Setahun kemudian,
Bulan Febuari. Dimana adanya pertandingan olimpiade badminton di Swiss. Vanno akan mewakili pertandingan bertaraf Internasional. Dia berharap akan meraih kejuaraan Internasional sebagai atlit Indonesia.
Kali ini hanya Nathan yang menemani Vanno dalam pertandingan olimpiade di Swiss. Karena Rafael harus mengejar beberapa mata kuliahnya yang sempat tertinggal. Dan, Rahman harus memberikan bimbingan terhadap anak-anak jalanan.
Rahman sudah melakukan kegiatan sosial itu dalam beberapa bulan terakhir ini. Dia mempunyai misi untuk berbagi ilmu agar banyak anak yang tidak buta dalam pendidikan. Ia sadar kalau hanya inilah yang dapat ia sumbangkan.
Disela-sela kegiatannya, Rafael juga ikut membantu Rahman dalam kegiatan sosialnya. Ia juga ingin menebarkan seribu kebaikan untuk orang-orang yang membutuhkan. Dalam misi ini adalah uang bukan segalanya, namun ilmu akan bisa menguasai segalanya. Tanpa ilmu orang akan menjadi miskin.
Di Taman bungkul Surabaya, Rahman selalu meluangkan waktunya dalam membimbing anak-anak jalanan itu. Ia melakukan seminggu tiga kali. Bukan hanya sekedar ilmu, tapi kebahagiaan melihat senyum beberapa malaikat-malaikat kecil yang membutuhkan banyak bimbingan. Mereka semua itu sama, namun nasib serta kesempatan mereka untuk memutuskan rantai kemiskinan cukuplah sempit.
“Kebahagiaanku, ketika aku melihat senyuman serta canda tawa mereka. Bahkan banyak orang menganggap mereka sebagai sampah masyarakat. Mereka itu seperti berlian yang hanya saja tidak ada kesempatan untuk diasah. Aku tahu kalau banyak masyarakat tidak sadar kalau mereka itu juga sama-sama manusia. Aku sungguh kecewa banyak orang menganggap mereka sampah. Dan, aku cukup merasa kesal dengan banyak petinggi-petinggi yang mengambil hak-hak mereka dengan jalan korupsi. Seharusnya mereka bisa mendapatkan pendidikan, makanan, dan tempat tinggal yang layak, serta jaminan kesehatan. Namun, kenyataannya tidak ada yang peduli. Mereka hanya peduli dengan perut mereka sendiri. Cukup sedih dengan nasib mereka. Mereka yang dalam kebodohan, kelaparan dan kedinginan. Karena ulah petinggi yang mengambil hak-hak mereka. Bahkan tidak jarang kasus yang mengharuskan mereka menyerah dalam sebuah nyawa. Karena mereka juga tidak sanggup untuk membayar biaya rumah sakit. Semoga saja ada tangan-tangan orang yang baik.” Batin Rahman menatap anak didiknya yang berjumlah 20 orang.
***&&&***
Redup cahaya itu
Seakan mengetuk hati ini.
Hati yang penuh rasa sakit mengebu melihat kalian
Kalian merasa terasingkan
Bahkan banyak yang menganggap mereka sampah
Aku tidak bisa menahan air mata kepedihan itu
Terasa sangat menyakitkan
Berulang kali aku mencoba menahan kepedihan atas nasib kalian
Kalian tidak bersalah
Namun, kenyataan itu mengharuskan kalian mendapatkan perlakuan buruk
Aku berdoa semoga ada tangan malaikat yang siap menghangatkan kalian
Karena kalian itu salah satu kekuatan negeri ini
Kalian harus bangkit dan melawan dunia
Meski tidak semudah yang kalian pikirkan
Aku akan terus berjuang untuk kalian
Aku akan mencoba memperjuangkan kalian
Cintaku ini untuk kalian
Kalian adalah bagian dari kebahagiaanku
Meskipun hanya sederhana……..
***&&&***
Swiss dalam musim semi ini akan ada pertandingan olmpiade internasional badminton. Vanno merasa sangat gugup dalam memasuki pertandingan dalam babak pertama ini. Namun, Nathan dan keluarga Vanno terus memberikan semangat dan dukungan agar Vanno bisa meraih kejuaran internasional.
“Aku berdoa semoga harapanku ini tidak akan memberikan rasa kecewa kepada orang-orang yang telah memberikan dukungan, agar bisa meraih impiannya kali ini.” Vanno berusaha memberikan yang terbaik.
Pertandingan di musim semi ini cukup ramai pengunjung. Bahkan banyak atlit yang berdatangan untuk mengikuti pertandingan kali ini. Nathan berharap sahabatnya bisa meraih kejuaraan.
Babak demi babak Vanno lewati hingga babak akhir. Ia pun berhasil melewati grand final. Akhirnya, juara satu iya raih dalam tingkat Internasional dan mendali emas telah ia raih dalam pertandingan ini.
“Tuhan, terima kasih. Engkau telah memberikan hadiah terindah ini. Tuhan aku ingin persembahkan hadiah ini untukmu serta sahabat dan keluargaku.” Batin Vanno.
“Vanno!!!” Sorak Nathan.
Nathan dan beberapa pendukung Vanno merasakan kebahagiaan. Dan, Vanno merasa terharu bahkan sebuah kata-kata itu tak bisa ia ucapkan. Karena mereka lah yang berhak untuk penghargaan ini.
Nathan dan keluarga Vanno langsung berlari. Ia merasa kalau Vanno berhak mendapatkan penghargaan itu. Bahkan, Vanno mendapatkan beasiswa hingga semester akhir. Dia pun juga mendapatkan tawaran iklan dari beberapa PH.
“Alhamdulillah Vanno. Kamu bisa meraih impianmu kali ini.” Ujar Nathan.
“Seakan matahari yang dulu tenggelam, kini terbit kembali. Aku bahagia jika kalia bisa tersenyum kembali.” Vanno menatap bahagia kedua orang tuanya.
***&&&***
Keesokan harinya,
Vanno kembali ke Indonesia dengan penerbangan pertama. Dia meraih impiannya dan bisa melanjutkan cita-citanya. Dia tahu dan yakin rencana Tuhan lebih indah dari apa yang dia rencanakan. Bahkan keputus asaan tidak akan membawa kepada sebuah harapan dan cita-cita. Semuanya itu indah dalam usaha dan juga keyakinan penuh terhadap Tuhan. Vanno pun sadar tidak ada untungnya dalam kata menyerah yang ada kita harus berlari untuk mengalahkan dunia. Agar dunia dapat tunduk terhadap kita bukan kita yang tunduk dalam dunia.
Nathan merasa bangga karena sahabatnya itu telah bisa tersenyum kembali. Dan, bisa melanjutkan harapan serta cita-citanya yang sempat membuatnya putus asa.
Dia tahu sahabatnya itu takkan pernah menyerah dalam harapan, impian dan cita-cita. Orang yang berhenti berharap seperti orang yang jiwanya mati. Karena orang hidup itu harus mempunyai harapan, impian maupun cita-cita. Sesuatu tidak ada yang bisa didapat dengan instan karena semua berproses pada waktu, kemauan dan usaha, serta dalam setiap doa yang telah dipanjatkan. Tidak ada kata berhenti sebelum berjuang dalam perang melawan kehidupan.
Di atas awan Nathan dan Vanno menatap gumpalan awan. Mereka ingin terbang melampaui tingginya awan. Mereka ingin terbang setinggi-tingginya hingga dimana titik yang tidak dapat lagi ia tembus.
***&&&***
Rafael dan Rahman mendapatkan kabar kejuaran Vanno. Mereka ingin memberikan kejutan untuk Vanno. Mereka mempersiapkan beberapa makanan dan sedikit pesta kecil.
Rahman membawa anak didiknya dalam acara itu. Dia ingin memberikan motivasi terhadap anak didiknya itu. Karena ia ingin anak didiknya menjadi lebih sukses dan tidak berhenti berharap dalam meraih impian masing-masing.
Mereka tidak sabar menunggu kedatangan Vanno dan Nathan. Mereka bahagia jika utuh. Mereka itu satu bahkan tidak bisa dipisahkan.
***&&&***
Keesokan harinya mereka menjemput kedua sahabatnya di Bandara Juanda. Mereka akan memberikan kejutan terindah. Dan, merayakan kemenangan sahabatnya.
Sejam kemudian Nathan dan Vanno datang. Rafael dan Rahman melambaikan tangannya ke arah rombongan Nathan dan Vanno. Vanno merasakan kebahagiaan karena sahabatnya selalu ada di dalam suka maupun duka.
Vanno dan Nathan langsung berlari ke arah kedua sahabatnya. Jika salah satu mereka tidak ada, apa jadinya seperti hambar. Persahabatan layaknya persaudaraan.
Mereka pun menggunakan jasa transportasi online untuk menuju ke tempat kost mereka. Mereka menghabiskan banyak cerita dalam suka dan duka. Mereka merasa sangat rindu padahal hanya dua minggu berpisah.
Sejam lebih tiga puluh menit mereka sampai di tempat kost. Rasa lelah yang dirasakan mereka terbayar. Vanno merasa kalau semangatnya karena mereka.
Vanno dan Nathan terkejut atas kejutan yang telah diberikan kedua sahabatnya itu. Dan, kebetulan hari ini Vanno juga ulang tahun yang ke 22 tahun. Ia mendapatkan kado terbaiknya dengan kejuaraan dan persahabatan.
Vanno terharu dan memeluk ketiga sahabatnya. Bahkan ia merasa tidak sendiri. Dia tidak ingin jika ada noda dalam persahabatan mereka. Mereka berjanji akan selalu bersama, meskipun suatu saat mereka sudah berkeluarga.
Mereka merayakan pesta kecil-kecil bersama anak-anak didik Rahman. Vanno tidak menyangka kalau hari ulang tahunnya mendapatkan kado begitu indah.
***&&&***