Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sanguine
MENU
About Us  

"Kamu tidak perlu khawatir. Tidak akan ada satu pun orang yang berani ganggu kamu karena saya yang akan menjaga kamu."

 

Aku berpikir keras. Sampai-sampai kepalaku menjadi keras. Ya iyalah kepala keras, kalau tidak, berarti aku tidak punya tulang tengkorak dong? Asalkan bukan keras kepala aja kali ya.

Kembali lagi ke pikiranku. Kenapa aku terus memikirkan ucapan Pak Keane kemarin? Tapi, kenapa juga aku mikirin ucapan Pak Keane? Ah! Aku tahu. Ini pasti karena aku masih shock dengan kejadian kemarin. Jadi, aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Ya, itu pasti benar.

Tapi, apa Pak Keane tidak memikirkan perasaanku, ya? Kenapa dia mudah sekali berkata seperti itu? Bagaimana kalau aku salah mengartikan ucapannya? Bagaimana kalau aku jadi tersipu setelah mendengar ucapannya itu? Dan kenapa sekarang aku jadi baper begini, sih?

Oh no! no! no! Apa tadi aku bilang? Aku tersipu dengan ucapan Pak Keane? Hell no! Aku sama sekali tidak tersipu dengan ucapannya Pak Keane! Ah, aku tahu. Mungkin saja aku mau PMS. Jadi, aku baperan seperti ini deh. Kalau bukan... mungkin, otakku yang memang sedang bermasalah. Sepertinya aku perlu minta Mbok Narsih untuk menemaniku ke dokter saraf. Atau kalau perlu ke dokter psikolog  sekalian? Duh! Memangnya aku sakit jiwa apa?

"Aduh!"

Aku meringis saat mendapati sesuatu menghantam keras dahiku. Kuekori pandanganku dan menemukan Angel tengah tertawa melihatku yang kesakitan. Ah! Ini pasti ulah Angel. Wah! Berani-beraninya gadis itu melemparkan kertas ke dahiku. Meskipun hanya sebuah bola kertas, tapi rasanya lumayan sakit juga kan dilempar dengan kencang seperti itu.

"Angel! Lo ya yang lempar kertas itu? Lo pikir muka gue tempat sampah, ha?" omelku setengah berteriak sambil menunjuk wajahku sendiri.

"Salah sendiri! Kita dari tadi ngomong sampai berbusa-busa, malah dikacangin sama lo. Kita gak lagi jual kacang. Kacang mahal sekarang!" komentar Angel sarkastik. "Lagi, kenapa mata lo jelalatan ngeliatin Pak Keane terus, hm?" goda Angel, menaik-turunkan alisnya.

"Ah? Siapa yang liatin Pak Keane?" tanyaku tak mengerti. Bukannya aku cuma lagi mikirin Pak Keane, ya?

"Mata lo tuh gak bisa bohong Lala!" seru Angel. "Dari semenjak Pak Keane berdiri disana, lo sama sekali gak berpaling atau bahkan mengedipkan mata lo itu."

Aku mengalihkan tatapanku sekilas ke arah Pak Keane yang berada tak jauh dari tempatku berada. Pak Keane terlihat tengah berbicara dengan salah satu muridnya. Ah, bahkan dalam jarak jauh sekalipun, pria itu tetap terlihat tampan. Aku kembali menatap ketiga sahabatku yang masih menampilkan raut wajah penasaran mereka. Ish! Kenapa mereka melihatku seperti itu sih?

"Aduh! Jangan liatin gue kayak gitu dong!" gerutuku yang mulai risih dengan tatapan 'Ada apa antara lo dengan Pak Keane' yang ditunjukkan ketiga sahabatku itu.

"Sumpah deh! Gue gak ngeliatin Pak Keane!" aku tidak bohong, kan? Kenyataannya, aku memang tidak memandang Pak Keane. Aku hanya tidak sengaja memikirkannya saja.

"Gue gak ngeliatin Pak Keane. Lagian, gue cuma lagi miki...." aku menutup mulutku saat hampir saja keceplosan berbicara yang sebenarnya. Aduh! Hampir saja aku mau bilang lagi mikiran Pak Keane. Itu sama saja aku cari mati!

"Gue cuma lagi apa, La?" tanya Susan mengulang ucapanku tadi.

"Erm—anu—gue—" kataku gelagapan. Bagaimana ini? Aku harus mencari alasan apa yang harus kukatakan supaya mereka tidak bertanya-tanya lagi kepadaku.

"Ah! Gue tahu! Jangan-jangan... lo naksir ya sama Pak Keane?" goda Gladys.

"Ah! Apaan sih! Ya, gak mungkin lah!" sergahku cepat, terlalu cepat malah.

"Tuh..tuh..tuh..kan, pipi lo aja udah kayak tomat busuk yang lagi direbus." kata Gladys menimpali. Aku spontan memegang kedua pipiku yang tidak tahu apa memang sudah seperti tomat rebus atau tidak.

"Aduh! Kalian apaan sih!" Kenapa mereka suka sekali sih menggodaku? "Tadi kalian nuduh gue ngeliatin Pak Keane. Sekarang, kalian malah nuduh gue suka sama Pak Keane? Yah gak mungkin lah! Dia guru, sedangkan gue muridnya. It's impossible! So, kalian gak usah pikir yang aneh-aneh deh! Lagipula, daripada ngurusin guru itu, mendingan gue mikirin my Levin!!"

"Ya, ya, ya. Lala, the most lucky girl! Gak dapat Pak Keane, si guru tampan berkharisma tinggi, masih ada cadangan mendapatkan hatinya Levin, si pangeran sekolah." seru Angel.

"Ah—coba kalau Pak Keane itu bukan guru gue. Udah gue samber deh tuh cowok! Gue yakin nih ya, umurnya Pak Keane itu gak terlalu jauh sama umur kita. Ya, sekitar dua puluh empat sampai dua puluh tujuh-an lah. Cuma beda tujuh atau delapan tahun masih normal kan? Hm..kira-kira Pak Keane mau gak ya kalau pacaran sama gue?" celetuk Gladys yang justru mendapat teloyoran dari kami bertiga.

"YE!! Itu sih mau lo Dys. Gue juga mau kali sama si Handsome Teacher." kata Angel menimpali.

"Ckck. Dasar Jojoris." seruku.

"Apa itu?" tanya Angel.

"Jomblo-jomblo miris." gurauku yang segera mendapat cubitan dari kedua sahabatku itu. Susan pun hanya diam, tidak berniat menolongku. Uh, Susan! Kau tidak setia kawan sekali sih!

 

                                                                                                                              ***

 

"Lala!"

Aku yang hendak masuk ke kelas, membalikkan kembali tubuhku saat seseorang memanggilku. Dari kejauhan, terlihat Clavin tengah berjalan menghampiriku. Aduh! Mau apa lagi sih nih cowok!

Kutatap Clavin tanpa minat. "Ada apa Clavin? Lo lagi dikejar-kejar tuyul, ya? Atau lo lagi dikejar-kejar Bi Mirna karena selalu ngutang mie ayamnya terus? Oh! Atau mungkin, lo lagi diteror sama penggemar gue gara-gara lo selalu ngejekin gue dengan bilang gue mirip si itik buruk rupa, padahal jelas-jelas gue adalah titisan dari dewi Athena. Jadi, lo dapet masalah yang kayak gimana, hm?" celetukku tanpa berhenti yang hanya dibalas helaan napas oleh Clavin.

"Tega banget si lo doain gue kayak gitu," protes Clavin tak terima. "Lagipula, gue kan belum ngomong apa-apa."

Aku menghela napas bosan. "Ada tiga hal yang biasanya lo mau kalo lo ngomong sama gue. Pertama, ngingetin gue buat latihan band. Kedua, minta tolong ke gue buat bayarin makanan lo. Dan ketiga, bikin gue naik darah karena ejekan gak bermutu lo itu. So, karena gue udah berpengalaman dengan sebelumnya, kali ini gue gak akan masuk ke dalam jebakan lo lagi. Do you understand, tuan Clavin Thomas Klein?"

"Udah selesai ngomongnya?" tanya Clavin sarkastik.

Ah?

"Pokoknya denger ya, Clavin! Kalau lo bicara sama gue cuma mau minta bantuan gue buat menyelamatkan lo dari masalah-masalah itu, sorry sorry to say, ya. Gue. Gak. Akan. Mau. So, sebaiknya lo minta bantuan sama yang—" sebelum aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba saja Clavin menepuk kedua pipiku, lalu menekannya ke dalam sehingga membuat kedua bibirku maju ke depan seperti seekor ikan cupang.

"Stop!" sergah Clavin cepat. "Sebelum bibir lo bergerak lagi kayak kereta yang gak punya tempat pemberhentian, biarin gue buat ngomong sebentar." aku memelotokan mata ingin memprotes.

"Sekarang gue bakal lepasin pipi lo, tapi janji lo bakal diem dan dengerin gue. Fine?"

Mau tidak mau aku pun menganggukan kepala dan menyetujui permintaan Clavin. Sesuai janjinya, Clavin membebaskan tangannya dari kedua pipiku.

"Aduh! Lo udah melunturkan 0,5 persen kecantikan gue tau!" aku memegang kedua pipiku yang terasa pegal.

"Tenang aja. Lo bakal tetep cantik sekalipun bibir lo nantinya monyong," gurau Clavin.

"Itu pujian atau hinaan?"

"Percaya atau enggak, itu pujian."spontan saja aku merona mendengar gurauan Clavin. Tidak biasanya cowok itu memujiku, kan? Yah, meskipun hanya gurauan.

"Oh iya! Tuh kan gue hampir aja lupa tujuan gue kesini. Gue mau kasih kabar gembira nih buat lo."

Aku mengangkat sebelah alisku. "Kabar gembira?"

"Yap! The biggest great news!" seru Clavin penuh penekanan.

"Apa-apa?" tanyaku penasaran.

"Pasang telinga lo baik-baik dan dengerin setiap perkataan yang gue omongin. Okay?" seru Clavin sok rahasia. Sekali lagi, aku pun hanya mengangguk.

"Jadi, band sekolah kita, Andromeda..."

"Iya?"

"Band kita, Andromeda.."

"Iya, kenapa?"tanyaku semakin penasaran.

"Band kita, Andromeda.."

"Hmm?"

"Band kita, Andromeda..."

"Aduh! Stop! Stop!" sergahku mulai tak sabar. "Clavin! lo sebenernya mau kasih tahu gue apa sih?! Dari tadi cuma bilang band kita, Andromeda. Band kita, Andromeda. Gue juga tahu kali band kita namanya Andromeda. Intinya lo mau bilang apa, ha?" Baru saja Clavin tadi memujiku, sekarang dia mulai membuatku marah lagi.

"Oke, oke, sorry. Gue terlalu excited ternyata!" kata Clavin sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Jadi begini, band kita Andromeda berhasil masuk jadi salah satu finalis lomba band tingkat nasional di acara Rock Mountain tahun ini!!!"

"Apa?! Rock Mountain?! Rock Mountain, kompetisi band terbesar itu?!" teriakku bersemangat. Clavin mengangguk-anggukan kepalanya senang.

"AAAAA!!! Band kita masuk Rock MountainRock Mountain, Clavin!! Gue seneng banget!!" refleks aku memeluk Clavin yang berdiri di depanku.

"Mhmmm...." Clavin pura-pura berdeham, membuatku kembali tersadar dengan posisiku sekarang yang sedang memeluk Clavin. Buru-buru aku menjauhkan diri dari Clavin dan berdiri dengan canggung.

"Mhmm.. By the way, kompetisinya kapan? "tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Clavin tersenyum geli melihatku yang salah tingkah.

"Seminggu setelah kita ujian nasional. Jadi, kita masih punya banyak waktu buat latihan. Terus, kita juga enggak perlu khawatir latihan kita bakal ganggu persiapan buat ujian nanti."

"Nah! Kalau gitu, setiap sore sehabis pulang sekolah, kita rutin latihan! Gimana?" kataku bersemangat. Di otakku sudah berputar-putar jadwal latihan rutin yang akan kubuat untuk persiapan lomba.

"Hm... boleh. Ide bagus tuh! Biar persiapan band kita juga bisa lebih siap. Kalau gitu, gue bakal kasih tahu anak-anak yang lain." balas Calvin setuju.

"Sipp!!" aku pun mengacungkan jari jempolku.

Aku semakin tidak sabar menunggu hari itu tiba. Saat dimana Andromeda akan bersinar di panggung Rock Mountain. Bagaimana pun aku harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Karena disanalah, aku bisa membuktikan ke semua orang bahwa aku memanglah penyanyi berbakat dan semua mata akan tertuju hanya kepadaku. Dan, hanya akulah yang akan menjadi pusat dunia tahun ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gino The Magic Box
4355      1347     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
Koude
3583      1275     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
NADA DAN NYAWA
15665      2942     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
A Day With Sergio
1828      811     2     
Romance
Percikan Semangat
911      505     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
BEST MISTAKE
13002      2260     3     
Romance
Tentang sebuah kisah cinta yang tak luput dari campur tangan Tuhan yang Maha Kuasa. Di mana Takdir sangat berperan besar dalam kisah mereka. "Bisakah kita terus berpura-pura? Setidaknya sampai aku yakin, kalau takdir memang tidak inginkan kita bersama." -K
you're my special moments
2804      1125     5     
Romance
sebenarnya untuk apa aku bertahan? hal yang aku sukai sudah tidak bisa aku lakukan lagi. semuanya sudah menghilang secara perlahan. jadi, untuk apa aku bertahan? -Meriana Lauw- tidak bisakah aku menjadi alasanmu bertahan? aku bukan mereka yang pergi meninggalkanmu. jadi bertahanlah, aku mohon, -Rheiga Arsenio-
SILENT
5562      1668     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Gunay and His Broken Life
8529      2518     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Our Perfect Times
1139      770     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...