Read More >>"> MONSTER (BAB 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Pagi ini, Gress yang memiliki kelas pagi berjalan seorang diri tanpa didampingi oleh pendampingnya dari universitas. Ia tak begitu khawatir karena di pagi hari seperti ini, kampus tak terlalu ramai sehingga ia tak perlu mendengar suara dan siluet gerak yang terlalu banyak. Tuhan memang benar-benar adil. Ia beri penglihatan yang tak sempurna untuknya, tapi Ia beri pendengaran, penciuman dan reflek yang tajam. Dan akhir-khir ini, aroma coklat lembut telah menjadi harum yang paling banyak ia cium. Itu harum tubuh William, kakak tingkat yang selalu datang entah darimana setiap kali jam istirahat. Pun dengan pendengarannya, Gress telah banyak kali mendengar orang-orang yang membicarakan perihal kedekatannya dengan William. Mereka banyak mencibir, membandingkan dirinya yang buta ini dengan William yang sempurna. Ia tak sebanding dan ia paham betul itu.

                “Vin, apa Kak William sangat tampan?” tanya Gress begitu Vina datang dan duduk di sampingnya. Vina adalah temannya yang paling dekat. Mereka kenal ketika ospek. Vina banyak membantu Gress.

                “Kak Will? Dia bukan lagi tampan, Gress. Tapi dia sudah seper duper tampan. Kau ingat kakak tingkat yang menjadi pembicaraan saat ospek karena ketampannya?  Itu Kak William”

                Bagaimana Gress bisa lupa. Saat itu, panitia sedang memutar profil fakultas dan William sebagai duta bahasa ikut menyampaikan ucapan selamat datangnya. Begitu wajahnya muncul, semua mahasiswa perempuan berteriak kencang, dan sejak saat itu semuanya seakan gila dan berlomba-lomba mencari informasi lebih jauh tentang William.

                “Ah, pantas saja banyak yang mencibir” gumam Gress pelan namun masih bisa didengar Vina.

                “Mencibir kenapa?”

                Gress dengan cepat menggeleng dan sedikit mendorong tubuh Vina menjauh untuk menyudahi pembicaraan. “Tidak kenapa-kenapa. Sudah sana”

                Vina mendengus. Kemudian ia melirik Gress sekilas dan menghela nafas panjang. “Jangan pikirkan orang lain. Kau dan Kak Will yang menjalani. Mereka hanya iri”

                Gress diam mendengar kalimat Vina. Ia membuat mereka iri? Yang ada justru dirinya yang terlihat menyedihkan karena mau-mau saja didekati seorang William. Ia merasa tak tahu diri dengan kondisinya. Tapi William juga aneh, kenapa orang seperti itu harus tertarik pada orang sepertinya? Si buta yang hanya mengandalkan indra lainnya untuk hidup. Bahkan keluar dari hujan pun, tak mampu.

***

                Satu-satunya benda yang selalu berada di dalam tas Gress selain tongkat adalah headset. Benda itu begitu ia perlukan untuk menyumpal telinganya yang terlalu tajam dalam mendengar. Bahkan jika itu obrolan yang terhalang tembok pun, Gress bisa mendengarnya. Untungnya, menjadi buta dengan pendengaran tajam telah ia rasakan bertahun-tahun, sehingga kini ia bisa mengontrol dan memilih apa yang ingin ia dengar dan tidak ingin ia dengar. Dulu, saat ia kecil, suara daun yang ranggas atau jarum yang jatuh pun tersapa oleh gendang telinganya. Rasanya seperti ribuan bahkan jutaan suara berjejal masuk ke dalam telinga setiap detiknya. Sangat melelahkan. Tak ada kata tenang.

                Dalam telinganya, lewat headset dan ponsel yang ia masukkan ke dalam saku, sebuah lagu dari Eminem mengalun menghentak. Selain lirik yang selalu menyentuh, musik yang menghentak, cepat dan keras adalah favoritnya. Musik seperti itu akan lebih ampuh membungkam keramaian dunia luar jika dibandingkan dengan musik bertempo pelan.

                “Permisi”

                Gress tersentak ketika seseorang menyentuh bahunya pelan. Ia segera melepas headset di telinganya dan melayangkan pandang pada siluet di depannya. Dari siluet hitam keabu-abuan yang tak begitu jelas itu, Gress bisa menangkap seorang perempuan di depannya. Gress hanya mengangguk sambil sedikit menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang lebih ketika perempuan asing itu izin untuk duduk di space kosong di sampingnya.

                “Apa kau yang bernama Gressy?”

                Gress reflek menoleh. ‘”Iya. Kenapa? Anda mengenal saya?”

                “Jadi benar...” Perempuan itu meraih tangan Gress hingga membuat Gress sedikit terkejut. “Perkenalkan, namaku Nana.”

                “Ah, i...iya. Aku Gressy” dan menggerakkan tangannya sedikit untuk memberikan kode agar tangannya segera dilepaskan.

                “Ah, maaf. Aku tidak sopan ya? Maaf”

                Gress menggeleng dan tersenyum berujar tak apa. Kemudian mereka berdua saling diam. Gress tak memakai headset-nya lagi, karena ia takut jika perempuan bernama Nana itu akan memulai pembicaraan dengannya.

                “Kudengar kau dekat dengan William?”

                Begitu nama itu disebut, Gress menoleh. Otaknya bekerja untuk menebak kira-kira siapa dan apa hubungannya Nana dengan William. Mungkinkah salah satu mantan William? Dari siluetnya samarnya saja, Gress bisa tahu Nana adalah perempuan yang cantik.

                “I...iya. Tapi kami hanya teman” jawab Gress terbata.

                “Lebih pun juga tidak masalah. Hmmm aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu”

                Alis Gress bertaut. “Ya?”

                “Jangan pernah meninggalkan William, bahkan jika ia mengecewakanmu. Selebihnya, aku harap hubunganmu dengannya lancar”

                Nana beranjak pergi. Gress masih sibuk memproses kalimat yang ia dengar. Mata abu-abu yang kosong dan tidak menunjukkan ekspresi apapun itu sedikit melebar. Kehidupan kampusnya kini sempurna berpusat pada seorang William. Orang-orang tidak mengenalnya sebagai Gressy, tapi sebagai seseorang yang dekat dengan William. Sebelumnya ia pikir tak perlu ambil pusing dengan berbagai omongan yang ditujukan padanya, tapi kalimat Nana berbeda. Kalimat itu terasa memiliki maknanya sendiri. Nana pun juga terdengar begitu dekat dan tahu bagaimana seorang William. Dampaknya, lagu menghentak pun tak mampu lagi mengalihkan fokus dari otaknya yang terus dipenuhi tanda tanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1139      751     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
Hyeong!
122      105     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Double F
698      479     0     
Romance
Dean dan Dee bersahabat sejak lama. Dean tahu apa pun tentang Dee, tapi gadis itu tak tahu banyak tentangnya. Seperti cangkang kapsul yang memang diciptakan untuk menyamarkan bahkan menutupi rasa pahit serta bau obat, Dean pun sama. Dia mengemas masalah juga kesedihannya dengan baik, menutup pahit hidupnya dengan sempurna. Dean mencintai Dee. Namun hati seorang Dee tertinggal di masa lalu. Ter...
Evolution Zhurria
298      186     4     
Romance
A story about the evolution of Zhurria, where lives begin, yet never end.
Tas nyangkut
324      203     2     
Short Story
Our Son
479      252     2     
Short Story
Oliver atau sekarang sedang berusaha menjadi Olivia, harus dipertemukan dengan temanmasa kecilnya, Samantha. "Tolong aku, Oliver. Tolong aku temukan Vernon." "Kenapa?" "Karena dia anak kita." Anak dari donor spermanya kala itu. Pic Source: https://unsplash.com/@kj2018 Edited with Photoshop CS2
Love after die
428      282     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
AROMA MERDU KELABU
1977      746     3     
Romance
Photobox
4337      1148     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
Awal Akhir
664      414     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.