Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sanguine
MENU
About Us  

"Levin, makasih ya udah traktir aku makan dimsum! Kamu tahu banget deh apa kesukaanku," kataku, tersenyum lebar.

"Baguslah kalau kamu suka. Seperti yang selalu kubilang. Apapun akan aku lakukan untuk gadis cantikku ini." Levin mencubit hidungku gemas. Refleks, kuelus hidungku yang masih terasa bekas cubitan Levin.

"Masuklah. Diluar sudah mulai dingin," ujar Levin.

"Okay. Kalau begitu, aku masuk dulu ya. See you tomorrow!"

Aku masih berdiri di ambang pintu dengan keadaan pintu yang setengah terbuka. Kuperhatikan Levin mulai menyalakan mesin motornya lalu seketika suara bising dari motornya terdengar hingga suara itu perlahan-lahan hilang setelah motornya keluar dari pekarangan rumah.

Setelah Levin sudah pulang, aku pun berbalik hendak membuka pintu kembali. Baru kepalaku mencuat masuk ke dalam rumah, tanpa ada aba-aba sesosok tubuh gempal tengah berdiri dibelakangku, dan refleks membuatku seketika berteriak. Ekspresiku saat ini pasti sudah mirip seperti topeng jelek yang dipakai psikopat dalam film Scream.

"Mbok Narsih!" teriakanku menggema ke sepenjuru rumah saat mengetahui siapa dalang dibalik reaksi heroikku itu .

"Astaganaga! Mbok, kenapa tiba-tiba berdiri di belakangku sih! Aku hampir aja kena serangan jantung. Lagian, ngapain sih malem-malem gini pake nge-cosplay jadi hantu segala?!"

Tiba-tiba Mbok Narsih memasang raut muka merajuk sambil memajukan bibirnya. Aku pun memutar kedua bola mataku. Aduh, Mbok! Itu sama sekali tidak menggemaskan.

"Yah, non. Masa sih, Mbok yang mirip Wulan Guritno kayak gini dibilang hantu." Aku mengangkat sebelah alisku merasa geli dengan gurauan Mbok Narsih. Astaga! Pede sekali kau, Mbok!

"Oh iya, aduh! Mbok hampir lupa! Itu, non udah ditunggu tuan dari tadi."

Deg! Ucapan Mbok Narsih rasanya benar-benar menakutkanku sekarang.

"Aduh, gawat nih! Kira-kira Papa tahu gak ya kalau tadi ada Levin?" gumamku mulai panik.

"Sebaiknya, non segera menemui tuan deh."

Aku memasang wajah memelas ke Mbok Narsih, berharap wanita itu bisa membantuku menghindar dari amukan papa nanti. Tapi, Mbok Narsih justru hanya membalasku dengan tatapan, Maaf Non. Saya juga tidak ingin mendapat amukan dari tuan besar.

Aku menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dengan langkah gontai, aku menuju ruang keluarga sambil terus berdoa. Ayo Lala! Kamu pasti bisa! Oh Tuhan, selamatkanlah aku!

Di ruang keluarga, Papa sedang fokus menatap layar laptop yang berada di pangkuannya. Kulangkahkan kakiku sehening mungkin berniat untuk mengejutkan pria tercintaku itu. 

"Papa!" seruku sambil menghempaskan diri jatuh terduduk di sofa di samping papa.

"Darimana saja kamu?" tanya Papa to the point. Sepertinya ide kejut-mengejutku tidak berhasil mengubah mood Papa menjadi lebih bersahabat. Buktinya, wajah Papa masih serem banget!

"Anak gadis tidak baik pulang terlalu malam. Apalagi masih pakai seragam sekolah." Tuh kan! Baru saja bokong indahku menempel di sofa sudah diberi wejangan seperti jnj.

Aku pun hanya cengegesan. "Maaf, Pa. Er-tadi aku ada tugas kelompok. Dan, tugasnya harus selesai hari ini juga. Jadi, aku ngerjain dulu sebelum pulang." Ya Tuhan! Ampunilah diriku yang telah berbohong ini!

"Levin juga sekelompok denganmu?"

Tuh kan! Papa pasti tahu jika aku diantar pulang oleh Levin. Ayo Lala cari alasan yang lebih bagus! Dewi batinku bersuara.

"Erm-ya! Kami sekelompok." jawabku terbata-bata.

"Sejak kapan kalian sekelas? Bukannya kamu kelas 12-1 dan dia kelas 12-3."

Skak mat! Aku rasa ucapan Papa tadi bukan menjurus ke pertanyaan, tapi lebih ke pernyataan yang tepat menohok ulu hatiku. Duh! Kamu bodoh, Lala! Kenapa kamu lupa sih kalau Levin berbeda kelas denganmu! Kini, hancur sudah semua kebohonganmu ! Dewi batinku berkata sambil menggelengkan kepalanya, mengejekku.

"Er-Levin-cuma nganterin aku pulang aja, Pa." jawabku jujur pada akhirnya.

"Dan Papa pernah bilang sama kamu kalau Papa tidak suka dengan anak itu."

"Tapi, Levin kan baik, Pa."

"Dengar, nak." Oke. Papa sepertinya akan memulai kembali sesi ceramah bijaknya tentang 'apa itu pria'. "Seberusaha apapun dia menunjukkan kebaikannya ke kamu, tapi jangan terlalu menaruh kepercayaan yang lebih ke mereka. Tidak semua pria bisa dipercaya, nak."

"Oh begitu. Berarti Papa juga kayak gitu, ya?" tanyaku polos yang spontan saja membuat wajah Ppa menegang seketika. Tuh! Kena juga kan, Pa! Hehe, piiss.

"Kecuali Papa." sanggah Papa cepat, membela diri. "Papa kamu ini, salah satu dari 0,05 persen pria di dunia yang setia dengan satu pasangannya. Dan wanita yang beruntung itu adalah ibumu. Kamu tahu?"

Mau tak mau, aku tersenyum mendengar penuturan manis dari Papa. Padahal, mama sudah lama meninggalkan kami berdua, tapi rasa cinta Papa terhadap Mama masih sama seperti dulu. Aku sendiri malah heran kenapa Papa tidak ada niatan untuk menikah lagi.

"Sudah. Sudah. Sebaiknya kamu ganti baju dan beristirahat sana," titah papa yang secara halus mengusirku sebenarnya.

"Okidoki!" Kuberikan tanda hormat ala tentara. "Goodnight!" seruku sambil mencium kedua pipi Papa sebelum bergegas menuju ke kamarku.

Ah,betapa beruntungnya aku memiliki orangtua seperti Papa. Meskipun kami sering berdebat, tapi Papa bukanlah tipe orang yang menyukai pertikaian.

Karena itu, setiap kali kami berselisih pasti selalu berakhir dengan lelucon yang tidak bermutu. Entah itu dariku, Papa atau kadang-kadang Mbok Narsih yang suka menguping pembicaraan kami secara diam-diam di balik tembok. Untung aja Mbok Narsih tidak sekalian merayap di dinding. Cicak kali!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
246      200     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Simbiosis Mutualisme
283      184     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Bifurkasi Rasa
107      92     0     
Romance
Bifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara "Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...
Purple Ink My Story
5939      1300     1     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
kekasihku bukan milikku
1292      654     3     
Romance
Secret’s
3932      1287     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Peneduh dan Penghujan
304      251     1     
Short Story
Bagaimana hujan memotivasi dusta
DUA PULUH MENIT TERAKHIR
426      304     0     
Short Story
Setiap waktu sangat berarti. Selagi ada, jangan terlambat untuk mengatakan yang sesungguhnya. Karena kita tak tahu kapan waktu akan merenggutnya.
Her Glamour Heels
510      352     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Katanya Buku Baru, tapi kok???
466      317     0     
Short Story