Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Pagi ini, Gress yang memiliki kelas pagi berjalan seorang diri tanpa didampingi oleh pendampingnya dari universitas. Ia tak begitu khawatir karena di pagi hari seperti ini, kampus tak terlalu ramai sehingga ia tak perlu mendengar suara dan siluet gerak yang terlalu banyak. Tuhan memang benar-benar adil. Ia beri penglihatan yang tak sempurna untuknya, tapi Ia beri pendengaran, penciuman dan reflek yang tajam. Dan akhir-khir ini, aroma coklat lembut telah menjadi harum yang paling banyak ia cium. Itu harum tubuh William, kakak tingkat yang selalu datang entah darimana setiap kali jam istirahat. Pun dengan pendengarannya, Gress telah banyak kali mendengar orang-orang yang membicarakan perihal kedekatannya dengan William. Mereka banyak mencibir, membandingkan dirinya yang buta ini dengan William yang sempurna. Ia tak sebanding dan ia paham betul itu.

                “Vin, apa Kak William sangat tampan?” tanya Gress begitu Vina datang dan duduk di sampingnya. Vina adalah temannya yang paling dekat. Mereka kenal ketika ospek. Vina banyak membantu Gress.

                “Kak Will? Dia bukan lagi tampan, Gress. Tapi dia sudah seper duper tampan. Kau ingat kakak tingkat yang menjadi pembicaraan saat ospek karena ketampannya?  Itu Kak William”

                Bagaimana Gress bisa lupa. Saat itu, panitia sedang memutar profil fakultas dan William sebagai duta bahasa ikut menyampaikan ucapan selamat datangnya. Begitu wajahnya muncul, semua mahasiswa perempuan berteriak kencang, dan sejak saat itu semuanya seakan gila dan berlomba-lomba mencari informasi lebih jauh tentang William.

                “Ah, pantas saja banyak yang mencibir” gumam Gress pelan namun masih bisa didengar Vina.

                “Mencibir kenapa?”

                Gress dengan cepat menggeleng dan sedikit mendorong tubuh Vina menjauh untuk menyudahi pembicaraan. “Tidak kenapa-kenapa. Sudah sana”

                Vina mendengus. Kemudian ia melirik Gress sekilas dan menghela nafas panjang. “Jangan pikirkan orang lain. Kau dan Kak Will yang menjalani. Mereka hanya iri”

                Gress diam mendengar kalimat Vina. Ia membuat mereka iri? Yang ada justru dirinya yang terlihat menyedihkan karena mau-mau saja didekati seorang William. Ia merasa tak tahu diri dengan kondisinya. Tapi William juga aneh, kenapa orang seperti itu harus tertarik pada orang sepertinya? Si buta yang hanya mengandalkan indra lainnya untuk hidup. Bahkan keluar dari hujan pun, tak mampu.

***

                Satu-satunya benda yang selalu berada di dalam tas Gress selain tongkat adalah headset. Benda itu begitu ia perlukan untuk menyumpal telinganya yang terlalu tajam dalam mendengar. Bahkan jika itu obrolan yang terhalang tembok pun, Gress bisa mendengarnya. Untungnya, menjadi buta dengan pendengaran tajam telah ia rasakan bertahun-tahun, sehingga kini ia bisa mengontrol dan memilih apa yang ingin ia dengar dan tidak ingin ia dengar. Dulu, saat ia kecil, suara daun yang ranggas atau jarum yang jatuh pun tersapa oleh gendang telinganya. Rasanya seperti ribuan bahkan jutaan suara berjejal masuk ke dalam telinga setiap detiknya. Sangat melelahkan. Tak ada kata tenang.

                Dalam telinganya, lewat headset dan ponsel yang ia masukkan ke dalam saku, sebuah lagu dari Eminem mengalun menghentak. Selain lirik yang selalu menyentuh, musik yang menghentak, cepat dan keras adalah favoritnya. Musik seperti itu akan lebih ampuh membungkam keramaian dunia luar jika dibandingkan dengan musik bertempo pelan.

                “Permisi”

                Gress tersentak ketika seseorang menyentuh bahunya pelan. Ia segera melepas headset di telinganya dan melayangkan pandang pada siluet di depannya. Dari siluet hitam keabu-abuan yang tak begitu jelas itu, Gress bisa menangkap seorang perempuan di depannya. Gress hanya mengangguk sambil sedikit menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang lebih ketika perempuan asing itu izin untuk duduk di space kosong di sampingnya.

                “Apa kau yang bernama Gressy?”

                Gress reflek menoleh. ‘”Iya. Kenapa? Anda mengenal saya?”

                “Jadi benar...” Perempuan itu meraih tangan Gress hingga membuat Gress sedikit terkejut. “Perkenalkan, namaku Nana.”

                “Ah, i...iya. Aku Gressy” dan menggerakkan tangannya sedikit untuk memberikan kode agar tangannya segera dilepaskan.

                “Ah, maaf. Aku tidak sopan ya? Maaf”

                Gress menggeleng dan tersenyum berujar tak apa. Kemudian mereka berdua saling diam. Gress tak memakai headset-nya lagi, karena ia takut jika perempuan bernama Nana itu akan memulai pembicaraan dengannya.

                “Kudengar kau dekat dengan William?”

                Begitu nama itu disebut, Gress menoleh. Otaknya bekerja untuk menebak kira-kira siapa dan apa hubungannya Nana dengan William. Mungkinkah salah satu mantan William? Dari siluetnya samarnya saja, Gress bisa tahu Nana adalah perempuan yang cantik.

                “I...iya. Tapi kami hanya teman” jawab Gress terbata.

                “Lebih pun juga tidak masalah. Hmmm aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu”

                Alis Gress bertaut. “Ya?”

                “Jangan pernah meninggalkan William, bahkan jika ia mengecewakanmu. Selebihnya, aku harap hubunganmu dengannya lancar”

                Nana beranjak pergi. Gress masih sibuk memproses kalimat yang ia dengar. Mata abu-abu yang kosong dan tidak menunjukkan ekspresi apapun itu sedikit melebar. Kehidupan kampusnya kini sempurna berpusat pada seorang William. Orang-orang tidak mengenalnya sebagai Gressy, tapi sebagai seseorang yang dekat dengan William. Sebelumnya ia pikir tak perlu ambil pusing dengan berbagai omongan yang ditujukan padanya, tapi kalimat Nana berbeda. Kalimat itu terasa memiliki maknanya sendiri. Nana pun juga terdengar begitu dekat dan tahu bagaimana seorang William. Dampaknya, lagu menghentak pun tak mampu lagi mengalihkan fokus dari otaknya yang terus dipenuhi tanda tanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
JAR OF MEMORIES
586      397     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
13345      2684     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Midnight Sky
1529      742     2     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
The Ruling Class 1.0%
1358      564     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?
Musyaffa
121      104     0     
Romance
Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan s...
Upnormal
7591      1905     4     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...
Surat Terakhir untuk Kapten
583      419     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
A & B without C
251      222     0     
Romance
Alfa dan Bella merupakan sepasang mahasiswa di sebuah universitas yang saling menyayangi tanpa mengerti arti sayang itu sendiri.
Cadence's Arcana
5942      1571     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...
Infatuated
793      522     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"