Read More >>"> Alice : The Circle Blood (Chapter 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alice : The Circle Blood
MENU
About Us  

Chapter 2

```

Suara detak jam dari dinding kelas itu menjadi suara yang sejak tadi mengisi kekosongan di ruang kelas itu. Keheningan kelas teralihkan oleh langkah kaki Marion memasuki kelas bertepatan dengan Finnick yang hendak bersuara.

Semua mata tertuju kepada wanita berambut pirang itu. Marion membawa sesuatu di dalam tas pinggangnya dan menunjukkannya kepada seisi kelas setelah menutup pintu kelas dengan rapat. Sebuah plastik berisikan darah perak menjadi objek pandangan semuanya. Jaster membenarkan duduknya seolah ingin melihat isi plastik itu dengan jelas.

“Apa yang terjadi?” tanya Jaster penasaran.

Marion mengerutkan dahi dalam. Tangannya yang menggenggam plastik itu terulur ke arah Finnick dan pria itu menerimanya. Sesaat Finnick membaui plastik itu dengan penciuman Vampire-nya dan setelah itu kernyitan sama muncul pada wajah tampan pria itu.

“Mereka akan menutupi kabar ini lagi,” kata Finnick menaruh plastik itu di atas meja di hadapan Victoria.

Alice menggapai bungkus plastik itu dan mengamatinya dengan cermat. Victoria di sampingnya ikut melihat sambil merapatkan tubuhnya ke arah Alice.

“Kabar apa yang kalian berdua maksudkan?” suara Jaster kembali terdengar dengan raut wajah tegas menanti pertanyaannya dijawab oleh kedua Vampire di hadapannya.

Marion dan Finnick saling bertatap seolah memilih siapa yang akan memberikan penjelasan atas apa yang di pertanyakan oleh Jaster. Finnick akhirnya membuka suara sambil menarik plastik yang berada di genggaman tangan Alice dan menunjukkannya kepada semuanya.

Cairan darah perak itu terlihat kental saat Finncik menggoyangkannya. Mata cokelat pria itu langsung berubah menjadi semerah darah, menunjukkan dengan jelas identitas asli dirinya sebagai Vampire.

“Sebenarnya aku tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan kepada kalian atas perubahan sistem pemilihan murid spesial tahun ini, tetapi aku akan memberikan sedikit petunjuk untuk kalian tentang sistem seperti apa yang akan diterapkan oleh Kepala Sekolah,” jelas Finnick menarik sebelah lengan bajunya, menunjukkan ukiran tato di sepanjang lengannya.

Setiap Bangsa Vampire memiliki ciri tato di bagian tubuh mereka sebagai tanda dan pembeda dari makhluk lainnya. Vampire juga memiliki ciri fisik yang sangat menawan hampir menandingi Bangsa Elf dan Peri. Mereka juga memiliki berkat berbeda-beda dan itulah yang membuat Vampire memiliki perbedaan di antara makhluk Myth lainnya. Serta, Bangsa Vampire tidak pernah bersosialisasi kepada makhluk lainnya, kecuali mereka mengabdi setia kepada Kerajaan Myth. Dan, karena perbedaan dan cara hidup mereka itu Alice begitu mengagumi Bangsa Vampire dan dengan mendapatkan Mentor seperti Finnick dan Marion merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya sejak berada di Munnart University.

“Darah menjadi poin utama bagi Kerajaan,” ungkap Finnick mengecilkan suaranya sekecil mungkin agar tidak ada siapapun yang mendengar kecuali mereka.

Alice mengerutkan dahi sesaat setelah Finnick mengatakan hal tentang Kerajaan. Harus diakui bahwa Alice sangat mengharapkan bisa berada di Kerajaan dan menjadi salah satu orang penting di dalamnya. Hanya melalui Munnart University yang bisa membawanya ke sana. Namun, saat Finnick dan Marion memberitahukan tentang perubahan sistem pemilihan, benaknya sedikit merasa khawatir karena takut impiannya tidak bisa tercapai dengan mudah.

“Sebenarnya apa hubungannya dengan darah? Sejak tadi kita membahas darah.” Omen memulai pertanyaannya.

“Dan apa yang terjadi pada Adriana?” sambung Jaster.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Yang jelas Ratu sedang melakukan sesuatu kepada murid-murid terpilih tahun lalu. Dan aku harap kalian selalu mengingat pesanku tentang darah. Apapun yang berhubungan dengan darah sebisa mungkin kalian hindari.” Finnick menyanggakan kedua tangannya di atas meja.

“Jangan khawatir. Aku dan Finnick hanya belum seutuhnya yakin akan rencana dari Kerajaan. Kita masih menimbang-nimbang akan konsekuensi dan rencana apa yang sebenarnya tengah dijalankan oleh Sang Ratu,” ucap Marion meyakinkan semuanya.

Alat penyuara di dinding atas kelas bersuara dengan tiba-tiba, membuat mereka yang ada di dalamnya mendongak secara cepat mecari keberadaan alat pengeras suara. Finnick dan Marion sempat saling tatap sejenak, lalu kembali fokus ke alat suara untuk mendengar lebih lanjut apa yang akan diberitakan dari Ruang Suara.

“... PERHATIAN! DIHARAPKAN SELURUH MURID TINGKAT XII BERKUMPUL DI RUANG ALTRA BERSAMA DENGAN PARA MENTOR UNTUK MENDENGARKAN PEMBERITAHUAN LANGSUNG DARI KEPALA SEKOLAH TENTANG PEMILIHAN MURID SPESIAL TAHUN INI.

Terpaku, Alice melirik Finnick dan Marion di hadapannya. Apakah peristiwa Adriana tadi segera membuat pihak sekolah bergerak cepat dan mengklarifikasi secara langsung apa yang terjadi pada Adriana. Di kepalanya sudah penuh akan peristiwa-peristiwa aneh yang akan dia lihat beberapa menit terakhir. Sontak kedua manik mata Alice tertanam pada Victoria di sampingnya.

“Apakah kau sedang mencoba menyuruhku untuk melihatnya sekarang, Alice?” kata Victoria saat Alice terpaku mengamatinya.

“Aku merasakan sesuatu yang aneh pada ini,” ucap Alice sambil menunjuk pocket watch di pinggangnya.

Victoria mengerutkan dahi. “Jika menurut berkatmu saja tidak bekerja secara normal, begitu juga dengan penglihatanku. Aku pikir mereka memasang pelindung untuk menghalangi berkat kita di sana.”

Finnick melemparkan senyum bangga. “Kau benar. Sarn sudah pasti akan menutup akses berkat kalian dengan sihirnya. Dan para guru lainnya akan melakukan hal yang sama. Mereka akan menghalangi gerak kalian di ruang itu, bagaimanapun caranya.”

Dari arah belakang, Jaster menunjukkan jarinya pada darah perak di genggaman Finnick. “Lalu apa yang akan kau lakukan dengan darah itu?” masih dengan rasa penasaran dengan darah perak itu.

Finnick melangkahkan kakinya ke tengah ruangan, berdiri di antara ke enam makhluk itu. Marion hanya berdiri diam, mengamati. Mereka pun berbalik dan menghadap Finnick. Pria itu membuka bungkus plastik berisi darah perak dan menuangkannya ke dalam jarum suntik di genggamannya.

“Sebaiknya kalian menyimpan sedikit darah ini sebagai pegangan sewaktu-waktu hal yang tidak diinginkan terjadi,” kata Finnick sambil mengisi keseluruhan darah itu ke dalam jarum suntik. “Simpan di dalam cincin pelindung kalian.”

Jaster menjadi yang pertama, sebelah tangannya terulur menunjukkan keberadaan cincin pelindungnya. Finnick segera menyuntikkan darah perak itu di sela-sela batu ruby milik Jaster dan setelah itu dilanjutkan oleh yang lainnya.

***

Ruangan itu dipenuhi tepuk tangan meriah dari kerumunan saat Kepala Sekolah Munnart University berdiri dibalik podium suara di atas sana. Ruang Altra sering disebut sebagai ruang netral bagi makhluk Myth karena tidak ada satu pun berkat dan kekuatan bekerja saat berada di dalamnya. Ruangan itu dipenuhi dengan kaca yang langsung terarah keluar bangunan. Tak ada satu pun yang menghiasi ruang itu. Di samping ruang Altra terdapat ruang lainnya yang merupakan ruang para hewan makhluk Myth. Ruangan ini terdapat di bagian paling atas bangunan mengingat sebagian makhluk Myth sering melakukan perjalanan menggunakan sayap ataupun hewan terbang mereka.

Di bagian belakang, Alice dan yang lainnya terpekur diam tanpa mengeluarkan suara. Di sampingnya, Jaster berdiri dengan gagahnya mengamati gerak-gerik makhluk-makhluk di depan sana. Rage, Omen, Victoria dan Ivy berada di depannya melakukan hal yang sama seperti yang Jaster lakukan. Sedangkan, Finnick dan Marion sudah berpisah saat mereka memasuki ruangan itu.

“Apa kau yakin mereka akan memberitahukan kabar seperti apa yang Finnick dan Marion sampaikan kepada kita tadi?” bisik Alice di samping Jaster.

Jaster merunduk sedikit, mendekatkan dirinya kepada Alice. “Tak ada yang tahu apa yang sedang direncanakan oleh Prof Steve, Alice. Jika pun bisa, aku mengandalkan berkatmu untuk melakukannya sekarang.”

Sambil menghela napas, Alice mencoba memutar pelan jarum pada pocket watch-nya. Namun, hasilnya nihil, berkatnya tidak bekerja.

Alice menggeleng kepala pelan. “Tidak bekerja.”

Jaster mengangguk kepala dan menarik Alice mendekat ke sampingnya.

Di layar, menunjukkan gambar Prof Steve, Kepala Munnart University, berdiri dibalik podium bersiap untuk berpidato. Seketika ruangan itu berubah menjadi gelap, cahaya matahari tak lagi memenuhi ruangan itu, kabut gelap berdatangan membelakangi sinar cahaya dari sembarang arah. Di belakang Prof Steve, para guru pembimbing sudah berdiri sejajar pada posisinya. Finnick dan Marion pun sudah berdiri tepat di ujung barisan.

Gambar di layar itu berganti menjadi gambar para calon murid spesial dari setiap kelompok. Dan giliran kelompok Alice terpampang di layar itu. Mereka menjadi yang terakhir lalu layar kembali menampakkan wajah Prof Steve yang tidak ramah.

Prof Steve memiliki wajah tegas dengan aura kepemimpinannya. Usianya yang tidak muda lagi tidak menghilangkan sikap dan karakter dirinya yang sebenarnya. Fisik dan raganya masih menampilkan kekuatan dan kesehatan seperti makhluk-makhluk yang jauh lebih muda darinya. Walaupun, rambut dan kerutan pada wajahnya menjadi ciri usianya yang sudah tua hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa energi dan kekuatan Prof Steve sama dengan fisiknya.

Di dalam sejarah Negeri Alfambell, Prof Steve menjadi salah satu yang dihormati dalam aspek Kerajaan setelah Sang Ratu. Namun, predikat itu telah lama hilang setelah beberapa tahun lalu sejak Ratu Keana menjabat sebagai Yang Mulia Ratu. Kebebasan Prof Steve dalam menyampaikan saran dan masukan tidak dipedulikan oleh Sang Ratu. Dan hal ini menjadi perubahan besar dalam sejarah Negeri Alfambell mengingat dulunya Prof Steve merupakan seorang Jenderal pada masa jaya Ratu Kalandra terdahulu.

“Sekarang setelah semuanya berkumpul. Aku akan menyampaikan sebuah pengumuman. Sejak tahun pertama Ratu Keana menjabat sebagai Yang Mulia Ratu, sebuah pemilihan murid spesial setiap tahunnya akan dilaksanakan dengan peraturan yang sudah ditetapkan dari Kerajaan, hal tersebut menjadi alasan untuk menambah kekuatan baru di Kerajaan Myth.” Prof Steve memulai pidatonya sambil berdiri gagah di podiumnya.

“Kekuatan dan kecerdasan menjadi momok utama bagi Ratu untuk melindungi Kerajaan dan itu sudah dibuktikan selama 10 tahun terakhir. Berhubungan dengan itu mungkin kabar tentang pemilihan murid spesial tahun ini sudah kalian dengar dan persiapkan sejak lama. Aku pun menunggu dengan seksama keputusan dari Kementerian dan Kerajaan. Namun, secara tiba-tiba sebuah kabar datang dari Kementerian dan mengejutkan semua pihak.”

Sambil menghela napas, Alice menunggu dengan sabar setiap kalimat yang diutarakan oleh Prof Steve di depan sana. Hal yang sama pun terjadi kepada teman-temannya.

Jaster memandang tajam kehadiran Prof Steve yang sejak tadi memulai pengumamannya. Dia berharap bahwa apa yang dikatakan Finnick dan Marion tadi bukanlah masalah besar bagi mereka sebagai calon murid spesial tahun ini.

“Informasi yang kami dapatkan tidaklah sepenuhnya buruk, hanya saja ada sedikit perubahan dalam persyaratan yang seharusnya dilengkapi. Pemilihan calon murid spesial tahun ini masih berdasarkan dengan berkat dan kecerdasan kalian. Dan sebagai tambahan, kalian akan mendapatkan anggota baru dan penyempurnaan unsur alam kalian. Sedikit kuperjelas, kalian seharusnya bekerja sendiri tanpa kelompok. Namun, jika pun hal itu salah, aku harap kalian mengerti dengan situasi yang saat ini tengah kalian hadapi. Bersama atau sendiri itu adalah pilihan kalian. Setiap perubahan yang terjadi dari Kerajaan dan berimbas kepada kalian, sewajarnya kalian berhati-hati bisa saja hal itu baik bagi kalian ataupun buruk bagi kalian. Untuk lebih jelasnya lagi, kalian bisa menanyakan kepada pembimbing kalian.” Perkataan Prof Steve pada kalimat terakhirnya begitu tegas dan membuat para murid langsung berbisik tak jelas. Lalu Prof Steve pergi meninggalkan ruangan itu dengan seruan ramai dari para murid.

Alice bergetar saat menemukan Prof Steve meliriknya sebelum hilang dari ruangan itu. Perasaannya tidak enak, sesuatu yang besar seolah melingkupinya saat mata hitam Prof Steve meliriknya walau hanya sesaat. Hal itu ternyata tertangkap di penglihatan Jaster di sampingnya.

Kekhawatiran tampak jelas dari wajahnya saat melihat tubuh Alice bergetar saat mendapatkan tatapan tajam dari Prof Steve. Walaupun Jaster begitu menghormati dan mengagumi sikap Prof Steve yang berwibawa dan tegas, dia juga memendam rasa tidak suka saat melihat sikap Prof Steve yang tidak ramah kepada siapapun.

Jaster mengusap pelan lengan Alice yang tertutup jubah sebagai tanda penenang untuk perempuan itu.

Di atas panggung, giliran Prof Cotillard sebagai Wakil Kepala Sekolah menyampaikan daftar anggota baru dan unsur alam yang dimiliki pada setiap kelompok calon murid spesial.

Wajah cemas dan kecewa tampak setiap kali nama anggota baru dibacakan. Sorak-sorak tidak setuju mendominan di dalam ruangan hingga membuat keributan. Madame Sarn yang merupakan salah satu mentor pembimbing mengambil andil dan menarik paksa siapa-siapa yang membuat keributan keluar dari ruangan.

Alice dan yang lainnya melihat prosesi itu hingga sekumpulan murid-murid itu keluar dari pintu aula.

Tiba-tiba Victoria berbalik menghadap Alice di belakang.

“Aku harap kita tidak bereaksi seperti itu,” ucapnya lalu berbalik kembali menghadap ke depan.

Setelah lama menunggu, akhirnya kelompok Alice mendapat giliran. Layar besar kembali menunjukkan wajah-wajah mereka. Menampakkan Victoria, Rage, Ivy dan Omen serta Alice dan Jaster di bagian belakang. Masing-masing unsur mereka pun telah disebutkan dan kini tinggal nama-nama anggota baru yang akan bergabung dengan mereka.

“Archon Damian Hooper, unsur tanah, Bangsa Raven dan pengendali gravitasi.”

Seketika seolah disambar petir, raut wajah dari keenam orang itu langsung berubah tegang. Victoria yang berada di barisan depan langsung berbalik menghadap Jaster yang juga memasang wajah terkejutnya. Rahang laki-laki itu sudah mengeras, menampakkan kemarahan tengah melingkupinya, sedangkan Alice di sampingnya hanya bisa diam dan menunggu satu nama lagi yang akan disebut oleh Prof Cotillard.

“Adriana Chyn White, unsur air, Bangsa Elf dan membaca pikiran.”

Nama-nama yang tidak pernah terpikirkan oleh keenam-nya. Sekarang Alice dan Victoria hanya bisa menghembuskan napas berat bersamaan dengan bayang-bayang nama kedua orang yang memiliki selisih paham dengan kelompoknya. Jaster dengan Archon sedangkan Adriana dengan Alice dan Victoria. []

```

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA ALICE : THE CIRCLE BLOOD

LIKE + KOMEN

 

Tags: twm18 twm

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    wow fresh story. ditunggu kelanjutannya :)

    Comment on chapter Pengenalan Karakter
Similar Tags
SEMPENA
2677      971     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Dear You, Skinny!
834      421     5     
Romance
Are We Friends?
2836      880     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
The Black Heart
936      497     0     
Action
Cinta? Omong kosong! Rosita. Hatinya telah menghitam karena tragedi di masa kecil. Rasa empati menguap lalu lenyap ditelan kegelapan. Hobinya menulis. Tapi bukan sekadar menulis. Dia terobsesi dengan true story. Menciptakan karakter dan alur cerita di kehidupan nyata.
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Metamorf
95      76     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
830      590     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Raha & Sia
2730      1087     0     
Romance
"Nama saya Sia Tadirana. Umur 17 tahun, siswi kelas 3 SMA. Hobi makan, minum, dan ngemil. Sia nggak punya pacar. Karena bagi Sia, pacaran itu buang-buang waktu." *** "Perkenalkan, nama saya Rahardi. Usia saya 23 tahun, seorang chef di sebuah restoran ternama. Hobi saya memasak, dan kebetulan saya punya pacar yang doyan makan. Namanya Sia Tadirana." Ketik mereka berd...
Alfazair Dan Alkana
227      185     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...