Loading...
Logo TinLit
Read Story - Neighbours.
MENU
About Us  

Sejak pertengkaran beberapa minggu lalu, Leslie maupun Noah tidak berani menatap satu sama lain. Jika keduanya bertemu, ingin rasanya mereka menonjok satu sama lain. Baik Leslie maupun Noah tidak mau minta maaf. Mereka berdua sangat amat gengsi. Dibanding bertemu tetangganya itu, ia lebih baik berdiam diri seminggu di kamarnya. 

Leslie sampai sekarang masih bingung dengan perasaannya sendiri, ia merasa begitu nyaman di sekitar Ezra. Bagi Leslie, Ezra itu orangnya eye-catching. Ia orangnya tinggi menjulang dan senyumnya itu selalu membuat orang berpaling ke arahnya. Kadang saat mereka kumpul di kafe untuk mengerjakan tugas, Leslie secara tak sadar memperhatikan wajah Ezra. Namun nantinya, pipinya akan berubah warna menjadi pink!

"Jangan bengong mulu euy." kata Ezra sambil menepuk jidat Leslie. Leslie langsung sadar, ia memandang Ezra dengan senyum malu. Kepala Ezra kembali tertunduk dan tangannya mulai menggambar. "Diem, senyumnya jangan kayak gitu." Tangan Ezra perlahan bergerak menuju bibir Leslie, jarinya itu perlahan membentuk senyuman di bibir Leslie menjadi lebih lebar. "Gue akan gambar lo." ujarnya. Di situ, Leslie tersenyum lebar, menatap Ezra yang begitu handal menggambar. Ia bisa merasakan hatinya yang semakin lama semakin tidak karuan detaknya. Leslie perlahan menggigiti bibir bawahnya, ia merasa sangat amat gugup. Ia merasa 100- tidak 1000 persen bahkan lebih deh, bahwa ia menyukai Ezra. Hal itu tidak usah dibuktikan lagi. 

Setiap kali ia diajak berpergian oleh Ezra, entah kemanapun itu, ia pasti ingin selalu ikut. Leslie juga ingin selalu tampil cantik di depannya. Kadang dinding es yang dingin milik Leslie itu meleleh begitu saja di hadapan Ezra. "Nah jadi! Mirip kan?" Ezra menunjukkan gambar seorang perempuan, yaitu Leslie. Mulutnya menganga lebar sambil mengacungkan jempol ke arah lelaki yang duduk di depannya itu. 

"Hebat lo, Zra." Ucapnya dengan senang. 

Ezra menjawab dengan tawaan yang renyah. Suasana kafe sore itu membuat Leslie merasa seperti mereka sedang coffee date or cafe date. Daripada jalan - jalan layaknya cewek normal, Leslie lebih suka berdiam di satu tempat jika ia sedang kencan. Entah, rasanya lebih nyaman daripada harus berpindah ke banyak tempat. Jika dulu saat bersama mantannya, dua - duanya pasti akan melakukan kerjaan satu sama lain dan saat mereka mulai merasa lelah, mereka akan saling beranda, menghibur satu sama lain. Terkadang, kenangan indah itu membuat Leslie menyesal karena telah melepaskan diri dari Lucas. "Oi, muka lo gelisah banget sih!" Ezra mengalihkan perhatian Leslie.

"Ah, maaf." Leslie menyesap teh jasmine manis hangat dengan pelan. Tangannya entah mengapa mulai terasa dingin. Jari jemarinya kemudian memeluk cangkir teh dengan kuat. "Gue... gue terjebak di suatu dilema, Zra. And i can't stop thinking about it." Leslie menghela nafas.

Ezra mendadak pindah dan duduk di sebelah Leslie lalu menepuk bahunya, "Cerita, cerita sama gue. Gue dengerin kok." Ia berusaha menenangkan Leslie. Namun sayangnya, Leslie malahan merasa sebaliknya. Hatinya jadi makin tak karuan. 

Leslie mulai mempersiapkan diri, "Gue gak tahu, gak yakin, tapi yakin. Gue nyaman ama lo, Zra. Mungkin lo gak tahu. Selama beberapa bulan kita temenan, gue berusaha meyakini diri gue bahwa lo itu cuma sebatas temen gue, tapi hati berkata lain." Leslie sedikit tertawa, "Maafin gue ya. Mendadak ngomongnya, gue berharap, lo gak akan benci sama gue dan bakal terus temenan ama gue. Gue gak berharap untuk menjadi seseorang atau bahkan sesuatu yang lebih buat lo. Cukup jadi temen lo aja." Leslie tersenyum memandang ke arah Ezra lalu kemudian kembali menunduk.

Ezra terlihat tenang bahkan tidak kaget sama sekali, seakan ia sudah tahu akan hal ini. "Gue gak benci, Li. Lo mau coba dulu kah?" tutur Ezra. Leslie mulai bingung, coba dulu? Maksud dia apaan? pikirnya. "Hah? Gimana? Gak ngerti gue." 

"Lo mau gak? Waktunya terbatas yeeee." Ezra menyubit pipi Leslie yang kemudian membuat Leslie merintih kesakitan. "Mau gak? Nunggu capek loh." 

 

Dan beberapa minggu setelah itu, mereka sudah mulai saling bergandengan dengan muka mereka yang nampak sangat bahagia. Leslie merasa beruntung karena dapat memiliki Ezra walaupun hanya untuk sementara. Ia tahu, hububgan ini pasti akan berakhir sama seperti yang dulu. Entahlah, ia sudah ada perasaan bahwa hal itu akan terulang kembali. Kadang sesak rasanya ketika ingatan buruk itu datang lagi.

Ezra menggandeng tangan Leslie menuju suatu kafe yang cukup estetik. Hiasan - hiasan yang lucu namun simpel tertata rapi di dinding berwarna pink pastel itu. Mendadak ia jadi senang, lalu memandang Ezra. Ia juga ikut tersenyum melihat Leslie yang begitu senang, ia tidak pernah melihat senyumnya selebar itu. Ada alasan kenapa Ezra membawanya ke kafe ini, simpel saja, Leslie menyukai interior desain bukan? Ia ingin Leslie bisa menggambar dan tentu saja, suatu saat merancang interior suatu ruangan atau bangunan dengan baik. Ia infin kafe ini menjadi inspirasi bagi Leslie.

Mereka duduk saling berhadapan dan tentu saja tempat itu harus selalu di dekat jendela. "Silahkan." Seorang pelayan memberikan mereka dua buah buku menu yang tak kalah imut dengan seisi kafe ini. Leslie biasa membenci warna warna girly seperti pink. Entah mengapa, suatu unsur dari warna itu membuat Leslie merasa jijik.

Leslie tampak sibuk memperhatikan menu, bingung akan apa yang ingin dia makan atau minum. Terlalu banyak makanan serta minuman terpampang begitu saja. Ia tidak ingin membebani Ezra jadi ia berusaha mencari makanan yang sedikit lebih murah. Ezra malahan sibuk memandangi Leslie, "Udah blom? Laper nih." Perlahan, Leslie mengangkat kepalanya, "Iya, maaf pak bos." ejeknya.

"Mbak!"

"Ah iya, mau pesan apa?" ujar pelayan perempuan yang sudah siap sambil memegang nota dan sebuah pen di tangan kanannya.

"Mac and cheesenya satu, salmon carbonara fettuccine, buat minumnya... hm. Kamu mau minum apa?" tanya Ezra.

"Ice choco aja." jawab Leslie. 

"Oh, ice choconya dua ya mbak." Pelayan itu mengangguk lalu berjalan ke arah dapur. Leslie membuka tasnya dan mengambil buku gambar kecil serta kotak pensil. "Jimat gue tercinta." ujarnya seraya tertawa. Mata Ezra sangat terpaku ke arah Leslie, tapi siapa sih yang tidak fokus melihat Leslie? Wajahnya cantik! Matanya bulat berwarna cokelat, alisnya hitam, lumayan tebal, dan tertata rapi, bulu mata lentik, serta bibir tipis yang lembut berwarna merah mawar. Mata Leslie perlahan melirik ke arah Ezra, "Hayoloh! Tertangkap basah lagi ngeliatin gue!!" 

Ezra langsung kaget namun tetap tenang, "Tumben mau makan keju, biasanya kan ogah banget." ia tertawa. "Terus juga kayaknya, americano tercinta dilupakan." godanya.

"Lagi kepingin makan keju! And, americano itu akan selalu di hati! Sebenernya pingin juga sih minum, tapi lagi sadar kalo kemaren baru minum jadi ya gitu. Mau memotong jumlah kafein aja sih." jelas Leslie. 

Tak lama kemudian, makanan mereka telah tersedia di meja yang berwarna coklat tua itu. Mata Leslie berbinar, mendadak bibirnya membentuk sebuah senyuman lebar. Semua makananannya tampak cantik dengan berbagai hiasan. Leslie mengambil bagian kecil dari porsi mac and cheese yang lumayan besar ke piringnya lalu dengan cepat menyantapnya. "Enak, jadi sayang makannya." Leslie bermonolog. Ezra terkekeh, "Kalo makaroni kan enak jadi sayang makannya, kalo aku apa?" 

Leslie berfikir dengan kuat sambil meletakkan tangannya di kepala, "Kalo kamu.... kamu cutie, jadi sayang kalo ninggalin." gombalnya. Leslie merasa jijik dengan perkataannya sendiri, ia jadi ingin muntah. Ezra malah terlihat senang sambil tertawa. "Maafkan cewekmu yang sangat alay ini." 

-

Ezra mengantar Leslie dengan selamat sampai gedungnya, tidak, sampai ke depan pintu kamarnya. Lagi - lagi Leslie melihat Noah yang sedang merokok, entah sudah berapa lama ia nangkring di sana. Asap berwarna abu itu terus - terusan keluar dari lubang hidung maupun dari puntung rokok yang terbakar itu. Melihat datangnya dua 'sejoli' itu, ia buru - buru masuk kembali. "Thank you udah nganterin ampe sinii!" Leslie berdiri di depan pintu ruangannya. 

"Hm. Aku pulang sekarang ya?" Ezra pamit. Namun ia ditahan oleh Leslie, tangannya dipegang olehnya. 

"Jangan, hm. Mau masuk dulu?" ajaknya. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mr. Kutub Utara
349      268     2     
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
You Are The Reason
2265      927     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
The Reason
10709      1941     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
G E V A N C I A
1149      628     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Gagal Menikah
4884      1640     4     
Fan Fiction
Cerita ini hanya fiktif dan karanganku semata. Apabila terdapat kesamaan nama, karakter dan kejadian, semua itu hanya kebetulan belaka. Gagal Menikah. Dari judulnya udah ketahuan kan ya?! Hehehe, cerita ini mengkisahkan tentang seorang gadis yang selalu gagal menikah. Tentang seorang gadis yang telah mencoba beberapa kali, namun masih tetap gagal. Sudut pandang yang aku pakai dalam cerita ini ...
Kisah Alya
329      234     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
in Silence
468      334     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
THE WAY FOR MY LOVE
476      367     2     
Romance
Kesempatan
20278      3235     5     
Romance
Bagi Emilia, Alvaro adalah segalanya. Kekasih yang sangat memahaminya, yang ingin ia buat bahagia. Bagi Alvaro, Emilia adalah pasangan terbaiknya. Cewek itu hangat dan tak pernah menghakiminya. Lantas, bagaimana jika kehadiran orang baru dan berbagai peristiwa merenggangkan hubungan mereka? Masih adakah kesempatan bagi keduanya untuk tetap bersama?
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
273      223     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...