Read More >>"> THE DAY'S RAPSODY (Bagian Kedua) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - THE DAY'S RAPSODY
MENU
About Us  

***

          Badan Intelejen Negara, Unit Khusus Kriminal.

“Malam ini pukul 19:00 telah terjadi ledakan besar di gedung Rayon. Gedung apartemen yang memiliki l0 lantai itu hangus terbakar. Pemadaman listrik dan hujan deras yang menguyur kawasan itu menyulitkan petugas untuk mengevakuasi para korban. Di duga serangan ini adalah aksi teroris. Insiden ini menyebabkan banyak korban jiwa. Sebanyak 78 orang meninggal dunia, 122 kritis dan 100 orang lainnya terluka ringan. Saya Nawastika Nahari melaporkan dari tempat kejadian,”

 

Klik!

Begitu siaran berita itu usai. Seseorang mematikannya.

Suasana ruangan begitu muram. Semua orang sibuk berfikir dan merenung atas kejadian naas yang terjadi kemarin malam.  

“Inilah alasan saya mengumpulkan kalian semua di sini pagi-pagi buta,” ujar seorang pria tua yang sedang duduk di kursi paling ujung depan.

Kondisi meja yang melingkar memungkinkan semua orang melihat wajah pak tua itu dengan jelas.

“Insiden malam kemarin adalah salah satu kejahatan besar. Kita harus segara mengungkap siapa pelaku beserta motifnya. Apakah ini memang serangan acak atau terorganisir. Kasus ini saya serahkan pada tim A1 dan B2. Rey dan Deva, pastikan kalian menangkap pelaku secepat dan seakurat mungkin sebelum media berspekulasi sendiri lebih jauh mengenai masalah ini,” kata pak tua itu.

“Baik, pak. Saya akan menjalankan tugas dengan baik,” ucap Deva yang merupakan ketua tim B2.

“Baik,” sahut Rey ketua tim A1.

“Saya berharap banyak pada kalian. Ada yang ingin di tanyakan?”

“Maaf, pak Raymond. Saya ingin meminta ijin siang ini. Karena saya beserta seluruh tim saya akan mengunjungi pemakaman Rein. Karena seperti yang kita ketahui, Rein adalah salah satu anggota kelompok kami.” pinta Deva.

“Baiklah,” jawab pria tua itu, yang rupanya bernama Raymond. Pemimpin Unit Kriminal Khusus.

“Rapat saya akhiri sampai di sini.”

Semua agent yang mengikuti rapat mulai meninggalkan ruangan dan kembali menuju ruangan mereka masing-masing. Begitu pula dengan Rey.

***

“Kapten? Tadi bagaimana dengan rapatnya?” tanya Boy, salah seorang anggota tim A1 yang bertubuh agak gempal dan memakai kacamata.

“Kalian semua duduk dulu!” perintah Rey.

Seluruh anggota kelompok A1 yang berjumlah 5 orang dengan sigap mematuhi perintah. Mereka semua duduk mengitari meja bundar yang ada di ujung ruangan.

“Pak Raymond memberi kita tugas untuk memecahkan kasus peledakan gedung kemarin malam. Kita akan berpartner dengan tim B2 dan saling bertukar informasi. Tapi, selebihnya kita akan bergerak sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan kelompok lain. Dan seperti yang kita semua tahu. Misi ini mungkin akan memeberikan banyak pengaruh atas peringkat tim kita. Jadi, sebaiknya kita harus selangkah lebih maju dari timB2.”

Ke-lima anggota tim A1 mengangguk paham.

“Sekarang aku akan membagi tugas sesuai dengan keahlian kalian masing-masing,” kata Rey sembari membolak-balikkan kertas dokumen yang ada di hadapannya.

“Boy, pantau perkembangan berita di situs-situs internet. Untuk mencegah munculnya hoax. Dan juga cari video-video amatir yang diunggah di media sosial,”

“Baik, kapten.” Jawab Boy dengan penuh semangat.

“Tera, pergilah ke TKP bersama Joy dan kumpulkan bukti serta mintai keterangan para saksi.”

“Siap, 86 kapten.” Jawab Tera, seorang pria muda berumur pertengahan 20 tahunan dengan gaya urakan dan wajah yang terkesan cengengesan.

”Siap,” sahut Joy, pemuda tampan nan lugu yang sama sekali tak memiliki ekspresi di wajahnya.

“Sementara itu, Mirae. Kamu kumpulkan berkas-berkas lama yang identik dengan kasus-kasus ini,”

“Baik, kapten.” Ucap Mirae, yang merupakan satu-satunya wanita di Unit Kriminal Khusus. Mirae adalah wanita yang sangat cantik. Dengan wajah putih mulus, rambut coklat bergelombang, hidung mancung, mata bulat dan bibir yang tipis. Apalagi ditambah kemampuan analisis data-nya yang mengangumkan. Mirae bagaikan primadona andalan tim.

“Rian, kamu temani aku pergi ke pemakaman Rein.” Perintah Rey pada anggota terakhirnya itu.

“Baik, kapten. Tapi, siapa itu Rein?” tanyanya kebingungan sambil menggaruk rambut di kepalanya yang sebenarnya tak gatal sama sekali.

Semua orang terdiam dan menatap Rian dengan kesal. Tak terkecuali Rey. Dari ke-lima anggotanya Rian adalah anggota ter-lemotnya. Walau kadang, ia tiba-tiba mendadak pintar dan memberikan ide-ide briliant. Namun, loading-nya yang lama acapkali membuat teman satu timnya gusar.

“Huft...” hela Rey.

“Rein adalah salah satu anggota tim B2. Ia meninggal dalam insiden peledakan kemarin,” terang Rey berusaha menahan sabar.

Rian hanya garuk-garuk kepala.

“Kau masih belum paham?” tanya Rey.

Kali ini Rian hanya menggeleng.

“Rian! Rein itu anggota kelompok Deva yang memiliki postur tubuh tinggi. Orangnya putih. Dan dia sering kali mendapat tugas investigasi lapangan. Kau ingat! Sewaktu kasus penculikan kemarin. Kau pergi ke TKP bersama dia! Sudah ingat sekarang?” tanya Rey menahan gusar.

“Oh, iya. Anak itu. Kukira namanya Reon.” Jawab Rian dengan polosnya.

“Ah, bodoamat.” Kata Rey sembari menghempaskan bahunya ke sandaran kursi.

“Haha, tapi dia meninggal karena apa?” tanya Rian kembali.

“Hah?” Rey menengok Rian lagi. Ia tak menyangka bisa memiliki anggota tim seperti Rian.

“Rian, Rein itu tinggal di lantai empat gedung apatemen rayon yang meledak kemarin. Dan ia menjadi salah seorang korbannya,” terang Mirae denagn sabar.

“Nah, itu. Kamu sudah paham, kan?” tanya Rey yang tiba-tiba bangkit menjauhkan bahunya dari sandaran kursi.

“Oh, begitu. Tapi,”

“Ah, sudahlah. Kamu diam saja!” Geram Rey.

Rian hanya tertunduk lesu.

“Sekarang kalian jalankan tugas masing-masing. Rian tetap ikut bersamaku. Karena aku juga tidak yakin kau bisa menjalankan tugas yang aku perintahkan, lebih baik kau ikut bersamaku. Kita akan mengadakan meeting lagi pukul tiga sore nanti,” kata Rey sembari menengok jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kanan-nya.

“Baik, kapten.” Sahut semuanya serempak.

“Oh, ya Rian. Nanti kamu di sana diam saja, oke? Jangan bicara yang aneh-aneh. Mengerti!” perintah Rey.

Rian hanya mengangguk.

Good luck, semuanya.” ucap Rey sembari meninggalan ruangan.

“Huft, dasar Rian.” Keluh Tera.

“Kamu jangan seperti itu. Bagaimana pun Rian lah yang paling briliant saat situasi genting ketimbang kita semua,” kata Joy berusaha mengingatkan temannya akan jasa besar Rian selama kasus penculikan kemarin.

“Aku pergi ke ruang arsip dulu, ya.” kata Mirae sembari meninggalkan ruangan.

“Iya, Mirae. Hati-hati,” ucap Boy sembari melambaikan tangannya. “Oh, ya. aku ke ruang komputer dulu, ya.” imbuhnya kemudian.

“Pergilah. Aku juga akan segera pergi bersama Tera.”

***

“Kapten?”

“Hmm?”

“Menurutku ini agak sedikit aneh. Reon kan, eh Rein kan anaknya rajin. Dia biasanya pulang larut malam. Tapi, kenapa kemarin ia pulang petang. Dan sekali ia pulang lebih awal, ia malah tewas karena ledakan. Ini terlalu mencurigakan untuk dianggap sebagai sebuah kebetulan. Apa mungkin ada sesuatu mendesak yang memaksanya pulang lebih awal?” ungkap Rian.

Rey mengehntikan langkahnya dan berbalik menghadap Rian yang berada tepat di belakangnya. Ia seperti tersadar akan sesuatu. Perkataan Rian ada benarnya juga dan prediksi anak itu selalu tepat. Namun, ia sendiri juga bingung. Akhirnya hanya satu kata yang keluar dari mulutnya, “Entahlah.” Ia berbalik dan melanjutkan langkahnya kembali.

“Rey!”

Rey menghentikan langkahnya kembali dan menengok asal suara yang menyebutkan namanya.

“Deva!”

“Kamu mau pergi ke pemakaman Rein?” tanya Deva yang sedang bersama ke-empat anggotanya.

“Iya, bagaimanapun juga kami saling mengenal. Jadi, tak ada salahnya jika aku memberikan penghormatan terakhir untuknya.”

“Hmm, baiklah kita pergi bersama saja. Ngomong-ngomong dimana yang lainnya? Kenapa kamu hanya pergi bersama Rian?” tanya Deva.

Rey tersenyum mendengar pertanyaan Deva. Ia tahu pertanyaan “yang lainnya” itu hanya berarti satu orang dan itu adalah Mirae. Karena belakangan ini Deva menunjukkan ketertarikannya Mirae.

“Aku memberi mereka tugas lain yang harus segera di selesaikan,”

“Oh, begitu. Lain kali ajak saja semuanya,” ucap Deva berdalih.

“Baiklah, lain kali aku akan ajak Mirae,” kata Rey tersenyum sembari berlalu mendahului Deva dan timnya.

“Hey! Rey! Bukan itu maksudku,” sanggah Deva. Sementara, semua anggota timnya diam-diam tersenyum di be

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • ikasitirahayu1

    @atinnuratikah hai kak, terimakasih sudah mampir. ditunggu kelanjutannya ya,

    Comment on chapter Bagian Ketujuh
  • nuratikah

    serasa baca novel detektif, gak sabar kelanjutannya gimana.

Similar Tags
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
2199      1022     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Faerie City
2437      780     7     
Fantasy
🌷[ Buku ini sudah resmi terbit di Cabaca.id ]🌷 Tiana Fairchild, gadis berumur 18 tahun ini pindah rumah bersama kedua orang tuanya ke kota kecil bernama Faerie City, yang konon adalah tanah leluhur para peri. Di kota itu ia mulai sering berpapasan dengan sosok dua pria misterius. Seiring berjalannya waktu, perkenalannya dengan mereka mulai membuka tabir misteri tentang identitas asli di ...
Ternyata...
865      499     1     
Short Story
Kehidupan itu memang penuh misteri. Takdir yang mengantar kita kemanapun kita menuju. Kau harus percaya itu dan aku akan percaya itu. - Rey
NADI
5145      1384     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Mimpi Dari Masa Lalu
635      352     4     
Short Story
Sebuah cerita yang menceritakan tentang seorang gadis yang selalu mendapatkan mimpi buruk yang menakutkan, hingga suatu saat dia bertemu seorang laki-laki disekolahnya yang bersikap aneh dan mencurigakan, tetapi ternyata laki-laki itulah yang membantu gadis itu untuk mendapatkan jawaban mengenai mimpi buruknya itu.
Bisakah Kita Bersatu?
544      300     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
104      83     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...
29.02
369      172     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Without Guileless
839      501     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
A KID WITH NO BODY
342      246     1     
Short Story
A kid trying to solve a mystery that killed his parents