rendi membawa gadis itu ke tepi sungai yang berada cukup jauh dari tenda perbudakan tadi, 'hmmm.... luka yang penuh dengan kutukan ini di sebut [kutukan neraka], hanya [sihir air surga penyembuh] yang bisa menyembuhkan lukanya... dalam kondisi biasa hanya seorang sage atau bishop yang mendapat berkah dari dewa yang bisa menggunakan [sihir air surga penyembuh], tapi sayangnya dalam kasusku hal itu sangat mudah ditambah lagi aku sudah mempelajari sihir itu di perpustakaan kota...' pikir rendi setelah mengamati luka gadis yang tidak sadarkan diri itu. Rendi tidak tahu apa gadis itu benar-benar tidak sadarkan diri atau memang kondisinya yang sangat lemah yang membuatnya tidak bisa menggerakan tubuhnya. "Wahai air....berikanlah berkahmu pada kehidupan dan jawablah panggilanku!" air sungai yang ada di dekat rendi langsung melayang kearah tangannya dan memancarkan cahaya biru terang. Rendi mengusap tangan kirinya yang sudah dilapisi oleh air yang mengandung sihir itu ke tubuh sang gadis yang penuh dengan luka. "Ceshhhssss........" sebuah asap keluar saat rendi mengusapkan tangannya pada luka gadis itu, sedikit demi sedikit luka hitam yang menyelimuti tubuh gadis itu menghilang dan dalam 10 menit seluruh luka pada tubuh gadis itu telah sembuh total. 

Mata rendi terbelalak melihat seorang gadis berambut biru panjang itu memiliki wajah yang sangat manis dan ukuran tubuhnya yang kecil membuatnya terlihat imut. "[analyse]" rendi memeriksa keadaan gadis itu, "HPnya tersisa setengah MPnya hampir habis....kalau begini dia bakal terus pingsan selama beberapa hari.... kalau gitu [transfer mana]..."rendi memberikan sebagian mananya pada gadis itu. "Siapa sangka memberikan mana membuat diriku jadi sangat kelelahan..." saat rendi sedang mengeluh gadis yang berada di sampingnya perlahan membuka kedua matanya. Matanya yang bulat dan berwarna merah delima itu terlihat sangat mempesona, rendi benar-benar tidak bisa berkata apa-apa sambil terus menatap gadis kecil yang baru saja sadar di sampingnya. Gadis dengan  tubuh yang hanya memiliki tinggi kira-kira 140 cm itu  terlihat amat kebingungan setelah sembuh dari kondisi kritis yang dia alami. "ini dimana...? apa aku sudah mati....?" ujar gadis itu saat melihat di hadapannya ada sebuah sungai bukan jeruji besi seperti saat dia berada di tempat pedagang budak. "kau belum mati kok..." gadis itu langsung kaget mendengar perkataan rendi dan langsung menjauh darinya. "Si...siapa kau?" tanya gadis itu terlihat ketakutan, "namaku rendi aku yang membelimu dari pedagang budak dan aku juga yang menyembuhkan luka-lukamu..." ujar rendi dengan senyuman ramah. "mustahil luka kutukan dari cerberus itu tidak bisa di sembuhkan kecuali dengan..." "dengan sihir air surga penyembuh bukan?" rendi memotong sebelum gadis itu menyelesaikan kata-katanya. "i-...iya.... jangan bilang kau...." gadis itu terbata karena kaget bahwa rendi mengetahui cara penyembuhan lukanya. "Ya... aku bisa menggunakan sihir itu." rendi menjawab dengan santai, namun gadis itu malah langsung menangis mendengar hal itu. "uwaaa......hiskkkkk.....padahal....se...bentar..lagi aqyu bisya krtemu ibukuu lagui....kenakpa... dewya bkgytu kejam..." gadis itu menangis sampai perkataannya menjadi tidak jelas.

Mendengar tangisan itu rendi malah langsug menampar wajar gadis itu, "plak.... eh...!?" gadis itu terkejut dengan tamparan rendi tersebut. Rendi ingat betapa putus asanya dia dulu saat kedua orang tuanya tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di dunia sebelumnya, sampai akhirnya rendi bertemu dengan orang yang bisa ia sebut sebagai guru. "kau pikir dengan kematianmu, ibumu yang ada di alam sana akan senang hah!?" rendi terlihat marah karena mengerti maksud dari ucapan gadis itu. "kalau kau berniat untuk mati silahkan saja aku tidak akan menghalangimu, tapi aku yakin ibumu juga ingin kau hidup! jadi kalau kau ingin hidup aku akan menemanimu..." ujar rendi menasehati gadis itu sambil mengulurkan tangannya. "jadi apa pilihanmu?" tanya rendi menegaskan kembali keputusan gadis itu, "hmmmm.... aku ingin hidup...!" teriak gadis itu setelah mengusap air matanya sambil memegang tangan rendi itu. Pertemuan rendi dengan gadis budak itu adalah awal dari petualangannya di dunia fantasi itu, "ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya rendi saat dalam perjalanan menuju hutan marolo. "namaku tina violet, aku adalah seorang half vampire." mendengar perkataan tina membuat rendi terkejut, "eh....!? half vampire!?" rendi benar-benar gugup saat mendengar hal itu. "iya, memangnya kenapa?" tanya tina dengan polos pada rendi, "lalu apa kau harus makan darah juga seperti vampire lainnya...!?" mendengar pertanyaan rendi membuat tina tertawa kecil. "pfftt... hahaha.... kami para half vampire bisa memakan makanan manusia juga kok... tapi bukan berarti kami tidak perlu meminum darah... kami butuh darah untuk mempertahankan energi sihir kami..." ujar tina menjelaskan. 

Buku-buku di perpustakaan kota arfuku tidak ada yang menjelaskan soal yang namanya half vampire, itulah sebabnya rendi terlihat kebingungan saat tina bilang kalau dirinya adalah half vampire. "jadi kau juga bisa sihir...!?" tanya rendi penasaran tentang perkataannya tina barusan, "iya saya memiliki sihir darah dan beberapa sihir elemen kegelapan."  jawab tina pada rendi dengan formal. "tolong jangan terlalu formal aku tidak terlalu suka hal yang formal." rendi  mengutarakan rasa tidak nyamannya itu, "kalau begitu baiklah lagi pula kamu itu majikanku bukan?" ujar tina sambil melihat simbol sihir yang ada di antara kedua dadanya. Rendi tidak sengaja melihat ke balik kaos tina saat tina melihat tanda sihir perbudakan pada dirinya, "glek..." rendi menelan ludahnya saat melihat isi di balik baju lusuh itu. "tunggu-tunggu apa-apaan aku ini!? aku bukan seorang pedopil....!!" peperangan batin pun terjadi di kepala rendi, peperangan antara nafsu dan moralitas pada dirinya pun terjadi. "tapi dia itukan memang budak sejak awal, jadi...... eh tidak....!! kalau begini terus bisa-bisa aku menyeberangi batas yang tidak boleh ku seberangi.... !!" batin rendi benar-benar kacau. "bisakah kau pakai ini..." rendi akhirnya memberikan sebuah jubah putih miliknya untuk menutupi tubuh tina, "eh...? apa tidak masalah tuan...? nanti jubah anda kotor.. biar saya pakai baju budak ini saja..." tina menolak niat baik rendi itu. "tidak-tidak ku mohon pakailah... sebelum... ah pokoknya pakai aja buru...!" rendi tidak tahan melihat tina yang hanya menggunakan pakaian budak yang lusuh yang hanya menutupi dadanya dan celana pendek lusuhnya hanya sangatlah pendek bahkan tidak bisa menutupi pahanya.

Pada akhirnya tina mengikut perintah rendi dan memakai jubah panjang dari rendi yang menutupi tubuhnya sampai lututnya. "begitu lebih baik..." ujar rendi setelah melihat tina memakai jubahnya, "snif...snif... wanginya tuan..." ujar tina sambil wajahnya memerah setelah mencium aroma jubah rendi. Melihat tingkah tina itu membuat perang batinnya kembali terjadi, "To...tolong hentikan itu tina....!" ujar rendi sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya dan memalingkan wajahnya. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju hutan marolo, dalam 5 menit perjalanan rendi dan tina akhirnya sampai di hutan marolo. "oke tina tujuan kita kesini adalah mencari jamur chanterelle. apa kau tau soal jamur itu?" ujar rendi pada tina saat mereka memasuki hutan marolo itu. "tidak tuan yang saya tahu hanya hutan marolo ini berisi banyak goblin dan juga serigala hitam." jawab tina pada rendi sambil terus memegangi baju rendi. "kalau begitu kau cukup bawa jamur-jamur yang ku kumpulkan. ok?" rendi memberi instruksi pada tina sebelum akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang penuh dengan bebatuan. "nah disini lah banyak jamur chanterelle tumbuh..." ujar rendi sambil membantu tina menuruni bebatuan itu. Rendi mencari disetiap sudut tempat itu untuk menemukan jamur chanterelle itu, "wah ketemu...!" rendi berteriak saat menemukan 4 buah jamur chanterelle di sela-sela bebatuan. Tina pun menyimpan jamur itu di kantung yang ada di balik jubah yang dia kenakan, setelah seharian mencari akhirnya mereka mendapatkan 10 buah jamur chanterelle yang artinya misi rendi selesai. 

Hari sudah cukup gelap  saat itu, "tuan kita harus segera keluar dari hutan ini... kalau sudah gelap total akan semakin berbahaya di dalam sini..." ujar tina saat menghampiri rendi. Namun sebelum tina sampai rendi sudah terlebih dahulu menghampirinya dan mendorong tubuh tina hingga terjatuh, bersamaan dengan itu seekor serigala berbulu hitam yang berukuran besar menerjang rendi yang menggantikan posisi tina. "Sreeett.....! auuu......! brukkkk.....!" serigala itu terjatuh dan terluka parah, dalam seperti sekian detik rendi menghidari serangan serigala itu dan juga berhasil menebas serigala tersebut dengan pisau belatinya. "hebat....!" tina kagum melihat kemampuan majikannya itu, "tina cepat naik...! sebentar lagi gerombolan serigala itu akan datang..." seolah mengerti situasinya tina langsung naik ke punggung rendi. "ok pegangan yang kencang ya,.. [divine step] aktif..." sebuah percikan listrik biru kecil pun terlihat keluar dari tubuh rendi, "bushhhh....tap.... wushhhh....." dengan kecepatannya yang luar biasa rendi berlari dan melompati batu-batuan itu dan pergi meninggalkan hutan itu. beruntung bagi rendi karena tina adalah tipe yang penurut dan cepat mengerti keadaan, "wushh...burshhhh....!" hembusan angin yang sangat besar berhembus saat rendi berhenti di luar hutan marolo itu. "ok siap...! aku akan menambah kecepatan mulai dari sini..." ujar rendi saat mengambil ancang-ancang di luar hutan itu, "hmmm..." jawab tina sambil menganggukan kepalanya tanda dia sudah siap. Rendi berniat berlari untuk sampai ke kota dengan [divine step], "booommm....! wusshshhhhh....! " suara ledakan terdengar saat  rendi mulai berlari dengan kecepatan penuhnya.

Dengan kecepatan rendi yang sekarang perjalanan menuju kota hanya butuh kurang dari 1 menit, "apa itu...!?" para penjaga gerbang melihat sebuah kilatan cahaya yang sangat cepat menuju ke arah mereka. "brukkkkk....kregkkkk....bshhhhhh...." rendi mengerem dengan sekuat tenaga dari kejauhan sampai membuat tanah tempat dia berpijak hancur, namun rendi berhasil berhenti tepat di depan gerbang utama kota arfuku. "si-....siapa kau...!?" para penjaga itu terlihat ketakutan melihat kehadiran rendi itu, "oh itu... ini..." rendi memperlihatkan kartu petualanganya pada para penjaga yang gemetar itu. Setelah melihat kartu petualangnya penjaga itu malah menasehati rendi untuk tidak sembarangan menggunakan sihir, setelah mendapatkan ceramah selama 30 menit dari para penjaga gerbang rendi akhirnya di izinkan masuk. "tunggu itu yang di punggung mu apa?" tanya salah satu penjaga yang penasaran setelah rendi melewati gerbang utama, rendi langsung menunjukan dada memperlihatkan lingkaran sihir perbudakannya. "oh jadi begitu ya... jangan sampai budakmu buat masalah di kota ya..." ujar penjaga itu, "iya...." rendi melihat tina yang terus diam dan terlihat mengerti situasinya. rendi pikir tina benar-benar budak yang pintar untuk anak kecil seperti dirinya, "wah kamu selesai dalam sehari hebat...." ujar eri yang bertugas sebagai resepsionis guild malam itu. "ini hadiahmu 2 gold 5 silver... eh, ngomong-ngomong gadis itu siapa?" tanya eri penasaran sambil memberikan uang pada rendi, "dia ini tina... dia budakku..." mendengar itu eri terkejut. "eh tapi bukannya dia ras manusia....?" tanya  eri karena melihat tina mirip dengan manusia, "tidak dia ini half vampire kok...." jawab rendi singkat saat memasukan hadiah uangnya ke dalam kantung. "oh begitu.... hati-hati ya takutnya orang lain salah sangka nanti..." eri sedikit khawatir ada yang salah sangka soal tina yang seorang half vampire, "tenang saja..." ujar rendi sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan tempat itu.

Sesampai di penginapan tina tetap menjadi pusat perhatian orang-orang, "sial terlalu banyak yang bertanya soal tina..." rendi terlihat sangat lesu karena saat ini tina di kerumuni orang-orang berotot yang sangat menyukai anak kecil. Namun saat melihat senyuman tina membuat rendi lebih tenang, "kali ini bawa budak ya... dasar..." ucap inkal pada rendi yang tidak hentinya memberi dirinya kejutan. "entah bakal kaya gimana kedepannya... yang pasti bakal berat...." gumam rendi saat itu sambil meminum rumnya. Tanpa dia sadari takdir petualangan rendi yang sudah di takdirkan dengan patner barunya yang merupakan seorang budak itu sudah mulai berjalan. 

-bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kaichuudokei
7950      2034     5     
Fantasy
“Suatu hari nanti aku akan mengubahnya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Bagaimanapun caranya. Jadi, saat waktu itu tiba, jangan menghalangiku!” (Nakano Aika) “Aku hanya ingin mengubahnya.. aku tidak ingin itu terjadi, aku mohon.. jika setelah itu kalian akan menghapus semua ingatanku, tidak masalah. Aku hanya tidak ingin menyesali sesuatu selama hidupku.. biarka...
ETHEREAL
1816      801     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
Tembak, Jangan?
255      214     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
The Reason
10689      1941     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
Kinanti
1635      730     1     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Melawan Takdir
1802      881     5     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
Switched A Live
3482      1374     3     
Fantasy
Kehidupanku ini tidak di inginkan oleh dunia. Lalu kenapa aku harus lahir dan hidup di dunia ini? apa alasannya hingga aku yang hidup ini menjalani kehidupan yang tidak ada satu orang pun membenarkan jika aku hidup. Malam itu, dimana aku mendapatkan kekerasan fisik dari ayah kandungku dan juga mendapatkan hinaan yang begitu menyakitkan dari ibu tiriku. Belum lagi seluruh makhluk di dunia ini m...
Love Never Ends
11824      2487     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan
Finding Home
1993      942     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Altitude : 2.958 AMSL
720      492     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.