Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reach Our Time
MENU
About Us  

Ada kalanya ketika seseorang berusaha melakukan sesuatu dan akhirnya mencapai tujuan yang diinginkan, rasa ingin dihargai orang lain pasti akan membuat kesenangan tersendiri. Yah begitulah manusia, butuh sanjungan. Kita tidak bisa memungkiri sifat itu. Itu memang sudah naluri.

 

Malam itu, suasana serasa hening lantaran perdebatan Raisha dan Wahyu yang masih belum menemui titik terang. Hanya suara televisi yang memenuhi ruangan. Tengah menayangkan berita malam.

Berbagai pikiran mulai bercabang dalam otak Raisha. Namun, ia selalu terbentur kebuntuan. Berkali-kali juga, ia menghela nafas. Sebentar-bentar merubah posisi. Atau berjalan sekedar mengisi gelas minum yang saat itu cepat habisnya.

Wahyu pun berusaha acuh dengan gelagat resah anaknya. Kala itu, ia membiarkan Raisha berpikir. Mungkin Raisha bisa menenangkan diri dengan cara itu. Wahyu memang tahu betul watak keras kepala anak semata wayangnya itu. Jika disaat seperti itu, ia tidak akan mampu menenangkan Raisha, kecuali dengan ucapan logis yang bisa dimengertinya.

"Assalamualaikum" teriak lelaki menyapa rumah. Dengan segera Raisha pun menghampiri. Seketika, dirinya terkejut dengan keberadaan dua lelaki yang belum lama ini menjadi biang keladi penambah masalah. Siapa lagi kalau bukan Adi dan Putra.

Mereka pun akhirnya disambut Wahyu dengan sumringah. Raisha menghela nafas, mengatur suasana hati. Entah apa yang akan terjadi malam itu.

"Ini pak, dari kami. Mudah-mudahan bapak suka!" ujar Putra sambil menyodorkan kantong plastik berisi bandeng presto dan telur asin buatan rumah.

"Kata ibu saya kalau orang yang patah tulang harus banyak makan ikan dan telur. Banyak kalsiumnya pak." tambah Adi.

Wahyu pun terkesima dengan pemberian tersebut. "Wah terima kasih banyak nak! Aduh bapak gak bisa kasih apa-apa ini."

"Gak apa-apa kok pak. Udah jangan merasa berat hati gitu. Mungkin emang udah rezeki untuk bapak!" ujar Adi.

Raisha pun datang menyajikan minuman untuk mereka. Wahyu pun sebagai tuan rumah mempersilahkan mereka untuk segera meminumnya.

Raisha memilih duduk di samping bapaknya. Ia mulai mengamati pemberian dari keluarga Adi. Terselip kebingungan dalam dirinya, namun ia berusaha tenang.

"Kalau boleh tahu, kaki bapak bisa patah kenapa?" tanya Adi penasaran. Akhirnya Wahyu pun menjelaskan kronologinya. Ia pun juga memberitahu pekerjaannya. Hingga berlanjut dengan cerita obrolan kehidupan masing-masing.

Dari obrolan itu pun, akhirnya Wahyu dan Raisha mendapat pencerahan. Adi pun banyak memberi saran agar berobat di rumah sakit dengan jaminan pemerintah. Yah, ini dikhusukan layanan bagi orang yang kurang mampu. Pengalaman dari temannya ternyata memang berguna khususnya untuk sekarang.

Tak terasa minuman dalam tiap cangkir kala itu, kini hanya sisa seperempat. Sekali teguk, mungkin cangkir tersebut akan kosong dalam sekejap. Bersamaan dengan itu, Adi dan Putra akhirnya pamit. Mereka berdua pun menyalami Wahyu, sebelum keluar dari rumah. Sebagai tuan rumah, Raisha mengantarkan mereka hingga keluar rumah.

Adi pun menyodorkan tas berisi laptop ke arah Raisha. "Ini gue pinjemin laptop. Yah hitung-hitung bisa lo pake sampai laptopnya bener."

Tangan Raisha belum mau menerima pemberian itu. Mata Raisha menatap tajam ke bola mata Adi. Dahinya sedikit mengkerut heran dengan pemberian tersebut. "Lo yakin mau pinjemin laptop ini?"

"Yah, anggep aja ini sebagai ganti rugi karena gua udah jatuhin laptop lo."

"Gue bukan orang yang suka dikasihani. Lo gak inget?"

"Bisa gak sih lo hargai bantuan dari gua!"

"Adiyasa, kita itu baru ketemu, dan itu secara gak sengaja. Kita belum saling kenal. Dan yang gua gak habis pikir, kenapa lo tiba-tiba sok peduli dengan masalah gue."

Adi tak menanggapi pertanyaan Raisha. Ia hanya menyodorkan laptopnya ke pangkuan tangan Raisha. Akhirnya Raisha pun menerima secara terpaksa.

"Gue tahu lo lagi butuh. Jadi jangan sok kuat!" Adi pun berjalan berlalu, meninggalkan Raisha.

"Lo mau balas budi?"

Ucapan Raisha tidak menghentikan langkah Adi. Akhirnya, Adi dan Putra pun melesat pergi meninggalkan Raisha yang masih dilanda kebingungan.

Raisha masih berdiri, tak berpindah posisi semenjak Adi dan Putra pergi. Semakin lama dipikirkan, kini ia tak bisa lagi menahan air mata yang sedari tadi coba untuk ditahan.

"Makasih" ucapnya lirih. Namun, ucapan itu kini tak bermakna. Rasa gengsi mengalahkan Raisha untuk berterus terang pada dirinya. Hingga menyesakkan dalam dada.

Ia pun mulai menyeka air matanya yang jatuh, lalu masuk kedalam rumah. Berusaha menyembunyikan kejadian tersebut. Berpura-pura dari bapaknya, tak terjadi apa-apa pada dirinya.

********

Gita sejenak merebahkan diri di kasurnya. Membebaskan pikiran dari tumpukan file project coding ruwet yang kini sudah berbaris di foldernya. Matanya menerawang menatap langit kamar. Pikirannya kini masih berkelut resah dengan kehadiran gadis lain yang merebut dambaan hatinya.

"Gerangan siapa yang merebut hati kak Adi?" besit Gita saat itu. Sudah hampir 4 tahun lamanya, Gita menjadi pengagum rahasia yang setia mengikutinya. Namun, dalam sekejap gadis lain langsung bisa menarik hatinya. Gita tak pelak menyalahkan dirinya, yang selalu bersembunyi tak pernah berusaha memberikan sinyal.

Hanya jika rasa suka itu sudah berada dalam tahap cinta. Berarti Gita mau tak mau harus bertempur. Itu sudah resiko yang harus diterima. Setidaknya untuk bertempur, Gita harus tahu terlebih dahulu siapa musuhnya.

Entah apa yang akan dilakukannya, Gita sendiri belum ada gambaran. Mungkin teguran kasar, bisa Gita mulai dengan hacking akun sosial media gadis tersebut. Baru itu saja yang terbesit dalam otaknya. Yang lain, menunggu hingga waktu yang tepat.

Gita beranjak dari kasurnya, setelah melihat jam digital yang terpampang di sudut monitor. Mengingatkan dirinya dengan musuh nyata yang sedang berbaris di layar monitor. Barisan kode yang belum selesai, lantaran buntu logika.

Pukul 21.30 WIB, masih ada waktu setengah jam sebelum gerbang kos dikunci. Ia harus menyiapkan amunisi sebelum berperang. Apalagi kalau bukan beberapa snack ringan dan biskuit. Dengan segera ia meraih jaket kuning cerah yang tergantung di pintu kamar. Tak lupa dompet serta smartphone ikut serta dalam perjalanan.

Untung saja, kosan Gita tak jauh dari minimarket. Tapi gara-gara itu, Gita sering dimarahi orang tuanya karena sering menghabiskan jatah uang saku bulanan dalam waktu dua minggu. Gita sering mengelak, makanan ringan lah yang membuat otaknya mengalir lancar. Snack ringan sudah menjadi kebutuhan pokok Raisha dalam ber-coding ria.

Setelah memilih beberapa snack dan minuman ringan, Gita pun langsung menuju kasir. Namun, matanya menangkap sosok lelaki yang tak asing. Lelaki itu tengah mengisi air panas ke dalam cup mie instant-nya.

“Kak Farhan?”

Lelaki itu dengan segera menoleh ke arah panggilan suara. Lalu, ia kembali fokus dengan cup yang kini sudah terisi air panas sesuai takaran yang diinginkan.

“Eh, Gita. Banyak amat snack yang lo beli. Bagi satu boleh kali?” ledek Farhan setelah melihat barang-barang yang tengah discan di meja kasir.

“Gua tunggu di depan yah!” ujar Fahan berlalu tanpa menunggu jawaban Gita yang belum mengiyakan. Gita hanya menghela nafas.

Setelah membayar barang-barang yang dibeli, ia langsung keluar. Tak perlu waktu lama untuk mencarinya, Farhan persis duduk di dekat pintu keluar. Gita pun duduk di sampingnya sambil menyodorkan keripik kentang balado miliknya di atas meja. Farhan yang tengah menyeruput mie, langsung meraih snack tersebut. Tangan Gita dengan segera menghentikan gerak tangan Farhan.

“Tapi, lo harus jawab pertanyaan gua!”

Farhan pun menggangguk mengiyakan. Tangan Gita akhirnya melepas snack tersebut.

“Emang lo mau tanya apa sih?” ujar Farhan sambil membuka kemasan snack ringan tersebut.

“Hmm... gue penasaran aja. Emang siapa sih cewek yang disukai kak Adi?”

“Tuh kan lo suka yah sama Adi? Dari kemarin nanyain dia mulu?” ucapan Farhan membuat Gita menelan ludah. Kedua bola matanya menerawang bebas. Dia benar-benar sudah tertangkap basah.

“Kok lo diem? Bener dong omongan gua? Ah gua bilangin ke Adi lah” ledek Farhan sambil mengambil smartphone di saku jaketnya. Gita pun dengan segera memukul bahu Farhan dengan kepalan tangannya. Membuat Farhan meringis kesakitan.

“Ah, lo kak gak bisa jaga rahasia banget sih!” ujarnya sambil merengut. Farhan pun hanya tertawa kecil melihat tingkah Gita.

“Gue juga belum lihat orangnya. Kata Adi sih dia orangnya lumayan cantik, tapi katanya serem gitu!”

“Lah kok kak Adi doyannya yang serem-serem gitu sih?” Farhan hanya menaikkan bahu, tanda tak tahu.

“Lah, lo sendiri kenapa suka sama Adi? Perasaan kalau dari tampang masih cakepan gua deh.” Gita memutar kedua bola matanya, mengelak pernyataan tersebut.

“PD banget sih lo kak! Gua sih gak lihat dari tampang yah. Yang penting kualitasnya!”

“He, emang kita produk pake dilihat kualitas segala!” Gita hanya menyengir kegirangan mendengar pernyataan tersebut. Gita pun melihat jam di smartphone-nya, yang kini tinggal lima belas menit sebelum pintu gerbang kos ditutup.

“Udah lah kak, ngomong sama lo gak ada habisnya. Gua pulang dulu!”

“Eh temenin gua, mie gua belum habis nih!”

“Pintu gerbang gua sebentar lagi mau ditutup, lo mau tanggung jawab kalau gue kekunci?”

“Kan lo bisa tinggal di kosan gua”

“Apa sih lo kak. Gua tuh cewek kali”

“Oh, kirain gua lo cowok” ledek Farhan lagi. Gita pun beranjak pergi meninggalkan Farhan dengan guyonan receh tak berkelas itu.

“Dah, gua pergi dulu! Inget jangan bilang ke kak Adi yah!” ujar Gita memberi peringatan. Farhan pun memberikan sinyal tangan seolah-olah mengunci mulutnya. Gita pun memberikan salam senyuman perpisahan yang kini malah membuat aliran darah Farhan berdesir.

“Kenapa tubuh gua kaya merinding gitu, pas lihat Gita senyum yah? Apa dia hantu?” batin Farhan heran. Ia pun menghilangan rasa anehnya tersebut, dengan menyeruput mienya kembali.  Namun, semakin lama ingin mengacuhkannya, senyum manis Gita malah terus membayang dalam pikirannya. Membuat Farhan akhirnya menyetujui, bahwa Gita gadis yang manis.

Farhan pun menghela nafas, menyadari tingkah lakunya yang sedikit aneh itu. Hanya saja Farhan ingin mengelak kata hatinya. Entah apa yang akan terjadi, jika Farhan suka pada Gita. Mungkin Gita akan menjauhi dirinya. Dan, hal itu sangat tidak diinginkan Farhan. Apalagi, kini Gita sudah memberitahu tambatan hati kepadanya. Otomatis, Farhan tidak boleh menaruh rasa suka pada Gita sedikit pun.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
A & B without C
252      223     0     
Romance
Alfa dan Bella merupakan sepasang mahasiswa di sebuah universitas yang saling menyayangi tanpa mengerti arti sayang itu sendiri.
Catatan 19 September
25504      3263     6     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
REGAN
8976      2785     4     
Romance
"Ketika Cinta Mengubah Segalanya." Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya. Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah semakin penasaran. Hingga s...
Drifting Away In Simple Conversation
397      274     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
May be Later
15139      2243     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Love Finds
15649      3200     19     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
Mars
1086      593     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Perfect Love INTROVERT
10201      1892     2     
Fan Fiction
Drama untuk Skenario Kehidupan
9977      1995     4     
Romance
Kehidupan kuliah Michelle benar-benar menjadi masa hidup terburuknya setelah keluar dari klub film fakultas. Demi melupakan kenangan-kenangan terburuknya, dia ingin fokus mengerjakan skripsi dan lulus secepatnya pada tahun terakhir kuliah. Namun, Ivan, ketua klub film fakultas baru, ingin Michelle menjadi aktris utama dalam sebuah proyek film pendek. Bayu, salah satu anggota klub film, rela menga...
Luka Adia
753      460     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...