Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Malam itu, tepat di malam yang sama dimana Nana mengadakan pesta perpisahan dan William yang hampir kelepasan, Gress hanya berbaring di atas kasurnya. Lampu kamarnya masih menyala dan memberikan warna terang di penglihatannya yang biasanya gradiasi antara hitam, putih, dan abu-abu. Pikirannya berkelana jauh, menghampiri sosok William yang jauh entah dimana. Memikirkan tentang orang yang tiba-tiba menjadi pacarnya itu, Gress merasa buruk sekali. Mereka menjalin hubungan, tapi tidak tahu alamat rumah satu sama lain, tidak pernah menelpon, tidak pernah bercerita banyak hal, dan tidak pernah-tidak pernah lain yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.
    Hanya beberapa kali perasaannya menghangat dan kenyamanan menidurkannya ketika bersama William, selebihnya Gress terus bertanya apa sebenarnya hakikat sebuah hubungan yang bernama pacaran? Ia tak meminta lebih atau ingin sama seperti yang lain. Gress cukup tahu diri. Ia hanya ingin tahu bagaimana sebenarnya hubungan seperti itu seharusnya dijalin dan dijalani. Kadang pula, otak dan hatinya tak berjalan searah. Hatinya mengatakan ia menyukai William dibeberapa sisi, tapi otaknya terus saja memutar kalimat-kalimat dari orang-orang yang entah datang darimana tentang William. Terutama kalimat perempuan bernama Nana.
    “Jangan pernah meninggalkan William, bahkan jika ia mengecewakanmu. Selebihnya, aku harap hubunganmu dengannya lancar”
Tok Tok Tok
    Pintu kamar Gress diketuk beberapa kali sebelum akhirnya terbuka ketika ia mengatakan untuk masuk. Setelah derit pintu, suara ibunya menyusul yan mengatakan ada tamu untuk dirinya. Gress menautkan alis, sejauh ini ia tidak pernah memiliki tamu kecuali teman-teman yang dekat dengannya. Saat Ibu mengatakan ini hampir jam sepuluh malam, Gress lebih bertanya-tanya lagi siapa yang bertamu pada jam seperti ini.
    Rupanya itu Nana, harum mawar tubuh perempuan yang kalimatnya selalu berputar di kepalanya itu tak berubah. Awalnya Gress cukup terkejut karena Nana bisa tahu alamat rumahnya. Tapi daripada membahas masalah  itu, Gress lebih ingin mendengar urusan apa yang membuat Nana datang hampir larut. Di awal, Nana hanya menjelaskan hubungannya dengan William yang ternyata adalah kakak beradik. Nana adalah kakak kandung William. Benar saja jika kalimat Nana terasa sangat dalam dan begitu mengenal William. Gress mengutuk diri, berani-beraninya ia berpikiran aneh-aneh tentang Nana.
    “Aku akan ke Austria untuk melanjutkan studi S2 ku. Tapi aku datang kesini tidak untuk memamerkan hal itu” ujar Nana, kembali membuat Gress menoleh.
    “Ya?”
    “Aku sama sekali tidak peduli dengan hubunganmu dengan William. Itu tidak penting. Tapi karena kau perempuan yang sedang dekat dengannya, aku hanya ingin kau ingat kalimatku ini” Nana memberi jeda. Ia mengambil nafas dalam lalu membuangnya pelan dan melanjutkan kalimatnya, “Jangan tinggalkan William”
    Gress diam, kalimat Nana bercampur dengan kalimat sebelumnya yang juga memiliki arti sama. Nana menegaskan kalimatnya dengan datang di jam seperti ini. Itu artinya ia benar-benar serius dengan kalimatnya. Tapi saat Gress bertanya apa maksudnya, Nana sama sekali tak menjawab.
    “Aku harus berangkat pagi-pagi sekali besok. Jadi aku harus pulang sekarang juga”
    Di teras rumahnya, Gress mendengar itu semua. Kalimat penegasan dan langkah kaki dari sepatu hak tinggi yang menjauh. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, kepalanya sibuk memikirkan banyak sekali kalimat. Kalimat-kalimat Nana membaur dan bersatu dengan banyaknya kalimat cemooh yang dilayangkan pada Gress perihal hubungannya dengan William. Sejak awal, semuanya memang aneh. Gress dengan kondisinya, tiba-tiba didekati oleh seorang populer yang menjadi incaran banyak mata. Perkenalan yang hanya berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya mengikat diri dengan kata pacaran. Sangat cepat, sesuatu yang aneh, yang seharusnya tak terjadi di usianya yang baru sembilan belas tahun.
    Lama Gress berdiam di teras, ia memutuskan untuk kembali ke kamar ketika Ibu datang dan sedikit memarahinya karena tidak mempersilahkan Nana masuk. Bahkan sebelum tehnya diseduh, ia sudah membiarkan Nana pergi. Di kamar, meskipun isi kepalanya terasa penuh sesak, tapi hanya satu nama yang Gress pikirkan, William. Ia meraba tangannya pada nakas kecil di samping ranjang, mengambil ponselnya yang jarang ia gunakan. Ia meremasnya beberapa kali untuk mengumpulkan keberanian menghubungi William. Tekatnya sudah bulat, ia menelpon William yang nomernya tersimpan di panggilan cepat nomer empat.
    Kegugupan menguasai Gress selama panggilannya menyambung, ia memelintir selimutnya untuk mengurangi kegugupannya. Ketika suara di sebrang menjawab, pelintiran Gress lebih kuat lagi. Itu suara William, tidak jauh berbeda dengan suara aslinya.
    “Halo... Kak Will?... Ah, maksudku Will?” gugup Gress.
    “Eoh, ada apa Gress?”
    Gress benar-benar gugup. Semua pertanyaan yang ingin ia ajukan entah hilang kemana. Pikirannya tiba-tiba kosong. Bingung sekali dengan apa yang seharusnya ia katakan.
    “Hmmm itu... hmmm.... apa sudah tidur?”
    “Ya, ini sedang bersiap tidur”
    Gress tak sadar mengangguk. Karena tak tahu lagi harus bagaimana, Gress segera mengakhiri panggilan dengan mengucapkan selamat malam yang juga dibalas oleh William. Setelahnya panggilan itu berakhir. Menyisahkan Gress yang benar-benar telah kehilangan akalnya. Ia tetap pada posisinya, tapi otak dan hatinya tak karuan rasanya. Diam-diam Gress kembali mengutuk diri karena mudah sekali terombang-ambing jika berhubungan dengan William. 
    Gress hanya tidak tahu saja. Seseorang yang membuatnya senewen dan tak karuan itu sedang duduk di depan layar LCD berukuran medium dengan berbagai kaset game yang mengelilinginya. Jari-jarinya tak berhenti menekan-nekan tombol joy stick dan mulutnya tak berhenti mengunyah berbagai macam cemilan yang sampahnya sudah berserakan. Saat panggilan Gress masuk, ia berdecak kesal karena harus mem-pause game-nya. Dan saat sambungan telepon berhenti, ia dengan cepat mematikan ponselnya dan melemparnya pada ranjang sebelum kembali asyik melanjutkan game-nya.
    “Mengganggu saja. Sial” gumamnya.
 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
Good Art of Playing Feeling
409      303     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
Kreole
152      135     1     
Romance
Apa harus ada kata pisah jika itu satusatunya cara agar kau menoleh padaku Kalau begitu semoga perpisahan kita menjadi ladang subur untuk benih cinta lain bertunas
The Friends of Romeo and Juliet
20544      3083     3     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Sekilas Masa Untuk Rasa
3956      1288     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
My Teenager’s Diary
393      251     2     
Short Story
Kata orang, masa muda itu masa yang indah. Masa muda juga menempati masa terindah di benak orang, contohnya ketika kita berani memimpikan sesuatu yang belum tentu terjadi atau mungkin tidak terjadi. Ini adalah sedikit kisah masa mudaku, kisah yang akan terkenang sebagai bagian perjalanan hidupku.
High Quality Jomblo
45319      6338     53     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...
An Angel of Death
372      242     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
Eagle Dust
404      291     0     
Action
Saat usiaku tujuh tahun, aku kehilangan penglihatan karena ulah dua pria yang memperkosa mom. Di usia sebelas tahun, aku kehilangan mom yang hingga sekarang tak kuketahui sebabnya mengapa. Sejak itu, seorang pria berwibawa yang kupanggil Tn. Van Yallen datang dan membantuku menemukan kekuatan yang membuat tiga panca inderaku menajam melebihi batas normal. Aku Eleanor Pohl atau yang sering mereka...
Survival Instinct
291      242     0     
Romance
Berbekal mobil sewaan dan sebuah peta, Wendy nekat melakukan road trip menyusuri dataran Amerika. Sekonyong-konyong ia mendapatkan ide untuk menawarkan tumpangan gratis bagi siapapun yang ingin ikut bersamanya. Dan tanpa Wendy sangka ide dadakannya bersambut. Adalah Lisa, Jeremy dan Orion yang tertarik ketika menemui penawaran Wendy dibuat pada salah satu forum di Tripadvisor. Dimulailah perja...
Bad Wish
29757      2532     3     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.