Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sacrifice
MENU
About Us  

“Gimana tidurnya? Nyenyak banget pasti, sampai nggak sadar kalau sekolah mau ditutup!” ucap seseorang yang tengah menyandarkan tubuhnya di balik pintu.

Natasya tidak mengetahui siapa. Matanya masih sedikit buram. Kepalanya pun masih sedikit pusing. Tetapi suaranya terdengar familiar.

“Nggak usah rese deh!” sahut Natasya menyadari siapa yang tengah menyandar itu. Siapa lagi kalau bukan Adit?

"Lo tuh yang rese! Gue yang ngantuk lo yang tidur!" sahut Adit sembari berjalan mendekati ranjang.

“Siapa suruh lo nungguin gue?”

“Kalo nggak gue tungguin mau pulang naik apa lo? Jalan kaki?”

Natasya memasang wajah sebal. Kemudian tersadar akan sesuatu, “Kok gue bisa ada di UKS sih?”

“Pertanyaan lo terlalu klasik! Buruan siap - siap! Gue ambil tas dulu.”

Natasya kembali memonyongkan bibirnya. Ia berjalan pelan menuju parkiran. Berniat menunggu Adit disana. Ia malas mengikutinya ke kelas.

Sekolah sudah terlihat sepi. Ia melirik jam mungil yang melingkar di tangan kirinya. Masih pukul 16.00. Di parkiran pun masih banyak sepeda motor. “Ah mungkin masih pada nongkrong di kelas.” batinnya.

Gadis itu menyenderkan tubuhnya di sepeda motor Adit dengan melipat kedua tangannya. Menengok kesana kemari, tetapi orang yang ditunggunya tidak kunjung datang.

“Lo tuh ya, harusnya seneng dong direbutin 2 cowok. Ganteng semua lagi.”

Natasya menengok ke belakang. Ada Tara dan Cantika yang hendak lewat.

“Iya juga sih. Tapi kalo muka mereka lebam - lebam kan jadi nggak cute lagi.”

“Pada ngomongin apa sih? Serius banget kayaknya. Pake ada ‘lebam - lebam’ segala.” tanya Natasya penasaran.

“Itu tuh ada yang berantem ‘lagi’! ” sahut Tara sembari mengutip kata ‘lagi’ dengan menggunakan kedua tangannya.

Natasya menggelengkan kepalanya. Kemudian mengikuti kedua teman sekelasnya itu menuju koridor dekat gudang belakang sekolah.

“Siapa lagi sih yang berantem? Cowok lo?” tanya Natasya kepada Cantika tepat sasaran.

“Siapa lagi coba kalo bukan dia?” jawab Cantika sedikit judes, entah karena keberadaan Natasya atau karena kebiasaan pacarnya yang membuatnya geram.

“Berantem sama siapa lagi emangnya? Kalo Adit sih kayaknya nggak mungkin, dia lagi di kelas. Kenapa nggak lo putusin aja sih, Ka?”

“Nah, itu dia, masalahnya gue tuh baru aja mutusin dia. Cuman yah gitu deh, salah paham jadinya.” jelas Cantika.

“Salah paham?” tanya Natasya bingung, tidak mengerti maksud Cantika.

Belum sempat Cantika menjelaskan, mereka sudah sampai dikoridor depan gudang. Suasana ramai sekali disana. Hampir semua siswa mengerubungi yang berkelahi. Tidak luput mereka menyoraki, "Ayo! Ayo!". Juga terdengar pula suara debam yang sangat mengerikan baginya.

Natasya semakin penasaran dengan siapa Bima berkelahi. Atau jangan - jangan dengan Adit? Mungkin saja itu penyebab Adit tak kunjung kembali. Akhirnya ia mengikuti Cantika dan juga Tara menerobos kerumunan. Bukannya melerai, Cantika sama saja dengan anak lain, malah menyoraki mereka yang sedang berkelahi.

Melihat perkelahian itu semakin gaduh, Natasya berteriak, “STOOOOPPP!!!”. Namun, tidak ada yang menggubrisnya. “KAK BIMAA STOOOPP!!” teriaknya lagi. Bima menyadari bahwa yang berteriak adalah Natasya. Kemudian ia bangkit, menarik kerah laki - laki yang dihajarnya tadi, “Ini baru pemanasan! Sekali lagi lo muncul di depan muka gue,” ancam Bima, “siapin aja upacara kematian lo! Inget itu!” lanjutnya, melepas kerah laki - laki itu lalu mengajak gerombolan temannya pergi.

“Gue harap kita ketemu besok!” teriak laki - laki itu sembari tersenyum kecut.

“Huuuuuuuuu” penonton tak diundang tadi mengaduh seolah hiburan mereka telah berakhir.

Cantika langsung menghampiri laki - laki itu, “Lo nggak apa - apa kan? Aduh Bima kurang ajar banget sih! Muka lo jadi lebam gitu kan.”

Laki - laki itu, Alesa, menghempaskan tangan Cantika yang hendak memegang lukanya. “Coba lo ngaca! Percuma aja tiap detik pegang kaca kalo nggak di pake!” bentak Alesa sembari tersenyum sinis, “Lo bilang apa aja sama cowok lo, hah?! Pikirr pake otak!!” bentaknya lagi kemudian berlalu pergi.


----

"Lewat sana! Bukan lewat sini, UKS nya disana! Nggak liat tuh ada papan petunjuknya?" ucap Natasya yang tiba - tiba berjalan melewati Alesa yang masih memegang lebam di bibirnya.

Ia berjalan menuju UKS diikuti Alesa beberapa langkah dibelakangnya. Sebenarnya mereka belum saling mengenal. Dan tanpa mereka sadari, dalam sehari mereka sudah bertemu dua kali dalam keadaan yang sama, sedang berkelahi.

Natasya mengambil kunci cadangan UKS di dalam sakunya. Klek.. Klek.. Pintu UKS telah terbuka. Belum sempat Natasya menyuruhnya masuk, Alesa sudah menerobos duluan. Melihat kasur seperti melihat surga baginya. Ia langsung terjerembap di atas kasur sembari menutup matanya. Natasya hanya bisa menghela nafas kesal.

“Hadehhh akhirnya ada kasur empuk juga. Kangen saya.”  ucap Alesa yang tengah tidur terlentang.

“Memangnya di rumah lo nggak ada kasur apa? Segitunya banget ketemu kasur!”ujar Natasya sinis. Berjalan mendekati ranjang sembari membawa kotak P3K.

Alesa hanya tersenyum simpul. “Ada. Tapi nggak seenak kasur UKS.” jawab Alesa dengan santai, membuat gadis di samping ranjangnya itu menggelengkan kepalanya sebal.

“Tunggu disini! Gue mau nyari es batu dulu. Jangan kabur!” ucap Natasya berjalan keluar.

Baru beberapa langkah berjalan, ia kembali lagi ke UKS dan menguncinya agar Alesa tidak berniat kabur. Ia memang tegas dengan siapa pun. Tetapi ia perduli dengan siapa pun juga. Tegas adalah cara ia membuktikan bahwa ia sedang perduli. 

Koridor telah sepi. Kali ini memang benar - benar sepi karena semuanya sudah pulang. Entah benar - benar pulang ke rumahnya ataupun nongkrong di tempat lain. Ia berjalan menuju kantin belakang. Biasanya kantin yang masih buka hingga sesore ini hanyalah kantin belakang. Ia berharap tidak akan ada gerombolan Bima yang sedang menongkrong disana.

Belum sampai di kantin, ia teringat, “Astaga!! Adit!” pekik Natasya. Ia langsung berlari menuju parkiran. “Haduhh, Adit pasti marah nih. Kok gue bisa lupa gini sih, astaga.”

Adit masih belum pulang. Ia tengah duduk di atas motornya. Melipat kedua tangannya sembari memasang wajah geram. Ia menggendong 2 tas sekaligus. Sebelah kanan tas miliknya dan sebelah kiri tas milik Natasya.

“Aduhhh! Sorry sorry gue lama banget yaa? Haduhh sorry deh, gue lupa.” kata Natasya ngos - ngosan.

“Dari mana sih? Bisa - bisanya lupa?” tanya Adit dengan wajah kesal.

“Siapa suruh lo lama banget ngambil tas nya?! Ya udah gue kesana dulu!” sahutnya dengan wajah kesal pula.

“Kok jadi lo sih yang marah?”

“Siapa juga yang marah? Orang gue cuma kesel sama lo!”

“Iya oke! Gue yang salah! Puas?”

“Apaan sih? Gue yang salah!”

“Ya deh iya! Gue ngalah! Buruan naik!”

Jalanan lengang. Masih ada sisa - sisa air hujan yang membasahi jalanan. Juga menggenang di jalan yang rusak.

“Habis dari mana lo tadi?”

“UKS!”

“Bohong!”

“Memangnya kenapa kalau gue bohong? Bukan urusan lo juga kan?!”

“Memang bukan urusan gue. Tapi gue peduli sama lo!” jawab Adit sembari menambah kecepatan motornya. Hingga hanya suara deru motornya yang terdengar. Hening. Tidak ada lagi percakapan setelahnya.
Sudah gelap saat mereka sampai di depan rumah Natasya. Natasya langsung masuk ke rumah tanpa basa - basi mengucapkan terima kasih kepada Adit. Adit pun langsung kembali ke apartemennya tanpa ikut masuk ke dalam rumah Natasya seperti biasanya.
Sudah gelap ketika mereka sampai di depan rumah Natasya. Ia turun dari motor dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa basa - basi mengucapkan terima kasih kepada Adit terlebih dahulu. Adit pun langsung kembali ke apartemennya tanpa mengikuti Natasya masuk ke dalam rumahnya seperti biasa.


Setelah bersih - bersih diri, Natasya merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata sembari merefresh pikirannya. “Astaga!! UKS!!!” pekiknya langsung meloncat turun dari ranjang dan mengambil tas selempangnya yang tergantung di kursi belajarnya.

Ia mengambil sepeda di samping rumahnya. Mengayuhnya dengan cepat meskipun gerimis mulai turun kembali. “Haduhh, kok gue bisa lupa sih! Kira - kira cowok itu bakalan marah nggak ya? Dia kan sering berantem. Kalo dia marah terus gue di apa - apain? Aduh jangan sampe deh!”


Tentu saja sekolah sepi. Hanya suara jangkrik yang terdengar. Natasya menuntun sepedanya menuju pos satpam dekat gerbang utama sekolah.

“Permisi, Pak!”

Mendengar suara seorang gadis, Pak Santo, satpam sekolah membuka pintu gerbang yabg kecil. “Ada apa atuh neng malem - malem begini datang ke sekolah sendiri?”

“Hehe, eh ini barang saya ada yang ketinggalan di kelas. Bapak bisa tolong bukain nggak ya?”

“Loh memangnya tidak bisa diambil besok saja? Kok malah dateng malem - malem begini. Nggak takut?”

“Nggak bisa pak. Soalnya ini penting banget. Hehe.” sahutnya meringis.

“Ya udah, kalau begitu saya temenin ya?”

“Oh iya Pak, makasih.”

Natasya berjalan pelan di belakang Pak Santo. Sepedanya ia tinggal di depan pos satpam tadi. Kali ini ia sedang bingung mencari alasan bagaimana caranya agar ia bisa menuju UKS.
“Ehh, Pak. Kayaknya barang saya ketinggalan di UKS deh bukan di kelas.”

“Loh tadi katanya ketinggalan di kelas?” tanya Pak Santo dengan heran.

“Bukan bukan, kayaknya di UKS deh, maaf Pak tadi saya lupa.” elaknya.

“Ohh ya sudah. Neng Natasya punya kunci cadangannya kan?”

“Iya Pak. Saya punya kok. Pak Santo kembali ke pos aja, sekalian jagain sepeda saya. Saya bisa ke UKS sendiri kok.”

“Oh ya sudah, kalau begitu saya ke pos dulu. Hati - hati ya neng.”

“Oh ya, siap Pak.”

Setelah Pak Santo berlalu, ia mulai berbalik arah menuju UKS sambil mencari - cari kunci di dalam tas selempangnya. “Oh astaga! Gue lupa! Kuncinya kan masih di tas ransel gue. Aduh mampus gue!”

Ia berbalik badan ingin meminjam kunci cadangan milik Pak Santo. Brukk.. Ia malah menabrak cowok yang tadi ia ‘kurung’ di UKS. Beruntung, ia tidak terjerembap karena dengan sigap telah ditahan oleh cowok itu.

“Kok lo bisa ada di sini? Bukannya tadi-” tanya Natasya dengan penuh keheranan.

“Kamu nyariin saya kan?” ucapnya dengan senyuman.

“Enggak, siapa juga yang mau nyariin tukang berantem! Nggak penting tau!” elaknya.

“Terus ngapain coba malem - malem ke sini?” godanya.

“Yaa yaa gue nggak mau aja besok pada heboh karena gue ngurung lo di UKS, kan nggak lucu!” sahut Natasya sedikit gugup.

Alesa menganggukkan kepalanya seolah paham. “Terima kasih sudah khawatir sama saya.”

“Jangan GR deh! Gue sama sekali nggak khawatir sama lo!” tegasnya kemudian berlalu meninggalkan Alesa yang tersenyum.

----

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    cant wait next chapter

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Kisah Kita
1968      692     0     
Romance
Kisah antara tiga sahabat yang berbagi kenangan, baik saat suka maupun duka. Dan kisah romantis sepasang kekasih satu SMA bahkan satu kelas.
Titip Salam
3483      1363     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Navia and Magical Planet
523      366     2     
Fantasy
Navia terbangun di tempat asing tak berpenghuni. Pikirnya sebelum dia dikejar oleh sekelompok orang bersenjata dan kemudian diselamatkan oleh pemuda kapal terbang tak terlihat bernama Wilton. Ah, jangan lupa juga burung kecil penuh warna yang mengikutinya dan amat berisik. Navia kaget ketika katanya dia adalah orang terpilih. Pasalnya Navia harus berurusan dengan raja kejam dan licik negeri ters...
Zo'r : The Scientist
19357      3369     38     
Science Fiction
I will be inactive for some months due to the school's passing exams. [WILL BE REVISIONED] Zo'r The Series Book 2 Book 1 - Zo'r : The Teenagers Bumi selamat, tetapi separuhnya telah hancur berantakan. Zo'r yang kini hanya ber-6 kembali kehidupan lama mereka, tetapi sesuatu kembali terjadi. Terror-terror mulai berdatangan kepada mereka, mengganggu kehidupan mereka, sehingga Iustum harus ik...
Her Glamour Heels
510      352     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Close My Eyes
495      376     1     
Short Story
Pertemuan 2 pasang insan atas sebuah kematian dari latar yang belakang berbeda
Mednorts
402      258     5     
Humor
Definisi anak Mednorts "Ada ya, manusia macam mereka ditengah-tengah sekolah internasional ini?"- Angkasa Putra Azharon "Harap sabar, kelas gue emang isinya anak monyet semua. Termasuk gue ...."- Dityan Casver Arzhelo "Kalian heran lihat tingkah absurd mereka? Lebih mengherankan kalau mereka anteng-anteng aja, nggak ada ulah."- Elang Adiputra
Gloria
3464      1149     3     
Romance
GLORIA, berasal dari bahasa latin, berarti ambisi: keinginan, hasrat. Bagimu, aku adalah setitik noda dalam ingatan. Namun bagiku, kamu adalah segumpal kenangan pembuat tawaku.
When the Winter Comes
57825      7966     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
selamatkan rahma!
450      308     0     
Short Story
kisah lika liku conta pein dan rahma dan penyelamatan rahma dari musuh pein