Pagi itu sekitar pukul 5 waktu setempat sudah terdengar suara ketukan pintu yang tidak terlalu kuat. Karina dan Maya sudah bisa menduga bahwa Arshad-lah yang mengetuk pintu. Dan dugaan mereka salah, ternyata Malik yang mengetuk pintu karena suara Malik terdengar dari balik pintu. Malik mengatakan bahwa mereka sudah siap dan akan menunggu di lobi.
Hari ini sebelum menuju Agra Fort, mereka berencana untuk mengunjungi tempat yang bernama Mehtab Bagh Park atau yang lebih dikenal dengan Back Side. Sebuah tempat yang berseberangan dengan Taj Mahal dan hanya dipisahkan oleh Sungai Yamuna, anak sungai Gangga, sungai suci di India.
Perjalanan mereka hanya memakan waktu sekitar setengah jam dengan menaiki rick shaw. Lagi-lagi bintang fortuna alias keberuntungan berada dipihak dua gadis Indonesia ini karena telah menjadi teman dari dua pemuda India.
Dengan alasan keselamatan dan keamanan, Karina dan Maya berada di rick shaw yang berbeda. Berhubung penumpang yang bisa berada di dalam rick shaw hanya dapat ditumpangi oleh dua orang, jadi mereka sampai pada kesepakatan bahwa Karina dan Arshad berada dalam rick shaw yang sama, dan tentunya, Malik dan Maya berada dalam rick shaw yang sama.
Di sepanjang perjalanan menuju Back Side, Malik dan Maya terlihat asyik mengobrol ringan. Sebenarnya, Malik-lah yang banyak bercerita. Dan Maya seperti kabel telepon yang nyambung saja dengan apa yang dibicarakan oleh Malik. Mereka berdua sudah seperti teman akrab yang berteman sejak lama.
Berbeda pula halnya dengan Karina dan Arshad. Entah apa yang menyebabkan mereka berdua menjadi sedikit canggung dari biasanya. Bagi Karina, untuk seorang teman yang berasal dari negara asing, Arshad sudah termasuk ke dalam pertemanan zona nyaman. Namun entah mengapa hari ini Karina terkesan merasa canggung tidak seperti biasanya.
Arshad berpikir mungkin Karina merasa tidak nyaman dengannya dalam keadaan berdua seperti ini. Dan mungkin juga Karina berpikiran bahwa dirinya akan berbuat sesuatu hal yang bukan-bukan. Padahal, keadaan seperti ini lebih tepatnya bisa digambarkan dengan suasana yang romantis, seperti dikebanyakan film Bollywood. Apalagi bila suasana turun hujan, lalu diiringi dengan lagu yang terdengar merdu. Mungkin lagu Tum Hi Ho cocok untuk suasana seperti ini.
‘Ayolah, Arshad, lakukan sesuatu untuk memecah kebekuan ini. Huufffttt,’ keluh Arshad dalam hatinya.
Karina yang mendengar hembusan nafas yang cukup berat dari Arshad pun memandang Arshad dengan tatapan penasaran yang penuh dengan tanda tanya.Arshad yang menyadari hal itu pun, segera meluruskan keadaan.
“Aku merasa sedikit kegerahan,” ucap Arshad diiringi senyum yang terlihat kikuk.
Karina hanya diam, ia mencoba untuk tidak berpikiran yang bukan-bukan.
“By the way, may I ask you something?” tanya Arshad mengendalikan suasana.
“Sure,” sahut Karina singkat sambil memandangi kendaraan yang berlalu lalang.
“Apa kamu berpikiran sesuatu hal negatif tentangku?”
Karina langsung menoleh ke arah Arshad dengan tatapan heran hingga terlihat kedua alis tebalnya saling bertautan. Ia mengerti maksud pertanyaan Arshad mengingat kecanggungan yang tercipta diantara mereka. “Tidak.” Sejujurnya Karina tidak ingin menyembunyikan yang sebenarnya. “Mungkin hanya sedikit,” ucap Karina berhati-hati karena ia tidak bisa berbohong.
Arshad tersenyum, ia sudah bisa menduganya. “Tidak masalah, aku pikir itu adalah hal yang wajar. Mengingat kamu sekarang ada bersamaku dan mungkin aku bisa melakukan apapun sekarang. Termasuk hal negatif seperti yang kamu pikirkan,” Arshad tertawa, mencoba mencairkan suasana.
Karina hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Arshad.
“Mungkin aku bisa melakukan hal yang tidak baik selama kamu dan Maya berada disini. Entah itu hari ini, besok atau lusa, kapanpun itu selama kamu berada disini tentunya. Tapi tenang saja, itu tidak ada dalam rencanaku. Bahkan tidak sekalipun terbesit dalam pikiranku. Aku adalah seorang lelaki hindustan dan aku tahu apa yang menjadi kehormatan setiap wanita yang berasal dari negara manapun,” lanjutnya seraya diringi senyum tulus.
Karina ikut tersenyum mendengar ucapan Arshad. Ia baru teringat bahwa ucapan Arshad yang terakhir mirip dengan dialog dari film Dilwale Dulhania Le Jayenge. Para pecinta Bollywood, khususnya para penggemar Shah Rukh Khan pasti tidak asing lagi dengan dialog itu. Penggalan dialog yang mencerminkan seorang pemuda sejati.
Seperti ada sengatan listrik yang mengalir disekujur tubuh bahkan menyatu dengan aliran darah Arshad begitu melihat Karina tersenyum. Arshad sendiri tidak tahu apa maknanya dan ia tidak pernah merasakan sesuatu seperti ini sebelumnya.Ia segera menguasai pikirannya dan mencoba untuk mencari kata yang tepat untuk membuat Karina lebih percaya lagi padanya.
“Kamu bukan hanya sekedar teman bagiku, sekarang kamu adalah tamu istimewaku. Aku pernah bilang seperti itu sebelumnya padamu, ‘kan?”
Karina mengangguk setuju.
“Dalam agama kita, tamu bagaikan seorang raja. Jadi harus diperlakukan dengan sangat baik. Untuk kamu dan Maya, aku tidak hanya memperlakukan kalian dengan sangat baik tetapi juga dengan istimewa karena itu sudah menjadi kewajibanku. By the way, kamu ada koin mata uang dari negaramu?”
“Sepertinya ada.”
“Boleh aku meminjamnya sebentar?”
Karina memeriksa dompetnya, begitu menemukan sekeping uang logam seribu rupiah, ia pun memberikannya kepada Arshad.
“Sekarang kita bisa lihat ada dua sisi yang berbeda dari sekeping uang logam ini. Bahkan disetiap uang logam lainnya yang juga sama-sama memiliki dua sisi yang berbeda. Sama halnya dengan setiap karakter manusia. Di dunia ini, di negara mana pun, manusia hanya memiliki dua karakter yang berbeda. Achcha insaan aur bura insaan, hai na (Manusia baik dan tidak baik, benar begitu, kan)?”
Karina hanya mengangguk paham, membenarkan ucapan Arshad.
“Boleh aku tahu berapa nilainya dan apa nama lambangnya?”
“Uang ini bernilai seribu rupiah dan berlambang angklung.”
“Se-ri-bu and ang-klung,” ucap Arshad sedikit terbata dengan aksen yang berbeda dan terdengar berat.
Karina mengangguk pelan diiringi senyum yang melekat di wajahnya.
“Baiklah, kita anggap lambang ini dengan yang baik dan nilai mata uangnya dengan yang tidak baik.”
Arshad pun melemparkan pelan uang logam itu ke atas dan kemudian menangkapnya kembali. Ia pun menyembunyikan uang logam itu dibalik kedua telapak tangannya. Lalu membuka kedua telapak tangannya dengan perlahan dihadapan Karina.
“Lihat, sisi yang muncul dari uang logam ini adalah lambangnya. Itu berarti menandakan bahwa aku adalah orang baik. Bahkan uang logam ini pun mengetahuinya. Benar, ‘kan?” ucap Arshad dengan tersenyum penuh kemenangan.
Karina merasa apa yang dilakukan Arshad sedikit konyol. Ia percaya Arshad adalah orang baik. Ia hanya tidak habis pikir kalau Arshad akan membuktikannya dengan hal semacam ini. Karina pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum melihat tingkah Arshad.
“Sekarang kita sudah sampai ditujuan. Ini koinnya aku kembalikan padamu. Ayo, kita turun!” ucap Arshad yang membuat Karina sedikit bingung karena ia tidak menyangka akan secepat ini sampai ditujuan.
Tanpa berkomentar apapun, Karina juga ikut turun dari Rickshaw.
* * *
Setibanya di taman Back Side, mereka telah disuguhi sunrise yang semakin menambah indahnya pemandangan di pagi hari itu. Udara yang begitu terasa sejuk dan menenangkan pikiran.
Melangkahkan kaki masuk ke dalam taman benar-benar terasa menakjubkan. Suasana yang masih cukup sepi semakin membuat kepuasan dalam menikmati pemandangan taman yang berhiaskan tanaman dan bunga-bunga warna warni. Tidak hanya sampai disitu, dari taman ini tampak Taj Mahal dengan bangunan di sisi kiri kanannya dengan sangat indah diterpa sinar mentari pagi.
Tentu saja, ini bukanlah kesempatan yang selalu datang kapan saja. Karena hal itulah, Karina, Maya, Malik, dan Arshad berfoto ria. Mereka mengabadikan momenbahagia ini dengan puluhan kali jepretan foto.
Kebahagian tampak terpancar dari masing-masing wajah mereka. Disela-sela perbincangan Arshad kepada Maya dan Karina mengenai taman ini, Malik selalu saja berceloteh ringan yang membuat semuanya tertawa geli. Meski terkadang bahan candaannya tidak begitu bisa dimengerti, namun mimik wajah dan cara Malik menyampaikannya itulah yang membuat ketiganya tertawa.
Tidak hanya itu saja, terkadang Malik juga suka melakukan hal usil kepada Arshad yang membuat Arshad tidak bisa berdiam diri untuk membalas usilan Malik. Tentunya, Malik juga tidak akan membiarkan Arshad membalas perbuatannya. Dan akhirnya, kejar-kejaran seperti tom and jerry pun tak dapat terelakkan lagi.
Karina dan Maya tidak bisa menahan tawa mereka melihat tingkah dua pemuda India itu. Keduanya seperti sedang menonton sebuah adegan komedi di film secara langsung.
Arshad dan Malik akhirnya berhenti dari tingkah konyol mereka. Keduanya mendekati Karina dan Maya. Mereka berempat kembali terlihat asyik membicarakan banyak hal terutama mengenai Back Side. Kini, keempatnya sedang berada di tepi sungai Yamuna.
“Karin, apa kamu mau melemparkan koin juga?” tanya Arshad begitu melihat Karina mengeluarkan sebuah koin dari dalam tas kecilnya.
“Ya, aku hanya ingin melempar koinnya seperti yang pernah aku lihat di film,” ucap Karina dengan polosnya.
“Aku juga akan melakukan hal yang sama. Tapi, apa kamu mau lempar pakai koin yang tadi?”
Karina mengangguk. “Kenapa?”
“Jangan pakai yang itu,” sanggah Arshad dengan nada pelan. “Pakai koin yang ini saja.” Arshad pun memberikan sekeping koin yang ada di tangannya. Hal itu membuat Karina mengalihkan pandangannya ke arah Arshad dan koin yang berada ditangan Arshad. “Maksudku, kita akan tukaran koin. Koin yang tadi berikan saja padaku,” kata Arshad dengan senyum yang melekat di wajahnya.
“Memangnya ada aturan untuk koin mana yang boleh dilempar, ya?”
“Bukan begitu. Uang logam seribu tadi biar aku simpan saja. Karena uang logam ini adalah bukti yang menunjukkan bahwa aku memang orang yang baik,” jelas Arshad sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Karina pun tertawa mendengarnya. “Baiklah, terserah kamu saja,” kata Karina setelah berhenti dari tawanya.
Sementara itu, Malik dan Maya hanya bisa menatap heran Karina dan Arshad. Mereka berdua tidak tahu arah pembicaraan dari Karina dan Arshad.
“Karin, apa kamu mau melempar koin?” Maya akhirnya bertanya juga.
“Ya, kamu mau mencobanya tidak?” Karina bertanya balik pada Maya.
Maya mengangguk pasti. “Aku mau.”
“Kalau begitu ambillah ini,” kata Arshad sambil menyerahkan sekeping koin lagi pada Maya.
“Aku juga mau koinnya, teman,” ucap Malik yang juga tidak mau kalah.
Mereka berempat kemudian melemparkan koin masing-masing secara serempak.
* * *
Perjalanan selanjutnya adalah menuju Agra Fort atau Benteng Agra. Perjalanan yang ditempuh sekitar 2 kilometer ke arah barat laut. Kali ini, mereka menggunakan taksi agar bisa selalu bersama. Mungkin juga karena Arshad tidak ingin hal seperti tadi dialaminya lagi.
Agra Fort juga termasuk dalam situs warisan dunia oleh UNESCO. Bangunannya didominasi oleh bata merah dan marmer. Tampak di dalamnya taman yang terawat, ruangan-ruangan penting khas kerajaan, dan penjara.Salah satu tempat wisata di India ini mengelilingi areal seluas 380.000 meter persegi dan memiliki empat buah pintu gerbang utama.
Pintu gerbang terbesarnya bernama Delhi Gate yang menghadap langsung ke kota. Sementara pintu lain, yakni Lahore Gate atau Amar Singh Gate, menjadi satu-satunya pintu masuk wisatawan untuk bisa menikmati keindahan istana, pavilion, balkon, lapangan, patung-patung dan mesjid yang berada di dalam Benteng Agra.
Bangunan ini, menjadi bangunan kedua yang menjadi saksi bahwa Karina dan Maya pernah datang berkunjung ke India. Dan tentu saja, keduanya tidak lupa mengabadikan pengalaman yang tak terlupakan ini.