Kabar buruk menimpa keluarga Vanno. Bisnis keluarga Vanno di ujung tanduk. Ia terancam tidak bisa melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran. Impiannya terasa hampir sirna begitu saja. Ia terlihat begitu cemas dan putus asa.
Nathan melihat Vanno yang sedang melamun di kamarnya. Ia merasakan ada sesuatu buruk menimpa sahabatnya itu. Ia berusaha untuk mencari tahu sebenarnya.
“Van…! Vanno!” Teriak Nathan dengan suara nyemprengnya.
Vanno masih saja terdiam melamun duduk di meja belajar. Nathan pun akhirnya langsung masuk. Ia mempunyai firasat tidak baik terhadap sahabatnya yang paling dekat diantara yang lain.
“Nathan!” Pekik Vanno. “Semenjak kapan kamu nonggol seperti hantu?”
“Hadeh! Dari tadi aku panggilin kamu sampai pita suara ini hampir putus!”Pekik Nathan.
“Maaf dech, Bro!”Lirih Vanno.
“Kamu kenapa, Van?”Selidik Nathan.
Lalu Vanno menceritakan semuanya ke Nathan tentang usaha keluarganya yang di ambang kebangkrutan. Vanno merasa sangat putus asa tidak bisa berjuang meraih impiannyanya bersama. Nathan merasa simpati dengan keadaan Vanno. Dia pun beritikad untuk membantu Vanno.
Vanno tidak bisa berkata apa-apa dengan kebaikan Nathan. Nathan seperti malaikat tanpa sayap. Dia sahabat sejati yang dikirim Tuhan. Bahkan Vanno merasa bersyukur telah bersahabat dengan Nathan.
Vanno memeluk Nathan. Ia terharu dengan sikap Nathan. Dia merasa kehangatan dalam ikatan persahabatan.
***&&&***
Nathan mencoba untuk menghubungi bokapnya. Ia ingin meminta bantuan untuk sahabatnya Vanno. Namun, kali ini bokapnya susah di hubungi. Karena ada di Pedalaman Kalimantan.
Nathan pun mencoba mengecek saldo tabungannya. Dia ingin membantu keluarga Vanno dalam bisnis yang di ujung tanduk. Dan, ternyata sama saja kalau uang segitu mana mungkin cukup bantu.
Keluarga Vanno mengalami kebangkrutan dikarenakan keluarga Gendis yang mengambil semua investasi. Vanno merasa bersalah terhadap keputusannya. Dia merasa ingin menyerah dalam impiannya. Dia memikirkan bagaimana bisa tanpa uang, karena dia merasa otaknya juga pas-pasan. Syukur-syukur dia bisa masuk di Universitas Airlangga Surabaya dan beruntungnya diterima di FK. Namun, terasa hancur dan tidak tersisa. Dia merasa tidak sanggup untuk menyelesaikan kuliahnya karena biaya yang cukup besar. Mulai SPP, Praktek, Kost , makan dan lain-lain. Dia merasa harus mengakhiri impiaanya dan kembali ke Pulau Bali membantu untuk membenahi bisnis bokapnya.
Vanno mencoba meyakinkan diri dan berserah terhadap Tuhan. Dia juga berharap ada mukjizar yang datang. Jika tidak dia akan berhenti dalam mimpinya.
Semalaman Vanno melakukan ritual atau lebih tepatnya sembhayang menurut kepercayaannya. Dia terus melakukan pujanya di dalam kamar kostnya. Ia melakukan dengan begitu khusyuk agar doanya didengar Tuhan.
***&&&***
“Do-do-do-la-la-parapam-pam” Terdengar suara Nathan menyanyi tanpa nada.
Nathan pun menuju ke kamar kost Vanno. Dia berharap Vanno harus mendengar kabar baik. Dia kan sempat mengikuti audisi badminton di kampusnya. Dan, kabarnya kalau Vanno berhasil lolos masuk menjadi atlit nasional mewakili kampusnya dalam perlombaan bulan depan di Jakarta. Nathan sangat bersemangat memberikan kabar itu.
Nathan mengetuk pintu Vanno. Namun, Vanno masih belum membuka pintu kamarnya. Nathan semakin lantang memanggil Vanno. Karena kabar baik harus segera donk dikasih tahu.
“Van! Vanno!!!”
Vanno membukakan pintu dengan muka begitu kucel, meskipun sekarang hari minggu tetep saja Nathan selalu bangun pagi. Nathan memang sudang terbiasa bangun pagi-pagi buta. Dan, setiap pagi selalu saja dia memainkan pianonya untuk mengawali hari-harinya. Ia selalu memainkan lagu dari soundtrack titanic.
“Ada apa, Nat?” Tanya Vanno seraya mengucek-ucek matanya.
“Van, ada kabar baik buat kamu!” Pekik Nathan pemilik suara nyempreng.
“Kabar baik apa?” Gumam Vanno. “Aduh penasaran jadinya , Bro!”
Nathan menarik napas panjang dan menghembuskan. Lalu ia menunjukkan hasil audisi sebagai atlit badminton. Dan, Vanno langsung melongo melihat hasil audisi itu.
Vanno merasa sangat bahagia. Dia merasa doanya didengar oleh Tuhan. Dia juga membaca kalau dia mendapatkan fasilitas bebas bayar spp plus biaya praktek. Jika dia berhasil lolos dalam perlombaan besok. Dia akan mendapatkan rekomendasi bekerja di Rumah Sakit Internasional Surabaya.
“Nathan, ini memang rencana Tuhan yang terindah menurutku. Bahkan aku merasa kalau Tuhan memang menakdirkan aku untuk memberikan kebahagiaan dalam menyembuhkan orang. Aku merasa jiwaku terpanggil agar aku tetap melakukan kebaikan dan impian sosial. Dan, aku takkan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas.” Kata Vanno.
“Iya, Bro. Ini memang kejaiban Tuhan. Karena Tuhan tidak akan pernah tidur. Jika niat kita baik, maka Tuhan akan memberikan kemudahan.”Balas Nathan.
“Bro, doain ya.” Ujar Vanno.
“Pasti donk bro Vanno.” Balas Nathan.
“Ini sangat adil. Bahkan ini hadiah terindah dari Tuhan. Tuhan maafkan aku jika pernah mengeluh terhadapmu.”Batin Vanno.
Nathan merasa begitu lega kalau sahabatnya masih bisa meraih impiannya. Dia akan berdoa agar semua sahabat dan orang terdekatnya ikut bahagia. Karena kebahagiaan itu sederhana. Kebahagiaan tidak hanya diukur dari sebuah materi. Namun, melihat sahabat tersenyum dan melunturkan kesedihannya. Itu yang membuat kebahagian yang cukup sederhana.
***&&&***