Loading...
Logo TinLit
Read Story - FORGIVE
MENU
About Us  

Farrel bisa mengatakan ini adalah keajaiban yang menakjubkan dalam hidupnya. Ia masih dengan ingatan dan tubuh dewasanya, tetapi dunia yang berjalan dengan dirinya adalah waktu lampau. Mamanya pun tak menyadari jika Farrel terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan dirinya lima tahun yang lalu.

Gila? Bisa dikatakan seperti itu. Siapa yang bisa meragukan Kuasa Tuhan?

Namun, Farrel yakin jika ia menceritakan tentang kejadian yang ia alami, ia akan dicap sebagai orang sinting, dan karena itu Farrel memilih untuk merahasiakan kejadian ini dari siapa pun. Ia mencoba untuk menyesuaikan kembali penampilan dirinya agar terlihat seperti remaja lima belas tahun pada umumnya. Ia berusaha keras untuk dapat merubah semua kesalahan yang pernah ia lakukan, dan kali ini dia berharap dapat melakukannya dengan benar.

***

 

24 Agustus 2015

Aku melewatkan sarapan pagi bersama Mama hingga membuatnya menangis. Aku menyesal menempatkan kemarahanku pada Mama. Aku hanya memikirkan egoisku dan membuat Mama bersedih. Aku tak boleh melakukannya lagi.

 

Farrel merapikan dasi seragamnya, lalu menatap refleksi dirinya yang telah terpantul dari cermin. Setelah yakin bahwa penampilannya telah rapi, Farrel memangkul tas sekolahnya, lalu mengambil sebuah buku catatan kecil yang berada di atas mejanya. Sebuah buku catatan dengan cover berwana merah polos.

Semalaman Farrel sibuk menuliskan semua kejadian penting dalam lima tahun terkahir hidupnya di dalam buku catatan itu. Farrel ingin memastikan bahwa ia tak akan mengulangi kesalahan yang sama yang dapat melukai orang-orang yang ia cintai. Inilah kesempatan yang Tuhan berikan pada dirinya, dan Farrel tak ingin menyianyiakannya.

Farrel memasukkan buku catatan itu ke dalam tasnya, lalu melangkah keluar kamarnya menuju meja makan.

“Mama masak apa?”

Farrel mendudukkan dirinnya di kursi meja makan. Ia menatap punggung ibunya yang tengah memasak dengan senyum sumringah.

“Nasi goreng sosis, kesukaan kamu.”

Mama Farrel meletakkan sepiring nasi goreng di depan Farrel yang disambut dengan seulas senyuman dari bibir Farrel.

“Makasih, Ma,” ucap Farrel. Farrel menikmati sarapan paginya dengan begitu lahap. Sepanjang makan Farrel tak dapat menghentikan dirinya untuk tersenyum. Merasakan masakan mamanya kembali adalah salah satu kebahagian terbesar dalam hidup Farrel.

Setelah selesai dengan sarapannya, Farrel berpamitan, dan tak lupa mengecup kening Mamanya. Hal yang dulu tak pernah ia lakukan karena kesalahpahamannya pada sang mama.

Mama Farrel sedikit terkejut, tetapi ia terlihat begitu bahagia dengan perhatian kecil dari Farrel. Hal itu membuat Farrel bersyukur karena ia bisa membuat Mamanya tersenyum.

***

Farrel melangkah masuk ke dalam ruang kelasnya, X MIPA 1. Farrel memerhatikan Interior ruang kelasnya masih sama seperti ingatannya dulu. Ia tersenyum sekilas.

Farrel meletakkan tas miliknya di meja pertama yang berada tepat di depan meja guru. Farrel bisa dikatakan sebagai murid yang ambisius di masa sekolahnya. Ia selalu memerhatikan setiap materi yang diterangkan oleh gurunya. Hampir tidak adaa catatan hitam dalam akademik Farrel selama SMA. Tentu saja hal itu yang membuat Farrel bisa memasuki Fakultas Kedokteran-- di masa depannya nanti.

Bel tanda masuk berbunyi, dan karena hari ini adalah hari Senin, tentu saja para pelajar akan memulai harinya dengan upacara bendera. Farrel berjalan menuju lapangan upacara dengan cukup santai. Ia telah menyiapkan dengan baik hari pertama dirinya kembali menjadi siswa SMA.

Seperti biasa, sebelum masuk ke dalam lapangan upacara, guru-guru akan memeriksa kelengkapan seragam siswa-siswinya. Jika ada yang tak sesuai, maka ia akan berbaris di depan teman-temannya sepanjang upacara. Hal yang sangat memalukan memang. Farrel adalah salah satu siswa yang tidak memiliki catatan memalukan itu.

Saat ia tengah mengantre untuk diperiksa oleh guru, tiba-tiba saja dari arah berlawanan tempat Farrel berdiri tengah berlari seorang gadis cantik dengan rambut sepinggang yang tampak tergesa-gesa menuju ke arah lapangan upacara. Farrel terkekeh melihat penampilan gadis itu yang sedikit acak-acakkan.

 

Ah, hari ini dia bangun terlambat dan lupa membawa topi. Aku akan membawa satu topi lagi agar dia tak dihukum.

 

“TOPIKU!” gadis di samping Farrel itu terlihat panik saat menyadari bahwa ia tidak membawa topi untuk upacara, dan sebentar lagi barisannya akan segera di periksa oleh guru. Farrel melirik sebentar ke arah gadis itu, lalu menaikkan salah satu sudut bibirnya. Ia menggeleng gemas melihat tingkah laku gadis itu.

“Aku bawa satu topi lagi, pakai aja.”

Farrel memberikan topi yang berada di tangannya pada gadis itu, tetapi ia tak memandang wajah sang gadis. Ia hanya berusaha untuk tak melihatkan tawanya agar tak membuat gadis itu marah.

“Ah- terimakasih,” ucap gadis itu. Farrel mengangguk pelan tanpa memandang gadis itu, mengukirkan senyuman penuh makna dari bibir tipisnya.

***

“Hei, terimakasih untuk topinya,” ucap seseorang yang kini berdiri di depan Farrel. “Ini aku kembalikan.”

Gadis itu menyerahkan topi abu-abunya itu pada Farrel yang tengah duduk di bangkunya.

“Gak usah, simpan aja. Siapa tahu kamu lupa lagi bawa topi.”

Farrel tersenyum menatap gadis di hadapannya. Gadis itu terlihat begitu menawan dengan wajah meronanya sekarang. Ia terlihat tertunduk malu karena ucapan Farrel.

Sebelum Farrel sempat mengatakan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada gadis itu, Pak Bagas, guru Fisikanya telah masuk ke dalam kelas. Otomatis gadis itu beranjak kembali ke tempat duduknya—tepat di belakang Farrel.

“Selamat pagi,” sapa Pak Bagas.

“Pagi, Pak.”

Seluruh siswa menyambut salam dari guru mereka.

“Kumpulkan PR kalian sekarang, setelah itu kita akan bahas bersama.”

Seisi kelas menjadi riuh saat Pak Bagas mmeinta kami untuk mengumpulka PR. Ada yang sibuk menyalin PR teman mereka, ada pula yang santai karena sudah mengerjakan PR. Untuk yang tidak mengerjakan PR, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya. Pak Bagas adalah guru yang terkenal sagat tegas. Tidak mengerjakan tugasnya, berarti harus sipa untuk keluar dari dari kelas selama ia mengajar.

TUNGGU.

PR?
Farrel mengeluarkan isi tasnya, dan ia baru sadar ia tak mengerjakan PR.

Tolong, PR ini telah berlalu lima tahun. Tentu saja tidak semua hal bisa diingatkan oleh Farrel. Kapasitas otaknya juga terbatas. Farrel hanya sibuk merekam ingatan-ingatan tentang kehidupan yang gagal, dan mengerjakan tugas Pak Bagas adalah bagian keberhasilan hidupnya. Wajar, kan kalau Farrel tak mengingatnya?

Lamunan Farrel terhenti saat tubuh belakanganya disentuh oleh gadis yang tadi berbicara dengannya.

“PR kamu, mana?” tanya gadis itu dengan berbisik pelan.

“Aku lupa,” ucap Farrel tanpa mengeluarkan suara. Gadis di hadapannya terbelalak tak percaya.

Tentu saja ini hal yang sangat mengejutkan. Seorang Farrel Adi Putra yang terkenal sangat perfeksionis dan selalu menjadi kebanggan pak Bagas bisa lupa mengerjakan PR dari beliau. Farrel sendiri tak bisa membayangkan bagaimana keadaannya setelah ini.

Gadis itu melewati Farrel dna kemudian mengumpulkan buku teman-temannya yang lain. Setelah semua buku telah terkumpul di meja Pak Bagas, Pak Bagas mulai menghitung satu per satu jumlah buku yang terkumpulkan dan disesuaikan dengan jumlah siswa yang berada di dalam kenal.

“Siapa yang belum mengumpulkan PR-nya?”

Suara Pak Bagas terdengan lebih meninggi. Farrel menarik napas panjang sebelum akhirnya ia mengangkat tangannya, mengaku bahwa ia belum mengerjakan PR.

“FARREL, FRANDA!” seru Pak Bagas. “Bagaimana bisa murid pintar seperti kalian lupa mengerjakan PR? Apa tidak cukup waktu libur 24 jam kalian di hari Minggu untuk mengerjakan lima soal?”

Pak Bagas menggelengkan kepalanya melihat dua orang yang kini tengah mengangkat tangan mereka. Farrel melirik ke arah belakang, melihat gadis yang terkekeh padanya. Gadis yang ikut mengangkat tangan bersamanya.

“Lebih baik kalian keluar dari kelas saya sekarang, dan renungkan baik-baik kesalahan kalian!”

Farrel dan Franda menundukkan kepala mereka, melewati tatapan teman-teman mereka yang menunjukkan ekpresi tak percaya, takut, dan kasihan secara bersamaan.

“Ngapain kalian ngeliatin mereka? Mau saya usir juga?” bentak Pak Bagas. Sontak seisi kelas terdiam. Farrel dan Franda hanya bisa pasrah mendapati nasib mereka pagi hari ini.

***

Farrel melirik bingung ke arah Franda yang tengah menyeruput es jeruknya dengan begitu santai. Ia sama sekali tak menunjukkan rasa menyesal setelah dikeluarkan dari kelas. Saat mereka berada di luar kelas, Franda langsung menarik lengan Farrel untuk ikut dengannya ke halaman belakang sekolah, tempat nongkrong favorit para siswa di sekolah Farrel. Franda beralasan kalau ia sedang lapar dan ingin memakan sepiring siomay dan meminum segelas es jeruk.

Memang di halaman belakang sekolah Farrel cukup cukup bayak pedagang kaki lima yang membuka lapak dagangannya. Harga yang terjangkau serta rasa yang enak membuat tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh para siswa setiap jam istirahat.

“Kenapa kamu bisa santai habis di usir Pak Bagas?”

“Terus kamu mau aku ngapain? Mewek? Marah-marah? Gak guna juga, kan? Mending dinikmatin. Kapan lagi dikasih jam istirahat tambahan, sama Pak Bagas pula!”

Franda terkekeh sendiri dengan penuturannya. Tawa Franda itu ikut menghipnotis Farrel, dan akhirnya ia pun ikut tertawa bersama Franda.

“Eh, tapi bener kamu gak ngerjain PR?” sela Farrel di tengah tawa mereka.

“Menurutmu?”

Franda justru bertanya balik pada Farrel yang membuat lelaki itu semakin bingung.

Farrel kembali merangkai ingatannya di hari ini, lima tahun yang lalu. Tidak ada momen yang spesial di antara dirinya dan Franda. Lima tahun yang lalu, Franda meninggalkan topi miliknya dan di hukum berdiri selama upacara berlangsung. Untuk PR Fisika Pak Bagas, Farrel rasa Franda mengerjakan PR itu. Ia tak begitu mengingat apakah ada yang dikeluarkan Pak Bagas pada hari itu, tapi sepertinya tidak ada. Harinya berlangsung damai saat lima tahun yang lalu, dan kini Farrel telah membuat cerita baru di masa lalunya. Membantu Franda, dikeluarkan dari kelas bersama Franda, lalu duduk menikmati siomay di halaman belakang sekolah.

“Hei, jangan ngelamun. Kalau kamu gak suka siomaynya, sini aku yang makan!”

Franda menarik piring milik Farrel, kemudian melahap siomay yang berada di atas piring itu dengan lahap. Ia hanya menatap datar pada Franda. Farrel sedang memikirkan kira-kira apa lagi yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupannya. Apa perubahan yang ia lakukan akan berhasil dengan baik?

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
DEVANO
736      453     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Jurus PDKT
384      241     1     
Short Story
Heran deh.. Kalau memang penasaran kenapa tidak dibuka saja? Nina geleng-geleng kepala. Tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya Windi yang tengah tersiksa dengan rasa penasaran ditambah cemas.
Perfect Candy From Valdan
3331      1378     2     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
13706      2660     6     
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri. Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
Lantas?
52      51     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
R.A
2436      1219     2     
Romance
Retta menyadari dirinya bisa melihat hantu setelah terbangun dari koma, namun hanya satu hantu: hantu tampan, bernama Angga. Angga selalu mengikuti dan mengganggu Retta. Sampai akhirnya Retta tahu, Angga adalah jiwa yang bimbang dan membutuhkan bantuan. Retta bersedia membantu Angga dengan segala kemungkinan resiko yang akan Retta hadapi, termasuk mencintai Angga. - - "Kalo nanti ka...
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
11864      2217     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Denganmu Berbeda
11614      2910     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
JUST A DREAM
1064      526     3     
Fantasy
Luna hanyalah seorang gadis periang biasa, ia sangat menyukai berbagai kisah romantis yang seringkali tersaji dalam berbagai dongeng seperti Cinderella, Putri Salju, Mermaid, Putri Tidur, Beauty and the Beast, dan berbagai cerita romantis lainnya. Namun alur dongeng tentunya tidaklah sama kenyataan, hal itu ia sadari tatkala mendapat kesempatan untuk berkunjung ke dunia dongeng seperti impiannya....
Pensil HB dan Sepatu Sekolah
76      73     0     
Short Story
Prosa pendek tentang cinta pertama