Read More >>"> 102 (Kembang Api) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 102
MENU
About Us  

 

 

KEMBANG API

 

 

            Pernah suatu sore, sekitar enam bulan yang lalu nona Soviet membawaku pergi dari tempat rehabilitasi untuk berjalan jauh ke sebuah pantai di selatan. Dia bilang ada hal yang ingin dia lakukan sebelum matahari terbenam hari itu. Katanya hari itu hari ulang tahun pernikahan mereka, namun dia tidak berani atau sangat sungkan untuk mengajak suaminya pergi bersamanya. Tanpa dia katakan lebih jauh, aku sebenarnya sudah bisa membaca maksud dari permintaannya. Dilihat dari pembawaannya, aku bisa bilang bahwa suami nona Soviet adalah seseorang dengan wibawa yang luar biasa tinggi, bisa kutangkap dari caranya menunjukan gestur selama ini, setiap kali aku melihatnya. Aku bisa menebak isi pikirannya. Dia mesti berpikir perayaan hari pernikahan adalah sesuatu yang tidak penting, atau mungkin juga kegiatan yang kekanak-kanakan. Tidak etis bagi seseorang dengan aura tegas sepertinya merayakan hari-hari seperti itu. Hari perayaan yang mungkin akan dia selebrasikan adalah ketika dia melihat saham IHSG cenderung naik, hingga dia dengan mudah mendapat kesempatan atau celah untuk melepas sahamnya dengan harga tinggi. Ketika dia bisa menembus target harga jual yang mencapai atau melebihi batas yang dia target, kemungkinan dia akan membuat perayaan. Mengajak nona Soviet pergi makan steak dengan tingkat kematangan rare, minum anggur dengan cangkir tulip, menyantap hidangan dengan tangan kiri, dan menutup malam dengan kegiatan ranjang yang tidak menggairahkan. Sebelumnya, nona Soviet sudah pernah berbisik padaku tentang suaminya dengan satu kalimat singkat yang menggambarkan keseluruhan pribadi suaminya.

            “Kamu tahu Jani.. Suamiku orang yang sangat membosankan”

            Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin nona Soviet dapat merelakan dirinya yang secara fisik dan jiwa raga hampir menyentuh sempurna, menikahi seorang yang jauh lebih tua darinya, yang sekali lihat dari mata orang yang tidak kenal pun tahu, kalau suami nona Soviet bukan pria yang menyenangkan. Yah, walaupun harus kuakui kisaran isi buku rekening dilihat dari pekerjaannya sudah pasti menembus sekitar sepuluh sampai dua belas digit angka rupiah, nilai yang luar biasa besar. Jumlah yang cukup luar biasa untuk mendapatkan apapun yang dia mau. Mungkin karena itulah nona Soviet merelakan dirinya jatuh dalam pelukan pria membosankan untuk dia habiskan sepanjang dia hidup. Lagipula, aku pernah bertanya padanya, apa dia pernah berniat bercerai?

            “Tidak pernah.. Saya tidak pernah mencintai pria manapun”

            “Jadi, selama ini anda tidak pernah punya kekasih lain, nona Soviet?”

            Dia mengangguk.

            Kuarahkan bibirku ke telinganya untuk mencoba membisiknya. “Maaf kalau tidak sopan nona Soviet, tapi apa..”

            “Iya Jani, saya masih perawan sewaktu menikah” Dia memotong omonganku. Lanjutnya “Saya gak pernah berpacaran.. Pak Sudirman melamar saya ke orang tua saya. Orang tua saya suka, jadi yah sudah saya menikah dengan pak Sudirman”

            “Orang tua anda..”

            “Iya, kemungkinan karena pak Sudirman orang yang kaya raya” Sekali lagi dia menjawab tepat pertanyaanku, sebelum aku selesai menyelesaikan omonganku.

            “Tapi, setelah menikah dengan pak Sudirman, apa nona Soviet..”

            “Kalau mau jujur. Saya agak menyesal..” Dia kembali memotong omonganku. Lanjutnya “Hmm, maksud saya” Sekali menarik nafas singkat “Saya sangat menyesal setelah menikah dengan pak Sudirman”

            Dia menatapku dengan tatapan muram, persis seperti yang kulihat tempo hari saat dia meringkuh di ruangan 102. Lalu ia melanjutkan “Hidup saya tidak bahagia, karena pak Sudirman orangnya terlalu kaku..” Dia menghela nafasnya “Tapi, mungkin itu juga salah saya sendiri tidak pernah suka dengan laki-laki manapun”

            “Bagaimana kalau suatu waktu anda tiba-tiba menyukai pria lain? Apa yang akan anda lakukan?” kali ini dia tidak memotong pembicaraanku.

            Dia tersenyum simpul “Entahlah Jani, mungkin aku akan menciumnya” kali ini senyumnya berubah menjadi senyum usil “Dengan ganas dan berliur” katanya setelah itu, dan tertawa lepas tak lama kemudian.

            Pikirku waktu itu dia Cuma sedang bercanda, karena pembicaraan kami terkesan agak kaku. Mungkin karena kami belum kenal lama waktu itu (waktu itu aku masih memanggil beliau dengan sebutan anda, setelah waktu berjalan aku lebih akrab dengannya dan memanggilnya dengan sebutan kamu). Tapi, siapa sangka candaannya waktu itu benar-benar menjadi kenyataan. Pernah di suatu subuh yang gelap, aku pergi kembali ke tempat rehabilitasi karena lupa membawa dokumen penting untuk bahan rapat beserta supervisor seluruh bangsal. Kudengar ada sedikit suara desahan ringan wanita di ruangan 102. Karena tidak ingin menciptakan kehebohan di waktu fajar, kupilih untuk berjalan pelan hingga tidak memunculkan suara apapun. Aku berhenti tepat di jendela ruangan pasien 102, sedikit mengintip di balik tirai dalam ruangan yang sedikit terbuka.

            Nona Soviet sedang duduk di kursi kecil. Beliau berciuman mesra dengan pasien 102. Terlihat ganas, dan sesuai candaan nona Soviet sebelumnya, berliur.

            Ciuman subuh itu meninggalkan kesan, saat liur-liur kecil dari dua bibir yang saling melumat perlahan-lahan jatuh menyentuh lantai.

                      ---

            Setelah sampai di pantai Selatan, nona Soviet buru-buru keluar dari mobil. Dia melepas sabuk pengaman dengan serampangan, meninggalkan sedikit luka lecet di sekitaran tengkuk kanannya, karena menarik paksa sabuk pengaman yang waktu itu entah kenapa agak susah untuk dilepas. Dia meninggalkanku dan berlarian menuju ke bagasi mobil.

            Aku menyusulnya turun dari kursi kemudi dan menyusulnya menuju ke arah bagasi mobil. Dia membuka bagasi, dan mengeluarkan sebuah tas besar yang setelah aku gendong ternyata lumayan berat untuk gadis mungil sepertiku tangani. Kutanyakan padanya, apa isi didalam tas ini. Dia menatapku heran.

            “Aku belum bilang ya?” tanyanya. Dan sekarang giliranku menatapnya heran. Lanjutnya “Kita pesta kembang api, Jani” katanya semangat. Kulirik pelan tas yang sekarang aku tenteng di pundak kananku. Dia kembali berbicara “Di dalam tas itu ada banyak kembang api”.

            Kami menuruni sebuah tangga kayu yang nampak menjadi panganan harian rayap. Tangga ini penuh lubang dengan kerapuhan hampir di setiap sisi, untung saja yang sementara menuruni tangga ini Cuma dua wanita dengan bobot ringan.

            Setelah sampai di pasir pantai dengan jarak dekat dengan laut lepas. Nona Soviet melepas seluruh pakaiannya, meninggalkan celana dalam dan bra kecil yang membungkus buah dadanya. Kucoba melihat arah sekitar, dan sepertinya nona Soviet sudah benar memilih melepas semua pembungkus tubuh, karena nyatanya sejauh mata memandang aku hanya melihat sepasang kekasih yang berendam di pesisir pantai. Di tempat ini tidak ada orang lain selain kami berempat. Aku dan nona Soviet serta sepasang kekasih agak jauh dari jangkauan mata kami.

            Kulihat waktu itu hampir jam empat sore. Nona Soviet memilih menyeburkan dirinya di sebuah ceruk kecil di ujung pantai. Dia mencoba memanggilku untuk bergabung denganya. Kugelengkan kepalaku, dan memilih duduk di karang besar yang tak tersentuh air laut.

            Kulihat dia bangkit dari ceruk, berlarian menuju ke arah tempatku berdiri. Sesampainya dia menatapku sebentar, lalu bertanya “Jani, HP mu mana?”. Kuarahkan telunjukku menuju tas kecil yang terletak di batu karang.

            Setelahnya, dia menarik tanganku dengan paksaan. Sambil tersenyum “Ayolah, mumpung lagi gak kerja.. Kamu gak kasian, liat saya pulang terus kembali lihat rutinitas yang kayak biasa” dia tersenyum “Ayolah”

            Aku mengangguk.. Dia melepas genggamannya. Setelahnya, kulepas pakaian lain, hingga tinggal menyisakan yuken putih tembus pandang, dan celana pendek ketat yang hanya menjangkau paha. Nona Soviet melihatku sambil menggelengkan kepalanya “Santai saja, tidak ada orang”

            Kami bergandengan tangan serupa pasangan lesbian menembus hantaman ringan air pesisir, hingga tiba di ceruk kecil yang bentukannya sangat mirip dengan bak mandi alami, hanya saja untuk tempat ini bentukannya sedikit tidak beraturan. Kami berendam berdampingan, lalu nona Soviet menatapku sebentar. Kami bertatapan untuk periode sekian puluh detik, lalu entah ada angin apa, aku bisa melihat semacam raut menyedihkan dari tatapannya. Sekilas memang terlihat tegas, namun entahlah ada sesuatu yang seperti ingin nona Soviet sampaikan, tapi enggan untuk mengungkapkan melewati bibirnya. Dia seolah ingin aku bisa menangkap maksudnya dengan saling bertatapan. Sebelum akhirnya dia memalingkan wajahnya, menyeburkan seluruh kepalanya kedalam air laut, mengangkatnya, lalu melakukan hal tersebut beberapa kali, sebelum akhirnya dia berhenti melakukannya. Dan menunjukan wajahnya kepadaku. Seperti yang kukatakan sebelumnya, dia seperti menyimpan kesedihan. Karena untuk kali ini, setelah dia mengangkat kepalanya dari dalam air, aku bisa melihat di sekitar matanya.

            Berwarna merah perih, dia menangis sekian cepat, hingga sempat-sempatnya coba dia sembunyikan dengan melakukan hal konyol menceburkan kepalanya berulang-ulang kepalanya dalam air.

            Kulihat dari kejauhan matahari perlahan turun dan menciptakan semburat oranye yang memukau. Nona Soviet mengarahkan wajahnya melihat tempat yang sama, kami menghabiskan petang singkat melihat senja yang cahaya sendunya mengalir indah dari bayangan temaram air laut. Sesekali kulihat wajah nona Soviet, dan dia tetap saja seperti sebelumnya. Rautnya menyimpan kesedihan.

            Kali ini dia mengalihkan wajahnya padaku “Jani, sebentar lagi kamu bantu nyalain kembang api ya?”. Kubalas permintaannya dengan beberapa kali anggukan pelan.

            Dia bangkit dari ceruk rendaman air laut “Ayo Jani, sudah gelap” dia menunjukan jemarinya “Jari saya sudah berkerut”.

            “Oh iya nona Soviet”

            Kami kembali bergandengan tangan serupa pasangan kekasih, meninggalkan ceruk dengan pakaian berat yang menampung air laut, serta butir-butir pasir halus yang merangsek masuk di sela pahaku. Meninggalkan kesan tidak nyaman yang lumayan mengganggu.

            Nona Soviet melihatku kebingungan karena mencoba menggerakan pahaku semacam orang kesurupan. Dia senyum sekali “Biarkan saja, nanti selesai kembang api kamu boleh mandi” dia menggelengkan kepalanya “Makanya seharusnya pakai celana dalam saja tadi, Jani” dia menepuk pelan celana pendek, melihat beberapa butir pasir perlahan jatuh melewati celah kecil.

            Setengah jam kemudian, disaat langit perlahan menggelap, nona Soviet mengeluarkan semua kembang api yang sudah dipersiapkan dari dalam tas yang tersimpan rapi di karang besar. Dia meletakannya agak jauh dari jangkauan air laut, memberdirikannya sebisa mungkin menggunahkan penyangga dari ranting-ranting sedang, dan beberapa batu berukuran besar. Dia melihatku dan memanggilku mendekatinya. “Jani, tolong kamu nyalain sumbunya”

            Kulihat sekitar belasan kembang api berjejer rapi. Nona Soviet kembali membuka mulutnya “Kalau tatanan seperti ini, kamu cukup bakar sumbu dari yang paling ujung” dia melihatku sejenak, lalu melanjutkan “Nanti semuanya langsung menyala sekalian”

            Sesuai arahannya, kunyalakan sumbu kembang api dari sebuah kembang api panjang dari sudut paling kiri. Setelahnya menggengam lengan nona Soviet untuk melangkah sedikit lebih jauh dari jangkauan kembang api.

            Kami berdiri di karang menjulang yang mirip bukit sambil menadahkan kepala melihat kembang api perlahan menembus langit dan menciptakan gemuruh indah dan pancaran sinar yang menyenangkan untuk dipandang. Tanpa sepengetahuan nona Soviet, sesekali kulirik mataku untuk melihat ekspresi wajahnya. Nampak datar, namun sesekali dia menyunggingkan senyum kecil.

            “Bagaimana Jani, kamu suka?” tanyanya sambil terus memandang langit.

            “Iya nona Soviet” Sekali menyegarkan tenggorokan “Hmm, Nona Soviet” dia menoleh padaku, lalu mengangkat kedua alisnya “Aku Cuma mau bilang..”

            “Iya apa, Jani?”

            “Selamat hari pernikahan, nona Soviet”

            Sejenak ada setetes saja air keluar dari mata kirinya, sebelum akhirnya dia sadar dan buru-buru menyekanya. Entahlah, aku tidak berniat mengatakan sesuatu yang mengguncang perasaannya, namun entah bagaimana perkataan singkatku barusan seperti menghentak isi pikirannya.

            Sudah beberapa kali kutangkap nona Soviet menangis sendirian, namun ini kali pertama dia melakukannya di depan mataku. Dia menghela nafas beberapa kali, sampai akhirnya kudengar ada hembusan nafas kelegaan keluar ringan dari mulutnya.

            “Ah iya, terima kasih Jani..” Dia kembali mengarahkan wajahnya menuju langit, melihat parade kembang api yang belum sepenuhnya tuntas, lalu melanjutkan “Kamu orang pertama yang kasih selamat di hari pernikahan saya” Dia sekali lagi menghela nafasnya “Walaupun saya sudah menikah lebih dari sepuluh tahun” dia mencoba menggengam tanganku “Andai saja kamu laki-laki, mungkin saya mau selingkuh dengan kamu” lalu tertawa singkat setelahnya.

            Setelah perayaan kembang api selesai, dia mengangkat semua perabotan, memungut beberapa potong sampah yang kami perbuat, meletakan dalam kantung plastik besar, dan kembali menaiki tangga rapuh. Kulihat dari kejauhan, sepasang kekasih yang kami lihat sebelumnya sedang menyalurkan gairah di bawah karang besar dengan bantuan cahaya pelita yang entah mereka dapat darimana.

            Nona Soviet memintaku untuk mendekati sebuah gubuk kecil yang menyediakan air bersih dan peralatan mandi. Nona Soviet bilang, dia ingin lebih dahulu duduk di mobil, dan mengeringkan tubuhnya dengan angin pantai.

            Kami bertemu sekitar setengah jam kemudian. Langkahku ringan sekali, sampai hampir tidak terdengar. Kupilih untuk melakukan hal tersebut karena aku sama sekali tidak mendengar suara apapun dari mobil, aku rasa nona Soviet agak lelah dan tertidur karena lebih sering mendapat jatah menyetir sepanjang perjalanan tadi. Namun, kenyataannya tidak demikian. Saat tubuhku sudah mendekati mobil terparkir, kulihat nona Soviet berbaring menyamping membentuk siluet sedih, dan terdengar tangisan yang pelan namun mendayu dan seakan berlarut-larut. Kubiarkan diriku berdiri serupa patung, untuk melepaskannya menangis selama dan sekuat yang dia mampu. Rasanya dia sudah lama ingin melepas perasaannya membuncah yang saking tidak nyamannya mesti dia lepas sekarang ini. Dia melihatku berdiri, namun tangisannya tidak berhenti.

            Sekian waktu berlalu setelah tangisannya yang luar biasa itu, aku mendapatinya kembali menangis sendirian di kantornya saat menjelang petang akhir pekan. Tidak banyak perawat yang bertugas waktu itu, dia menundukan kepalanya kedalam meja. Aku hanya mengintipnya dibalik jendela kecil kantornya. Sebelum akhirnya aku dibuat kaget setengah mati, saat seorang laki-laki dengan pakaian pasien, masuk ke ruangan nona Soviet dari pintu lain di sebelah Barat, mendekati nona Soviet lalu mengelus-elus rambut indah nona Soviet. Nona Soviet mengangkat kepalanya. Selanjutnya mereka bertatapan sejenak, serupa pasangan kekasih yang baru mengikat janji. Tatapannya dalam dan menyimpan perasaan yang saling mengagumi satu sama lain.

            Semenjak itulah, aku rasa nona Soviet untuk pertama kalinya benar-benar mencintai laki-laki. Dan laki-laki tersebut adalah pasien baru ditempat ini.

            Dia pasien dari ruangan 102..

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Alya
212      165     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
8849      1861     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Rumah Laut Chronicles
2321      973     7     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
AVATAR
6700      1955     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
As You Wish
348      239     1     
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil. Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta. Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn. Karena...
Puggy Humphry and the Mind Box
73960      8722     295     
Action
Prancis. Suatu negeri dari nafsu pada keunggulan pribadi. Penelusuran benang merah kasus pembunuhan seorang arkeolog muda, menyeret detektif wanita eksentrik, menjadi buronan internasional. Alih-alih melarikan diri setelah membunuh seorang agen DCPJ, Puggy Humphry dan Flora Elshlyn terbang ke London untuk melanjutkan investigasi. Pertemuan tak sengaja Flora dengan McHarnough, dewa judi Ingg...
Help Me
4907      1543     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Zona Erotis
703      453     7     
Romance
Z aman dimana O rang-orang merasakan N aik dan turunnya A kal sehat dan nafsu E ntah itu karena merasa muda R asa ingin tahu yang tiada tara O bat pelipur lara T anpa berfikir dua kali I ndra-indra yang lain dikelabui mata S ampai akhirnya menangislah lara Masa-masa putih abu menurut kebanyakan orang adalah masa yang paling indah dan masa dimana nafsu setiap insan memuncak....
Breakeven
16554      2064     4     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...
Hunch
31247      4148     121     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...