-----
Senja itu kamu
Menghunus pelataran hati dengan keterpukauan serupa janji
Menyesap logika menggali luka
Menenggeamkan sarana rindu dengan kenangan yang siap berputar
-----
Laki-laki itu menatap lekat sosok sosok yang kini sedang bergurau dengan sahabatnya itu di meja paling depan. Dia adalah Jordi. Teman sekelas Azalea dan Fiersa. Diam-diam, Jordi menyimpan rasa untuk Azalea. Namun gadis itu tak tahu, atau sengaja menghiraukan dan sibuk dengan perasaannya yang tak terbalas oleh Fiersa.
Jam istirahat tiba, ia dengan langkah gontai keluar dari kelas. Setibanya di depan perpustakaan, tanpa sengaja ia menatap sosok yang begitu serius memainkan jarinya pada barisan acak huruf di laptopnya itu.
Sekilas Jordi menunduk. Entah perasaan apa yang tiba-tiba menyerangnya kini. Rasa bersalah kah?
Jordi melangkah menuju taman belakang. Tempat paling nyaman untuk menenangkan perasaannya. Sejak berakhir hubungannya dengan Lily, ia menjadi sosok yang lebih suka diam.
Ini bukanlah salah Lily, melainkan dia sendiri. Satu tahun lebih menjalani hubungan bersama Lily, ia pikir cintanya akan berhenti untuk gadis itu saja. Namun nyatanya tidak. Setiap kali ia melihat senyum menawan serta kepolosan DIA, ada sesuatu yang membuat hatinya menghangat dan bergetar setiap kali menyebut namanya dalam hati.
Mungkin saja ia terlalu cepat melangkah. Memutuskan hubungannya bersama Lily disaat gadis itu berada di puncak rasa mencintai. Masih ingat jelas di ingatan Jordi raut wajah kecewa nan sedih Lili.
Angin di pinggir bukit itu terasa menusuk. Jordi duduk di samping Lily yang kini tengah menekuni kata demi kata pada ipad yang ada di tangannya itu.
"Lily," panggil Jordi dengan suara yang begitu lembut. Lily menoleh dan tersenyum manis.
Lidah Jordi terasa kelu ingin berkata. Otaknya terus berkata bahwa ia tidak boleh menyakiti gadis manis yang ada di sampingnya itu. Sementara hatinya berontak. Ia tak ingin menyakiti terlalu dalam. Karena pada kenyataannya hatinya kini tak sepenuhnya untuk gadis itu. Hatinya sudah terbagi, atau bahkan sudah sepenuhnya untuk DIA.
"Maaf, kita harus mengakhiri hubungan ini."
Seketika Lily menjauhkan jari-jemarinya dari layar persegi panjang itu lalu menatap Jordi dengan pandangan yang tidak bisa terbaca. Ia pun meletakkan Ipadnya ke dalam tas. Lalu menghadap sepenuhnya ke arah Jordi.
"Bualan kamu hari ini nggak lucu. Serius deh."
Lily tak percaya. Jordi semakin bingung bagaimana ia harus menjelaskan ini kepada Lily.
"Lily... itu benar. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini."
Nampak pandangan Lily mulai mengabur karena air mata. Ia tak bodoh untuk bisa mengerti semua ini.
"Tapi kenapa?" Sekuat tenaga Lily berusaha menjaga nada bicaranya, meski Jordi sendiri mendengar jelas bahwa suara gadis itu bergetar dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Aku..." Jordi terdiam sejenak. Menatap lekat mata yang siap menumpahkan hujannya itu. "Aku mencintai orang lain. Maafkan aku."
Jordi menunduk. Tak berani menatap mata yang menyiratkan kesedihan itu. Lily tertawa sumbang. Air mata itu jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Ia tak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini.
"Apa dia lebih baik dari aku?"
Jordi memandang Lily dengan tatapan sendu. Ingin sekali ia merengkuh gadis itu yang saat ini terlihat rapuh. Tapi ia tak bisa.
"Maafkan aku. Aku tak bisa menjaga hati ini untuk tetap bersamamu. Aku terlena sehingga tanpa sadar aku mencintainya."
"Padahal, kita selama ini baik-baik saja kan? Kemarin kita baru saja pergi kencan untuk yang kesekian kalinya. Apa itu masih kurang untukmu menjaga hati itu?"
Sorot kekecewaan tak bisa disembunyikan dari wajah Lily. Sungguh dada Lily sangat sesak menerima kenyataan ini.
@@@
Jordi kembali ke dalam kelas. Selama ini, ia terkenal sebagai murid yang rajin. Ia juga menjabat sebagai sekretaris Osis SMA Taruna. Tanpa Jordi sadari, Lily menatap bayangan tubuhnya dari kejauhan.
Lily masih sangat mencintai Jordi. Bahkan meskipun hubungannya sudah berakhir cukup lama. Namun nyatanya Lily masih belum bisa melupakan cinta pertamanya itu.
"Andai saja kamu beri aku kesempatan untuk menghadirkan kembali cintaku dalam hatimu yang telah pudar. Aku tau ini terkesan egois, namun apa dayaku saat hati ini terasa dihimpit oleh benda yang begitu keras. Sungguh sesak."
Cinta memang rumit. Terkadang seseorang lebih senang mengejar sesuatu yang sulit diraihnya, daripada harus menerima sajian yang sudah ada di hadapannya.
Jordi adalah cinta pertamanya, rasanya sangat tidak adil bagi Lily harus kehilangan cinta nya itu karena tergantikan oleh cinta yang lain.
Gadis itu kembali menghela napas. Untuk kesekian kalinya ia menangis. Entah mengapa cinta membuat manusia menjadi bodoh dan pintar dalam waktu bersamaan.
Isi ceritanya bagus kak indah , kak indah semangat terus untuk berkarya ya , jgn pernah takut untuk mencoba hal baru dan jgn pernah berhenti dan menyerah untuk menjadi lebih baik lagi . Good job kak indah ๐๐ป ku tunggu karya selanjut nya๐
Comment on chapter PROLOG