Singkat cerita, aku masuk SMA Negeri yang dekat dengan sekolah SD-ku. Padahal ketika SMP, aku selalu berharap agar cepat-cepat masuk SMA. Sekarang aku sudah masuk SMA, tetapi jiwaku masih di SMP. Mau balik ke SMP, tetapi dengan keadaan yang seperti sekarang, bukan seperti kemarin. Aku juga pernah bilang sama Natia kalau kelas 10 semester 1 atau 2 belum move on juga, berarti aku memang benar-benar sayang denganmu. Hmm, aslinya sampai kapan ya sukanya?
Di SMA ini, aku hanya satu sekolah dengan Kania, tetapi dia IPS, sedangkan aku IPA. Untung, aku bersama Randhi lagi. Kami sekelas hanya saat awal MOS. Ketika MOS, aku tertarik dengan seorang cowok, entah mungkin aku halu, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang mirip dengan Aca. Namanya adalah Lukas. Dia terlihat baik dan asik. Namun, dia berbeda denganku. Ingat cerita novel ketigaku yang aku buat saat kelas 8 tentang menyukai seseorang yang beda agama? Ya, aku merasakannya sekarang. Hmm. Menyukai dua orang yang sama-sama memiliki perbedaan. Beda negara atau beda agama? Tetapi, aku senang karena dia sangat baik padaku. Aku juga senang karena dia menginspirasiku untuk membuat novel yang judulnya “The Difference”. Bercerita tentang seorang cewek yang harus memilih antara perbedaan negara atau perbedaan agama. Ini salah satu cerita yang menurutku paling baper karena di situ aku benar-benar curhat. Lagi-lagi kamu memberikan inspirasi untukku, padahal baru saja masuk SMA. Pemeran utamanya bernama Diana, Dion, Davin. Berbicara soal Dion. Aku baru menemukan sebuah jawaban di Ask.fm ku beberapa tahun lalu tentang aku yang menyebutmu ‘Dion’ agar mereka mengira aku sudah move on darimu. Aku move on ke Dion, padahal Dion hanyalah nama khayalan semata yang aku berikan untukmu. Ternyata, sekarang Dion adalah nama dari pemeran utama di novelku yang pergi ke Amerika. Dion takkan balik ke Indonesia dan tinggal selamanya di Amerika. Mengapa aku menulis seperti ini dulu.
Setelah kelasnya tetap, aku masih sekelas dengan Lukas. Aku bertemu teman baru, yaitu Jifa, Vita, Sarah, Liana, dan Sila. Mereka sangat baik padaku. Tadinya, aku duduk dengan seorang cewek yang bernama Audrey, tetapi aku pindah dengan Sarah karena Audrey ingin duduk bersama Novi. Oh iya, Sarah, teman sebangkuku, ternyata dia teman dekat Refa. Mereka 3 tahun sekelas. Ia juga menceritakanku tentang Refa. Namun, nothing’s happen to me and him. Jifa dan Sila sama sepertiku, mereka memiliki ambisi keluar negeri. Untuk itu, aku dan mereka berdua mencari tau tentang pertukaran pelajar keluar negeri. Ada satu orang lagi, cowok, namanya Fariz. Ketika ditanya apa yang menjadi latar belakang mereka keluar negeri, Jifa menjawab karena ia sangat obsesi dengan Jepang dan karakter anime yang ada di sana, sedangkan Sila memang suka hal-hal yang menantang, kalau Fariz karena tante, om, dan anggota keluarganya banyak yang tinggal di luar negeri. Lalu aku? Ya aku jawab jujur karena ingin menyusul seseorang, yaitu kamu. Di situlah mereka semua tau tentangku. Tak sampai di situ, anak kelasanku juga tau tentang kamu, padahal ini baru awal-awal semester 1. Mungkin jatuhnya seperti kelas 8 sih ya, aku terlalu nyaman sampai aku tidak punya privacy. Sebenarnya aku takut terulang kembali, tetapi di sini tidak ada yang kenal denganmu kan? Asal yang ketauan bukan Lukas saja.... Mereka tau aku sedang menyimpan rasa pada seseorang adalah ketika binderku ketinggalan di sekolah saat aku dispen. Sarah bilang seseorang tak sengaja membukanya dan melihat fotoku. Karena ia dan teman-temanku lain tidak tau kalau ini adalah sebuah ‘rahasia’, ya mereka bercerita tentang foto yang ada di binder sekaligus kertas selembar yang aku streples setiap hari.
Nama programnya adalah AFS, Bina Antarbudaya. Di sana, ada persyaratan untuk aktif dalam berorganisasi. Tadinya aku ingin ikut OSIS, tetapi terlambat mengumpulkan datanya karena tidak tau, haha. Namun, ternyata itu memang yang terbaik. Sebaiknya aku tidak ikut OSIS karena mungkin jiwaku bukan berada di sana. Sejak awal, aku ikut eskul sinematografi karena aku menyukai sesuatu yang dapat membuat imajinasiku berkembang. Aku juga berpikir ini sangat tepat untuk apply beasiswa di sana. Di sana ada Hollywood, industri film terbesar di dunia. Itu salah satu motivasiku juga untuk ikut eskul sinematografi. Lagi-lagi, selain aku minat, itu juga salah satu jalan mengantarku ke sana. Kali saja kalau aku berbakat, aku bisa kerja atau setidaknya main-main di Hollywood. Ditambah, Hollywood itu sangat dekat dari rumahmu. Hanya 10 menit perjalanan sudah sampai. Itu yang membuatku sangat ingin mengunjungi ‘Hollywood’, kali aja bisa mampir, hehe. Aku sangat suka berimajinasi. Lagipula, dari dulu aku memang suka menulis, ini langkah selanjutnya untuk memvisualisasikan tulisanku, aku menemukan passionku di sini. Yang kedua, aku ikut eskul mading, sangat termotivasi dari scrapbook itu, aku jadi menyukai hal-hal yang berbau desain dan seni. Thank you. Ini semua berkat... berkat Allah yang memberikanku keahlian yang lebih. Terima kasih juga untukmu yang sudah menjadi awalan dan percobaan pertamaku dalam bereksperimen dengan seni. Jika responmu negatif kala itu, mungkin aku tak pernah berhubungan dengan seni lagi. Setiap ada acara-acara, aku selalu ditunjuk untuk menjadi koordinator dekorasi.
Sayangnya, aku dan ketiga temanku tak ada yang lolos seleksi tingkat pertama, haha. Ya iyalah, aku baru saja belajar pengetahuan umum semenjak awal kelas 10. Itu pun juga hanya pengetahuan umum tentang Amerika, HEHE. Tentang presiden-presidennya, jumlah negara bagian sekaligus nama-namanya, perdana menteri, ibu kota, semboyan negara “In God We Trust”, perbedaan waktunya, sistem pendidikannya, lagu kebangsaan “The Star-Spangled Banner, bahkan aku hafal lirik awalnya, dan masih banyak lagi. Aku juga mencari tau bagaimana caranya membuat visa Amerika, mau itu visa pelajar, visa izin tinggal, visa-visa yang lain, persyaratannya, dan bagaimana cara agar visanya disetujui. Kamu sangat banyak memberikan edukasiku terhadap dunia. Sudut pandangku terhadap dunia benar-benar berubah karenamu. Dari awal, aku tak pernah peduli dengan apa yang sedang terjadi di dunia, bahkan di Indonesia. Yang penting aku bisa hidup. Semenjak kamu pergi ke benua seberang, semua berubah. Keluargaku sampai bertanya-tanya mengapa aku bisa berubah sangat signifikan. Mereka bertanya mengapa aku sangat menyukai Amerika secara tiba-tiba. Padahal, aku bukan menyukai Amerika, melainkan menyukai seseorang yang baru pindah ke Amerika. Teman-temanku yang belum tau juga sering bertanya mengapa Amerika. Aku jawab karena di sana ada Hollywood, industri film terbesar yang sangat keren. Ya, itu memang alasanku ingin ke sana sih, tetapi alasan utamanya ya kamu. Ketika SMP, aku juga sering berandai-andai jika aku tinggal di negara lain. Negara itu adalah Jepang. Tak ada sedikit pun pikiranku tentang Amerika. Namun, inilah diriku sekarang, Amerika sudah seperti melekat padaku.
Aku punya satu teman, hmm, bukan sepertinya, HAHA. Namanya adalah Shafa. Di kelas, ia memang kurang disukai. Aku tidak bisa asal menjudge dia tidak baik hanya karena omongan teman-teman yang lain. Ketika Hari Jumat, cowok-cowok sholat jumat, sedangkan yang ceweknya boleh keluar sekolah. Aku bersama Shafa dan Aizar pergi ke Chatime. Sambil menunggu, tiba-tiba Aizar bertanya padaku tentangmu. Semua teman-temanku penasaran dengan ceritaku yang menurut mereka ‘asik’. Karena aku pikir mereka tidak mengenalmu, aku cerita. Pastinya tidak tentang masa SMP. Aku hanya bilang menyukaimu semenjak awal MOS sampai sekarang, lalu kamu pergi ke Amrik, itu saja. Semua yang bertanya padaku ya hanya aku jelaskan sesingkat itu. Kalau mereka bertanya lebih, aku menjawab kalau aku hanya seorang penggemar rahasia biasa yang tidak punya kenangan apapun denganmu. Padahal mah... HAHAHA. Shafa itu orang kaya, dia sering berpergian keluar negeri. Lalu ia menyemangatiku untuk terus sabar sampai bertemu lagi denganmu. Ia juga bilang kalo ada apa-apa cerita aja sama dia. Dia baik kok. Dia juga meminta untuk melihat fotomu, aku hanya kasih yang ada di Instagram kamu. Lalu setelah itu... dia mengikutimu di Instagram, menyukai semua fotomu, hehe. Sebenarnya aku tak peduli jika dia mengikutimu dan menyukai semua fotomu, tetapi mengapa ketika di awal dia sok peduli padaku padahal dia hanya ingin mengetahui username Instagram kamu, DUUH. Ternyata benar omongan teman-teman yang lain. Dia hanya memanfaatkan situasi. Sekarang aku ada di pihak kalian HAHA.
Aku melaksanakan janjiku ketika lulus SMP. Aku menabung selama 5 bulan untuk mengirimkan paket ke sana ketika kamu berulang tahun. Bodoh ya? Menabung untuk sesuatu yang sia-sia? Iya, memang. Lalu kenapa? Aku bahagia-bahagia saja. Memang mungkin aku seperti ini jika menyukai /read/ menyayangi seseorang. Entah, soalnya aku baru menyayangimu, HAHA. Jadi aku tidak tahu dengan yang lain. Kalau hanya suka, ya gak pernah lah. Ngapain. Buang-buang duit. Hmm. Sama seperti ketika aku menabung untuk scrapbook, rezeki anak sholehah, aku sering dijajani oleh teman-temanku tanpa aku pinta, terutama Sarah. Papaku juga suka tiba-tiba memberikan uang jajan lebih. Aku berniat memberikanmu jaket karena kamu suka memakai jaket. Sebelum membelinya, aku chat lagi dengamu. Chatting lagi setelah 2 bulan tak pernah chat. Pesan terakhir kita adalah ketika kamu baru sampai di sana. Pertamanya, kamu tidak mengizinkanku untuk mengirim paket karena itu akan menghabiskan banyak uang, tetapi aku bilang kalau aku sudah membeli hadiahnya, padahal belum. Kamu mau memberikan alamat kalau aku memberitahu apa isinya. Aku memberitahu kalau isinya adalah jaket, baru deh kamu memberitahu alamatnya. Di situ, kita chat lagi. Sangat sulit rasanya chat denganmu. Untuk 4 bubble text aja butuh 2 hari. Aku membalas ketika kamu sedang tidur, lalu kamu juga membalas ketika aku sedang tidur. Time zone ini sangat melelahkan ya? Bagaimana kamu dan Devi? Pasti sulit.
Sebenarnya meminta alamat padamu memerlukan banyak waktu. Sama seperti ketika di Indonesia dulu, susah sekali mencari alamat rumahmu. Ternyata gak di Indonesia, gak di Amerika, sama aja. Kamu selalu mengelak dan bilang aku kurang kerjaan, haha. Memang. Kalau aku ada kerjaan, mending uangnya sekalian aku tabung untuk ke sana, HAHA. Sehabis mendapatkan alamat, kita chatting lagi, ehm. Aku penasaran ada apa di sana. Ternyata biaya hidupnya mahal sekali ya, haha. Jika aku kuliah di sana, mungkin ketika lulus rumahku dan segala barang-barangnya sudah hilang terjual. Kamu bilang jajanan di sana harganya sekitar $6, kalau dijadikan rupiah ya sekitar 84 ribu. Bodohnya aku langsung to the point bertanya kapan balik, kamu hanya menjawab ‘waduh’, HAHA. Yaiyalah itu belum sampai beberapa bulan. Sambil menunggu hari H tiba, ada saja kelakuanku yang sok-sok dibajak wkwk. Temanku yang bernama Riyo, satu SD denganmu, sok-sok tidak tau tentang kamu dan menyuruhmu datang ke reuni SD, HAHA. Kamu hanya menjawab iya. Riyo juga melelang BTS SD dia kepadaku dengan harga 15 ribu. Ya, aku membelinya karena penasaran aja siapa mantan-mantamu di SD, haha. Lalu ketika aku bersama Kania sudah membeli jaketnya, tiba-tiba kamu bertanya-tanya tentang SMA-ku. Kamu mengeluh kalau case Iphone 6 di sana harganya mahal. YAK. TELAT. Namun, aku segera menggantinya. Aku bertanya lagi padamu, apa tipe ponselmu dan kamu menjawab Iphone 6. Lalu kamu bertanya lagi memangnya kenapa. Aku ingin mencoba menjawab memakai jawaban yang dulu selalu kamu lontarkan kepadaku, “Kepo lu.”, HAHA. Kamu tidak menjawabnya lagi, lalu aku meminta maaf dan bilang “Jangan baper, Raz.”. Kamu menjawab lagi “Lu kali yang baper sama gua.”. Mungkin maksudmu, ‘baper’ terbawa perasaan karena perlakuanmu padaku ya? Hmm. Tidak. Yang aku maksud ‘baper’ adalah terlalu sensitif sampai marah. Kalau menurutmu baper itu terbawa perasaan karena perlakuan, aku tidak pernah ‘baper’ padamu karena sebelum kamu melakukan apa-apa padaku, aku sudah ada perasaan denganmu, hehe.
Karena aku belum boleh beli online, akhirnya aku membeli pada kakak kelas sinematografiku yang namanya Ka Abil. Harga casenya 160 ribu, aku harus nabung lagi. Untung saja, Sarah menyukai jaket yang aku beli untukmu, jadi ia membelinya. Aku membelinya seharga 400 ribu, tetapi aku memberikannya seharga 350 ribu. Oh iya, sebelum jaket, aku berniat membelikan jam tangan, tetapi kata tukang posnya tidak boleh mengirim barang elektronik. Jadi, otakku langsung tersambung pada jaket, sedangkan ongkos kirim jaket itu sekitar 500 ribu lebih karena beratnya lebih dari 500 gram. Aku kaget sih, aku harus nabung lagi dalam waktu yang dekat. Lebih mahal ongkos kirimnya daripada harga barang itu sendiri. Namun, aku bersyukur karena kamu ‘kode’ case Iphone 6 yang pastinya lebih ringan dan juga harganya lebih murah.
Seharusnya aku sudah mengirim paket seminggu sebelum ulang tahunmu karena durasi pengirimannya seminggu, tetapi karena paket dari Ka Abil sampainya telat, jadi pengirimanku ikutan telat. Seharusnya Hari Jumat, tetapi jadi Hari Senin. Kalau aku kirim Hari Selasa, nanti tambah telat lagi. Kalau aku pulang dulu dan membungkus di rumah, posnya keburu tutup. Jadi, aku membawa peralatan membungkus kado dari rumah dan berniat membungkusnya di sekolah ketika Ka Abil sudah memberikan casenya padaku. Istirahat kedua, ia memberikan casenya padaku. Aku langsung berlari ke kelas dan meminta tolong pada siapapun untuk membungkus kadonya. Ada 3 orang teman yang membantuku membungkus. Oh iya, selain case, aku juga membuat kartu ucapan pop up. Yey, aku sudah bisa membuat pop up beneran sekarang. Ucapannya sebenarnya simpel, seperti biasa HBD dan kawan-kawannya. Namun, ada satu hal yang tidak biasa, yaitu cover dari kartunya. Sampul depan kartunya hanyalah doodle cartoon, tetapi yang sampul belakang adalah doodle text. Nah, yang jadi masalah adalah doodle text yang di sampul belakang. Aku kira takkan menjadi suatu yang penting karena itu hanya sampul, bukan isi dari kartu. Ternyata aku salah, malah itu main topic dari kartu. Di situ, aku menulis kata-kata yang terlalu jujur, ya sama seperti scrapbook. Kata-katanya seperti “I can’t moving on L”, “Setiap hari ngitungin udah berapa hari lo di sana”, “Intinya kangen”, “IMYSM”, “I miss you.”, “Kapan balik?”, “Snapchat lo gue screenshot HAHA.” FYI, kata-kata terakhir itu karena pertamanya aku lupa kalau screenshot Snapchat itu ada notifikasinya. Jadi, ketika kamu update foto, aku screenshot. Lalu kamu mengirim pesan “?” padaku dan aku bilang itu kepencet HAHA.
Gara-gara aku membeli case di Ka Abil, dia memaksaku untuk memberitahu buat siapa karena aku tidak mungkin menyukai Liverpool. Dia juga tau apa tipe ponselku. Aku bilang aja untuk teman di Amerika. Dia mengerti maksudku, ‘teman’. Tiba-tiba, ketika ada diskusi sinematografi 3 angkatan, yaitu kelas 10, 11 , dan 12, (Ka Abil kelas 12) tiba-tiba ia meledekku tentang LDR Indo-Amrik, ya aku protes lah. Siapa yang LDR? Orang aku LDWR (Long Distance Without Relationship) HAHA. Malu sekali rasanya diledekin di grup eskul yang beranggotakan lebih dari 40 orang dengan 3 angkatan yang berbeda, tetapi itu membuat kami lebih akrab.
Singkat cerita, pada tanggal ulang tahunmu, kebetulan SMP-ku sedang cap 3 jari. Aku bertanya padamu tentang cap 3 jari, ternyata kamu tidak membutuhkannya di sana, haha. Aku sempat memberanikan diriku untuk bertanya pada Arif tentangmu. Di luar dugaanku dia akan bertanya “Lu masih suka sama dia?”, ternyata dia menjawab “Iya, dia turun pake parasut. Cuuuu (meragakan). Sampe deh di Misguided.” Hmmm. Iya, Rif. Meskipun dulu aku tidak menyukaimu karena beberapa teman bilang kamu dan Tyo yang menyebarkan rahasia itu, kali ini aku tak marah lagi denganmu.
Cukup banyak orang di sini. Flashback masa-masa SMP dulu. Aku melihatmu dan Devi pacaran di sini. Aku sering diledekkin ketika melewati tempat ini. Aku juga suka melihatmu dari kejauhan di tempat ini. Ah, segala tempat aku rasakan. Sayangnya, tidak ada kamu di sini, tidak akan ada lagi kenangan-kenangan itu. Aku mengucapkanmu pada jam 14:00, tepat jam 00:00 waktu sana. Untung saja aku tidak bertemu dengan Aca di sini. Aku melihat ijazah berjejer di lab untuk dicap. Sayangnya, ijazah kamu takkan tercap dengan tanganmu. Hanya dapat mengenang semua yang terjadi di sini. Dibilang ingin mengulang, tentu tidak, aku tak ingin merasakan rasa sakit ini lagi, tetapi dibilang tidak ingin mengulang, aku masih belum bisa melupakan kenangan-kenangan yang pernah ada. Mungkin yang aku mau adalah mengulang di sini bersamamu dengan keadaan yang sekarang, yang sudah membaik, bukan seperti dulu. Sayangnya, tidak bisa. Hari itu juga, aku kesal sekali dengan Azari. Dia SKSD denganmu dengan mengucapkan selamat ulang tahun lalu mengetag aku di Instagram dan bilang kalau dia adalah sepupuku. Aku langsung marahin dia habis-habisan lalu mengirim pesan padamu untuk meminta maaf sekaligus menghapus komen dan blokir akunnya, HAHA.
Sampai 7 hari kemudian, aku selalu tracking paketnya di web Pos Indonesia, ketika sampai di Amerika, baru aku tracking di web USPS. Pertama sampai itu di San Fransisco, maka dari itu harus transit lagi. Ternyata, benar-benar pas 7 hari. Telat 3 hari dari ulang tahunmu, sama seperti telat 3 hari aku mengirim paketnya. Received by A.Septian. AAAH! Bahagia sekali melihat tulisan itu. Lalu, ketika aku mengecek Line untuk bertanya, ternyata sudah ada yang spamming HAHA.
“Woyy makasih banyak yaa hadiah yang lu kasih.”
“Makasih juga udah boongin.”
“Makasih deh buat semuanya, sorry gua cuma bisa bilang makasih.”
“Oiya”
“Gua gak ngerti kenapa lu niat banget.”
“Tapi makasih deh yaa.”
“Gua suka hadiahnya.”
“Lebih suka hadiah yang ini sih haha daripada yang lu bilang jaket... kalo boleh jujur.”
“Soalnya di sini case mahal-mahal.”
“Makasih deh yaa.”
WOWOWOOWOWOWOWOW!!!!!!!! SAMA-SAMA, SAYANG! HAHA.
Terus aku jadi cerita dari awal tentang niatan mengirim paket. Lagi-lagi curhat sama orang yang dicurhatin, haha. Seru ya J. Boleh gak curhat setiap hari? Tapi nanti kamu bosen. Soalnya setiap hari aku cuma bakalan bilang kangen.
Kamu bilang ongkos kirimnya itu mahal banget, aku bisa membeli dress merk terkenal dengan harga segitu. Ya, aku mana tau tentang dress, sih. Namun, setelah kamu bilang seperti itu, aku jadi suka pake dress. HAHA. Seriously, aku malah membuat dress dengan rancangan aku sendiri dan hasilnya lucu, suka aku pake kondangan. Thanks to you ‘lagi’ ya. Terkadang, omongan yang sesimpel itu dapat membuat kehidupan orang berubah. That’s why you are really special. Really precious for me.
Itu memang sangat membahagiakan, tetapi ada satu hal yang membuatku kaget. Ketika aku sedang iseng membuka Ask.fm yang sudah tak pernah kubuka lagi, tiba-tiba ada pertanyaan seperti ini,
“Ngapain sih ngasih barang buat orang yang jelas-jelas biasa aja ke lu. Dia baik ke lu ya mungkin karena ngehargain lo. Gak usah ngumpulin duit buat sok-sokan nyusul dia. Lo pikir dia peduli sama lo. Keknya enggak deh! Jangan bego dah jadi cewek. Hidup lu masih panjang jangan stuck ke 1 cowok.”
“Masih banyak cowok lain nantinya. Ngapain ngarepin dia yang gak jelas. Udah jauh di negeri orang. Peduli sama lu juga enggak doi. Sayang duit lo buat beli barang-barang yang gak jelas gitu buat dia. Mending kalo dipake haha.”
Reaksiku? ya nangis lah. ‘Ngarepin’ that word, why? Kenapa sih semua orang tuh masih berpikir kayak gini. Iya, aku memang masih menyukaimu, tetapi aku tak berharap apa-apa lagi darimu. Aku hanya menjalani hari-hariku seperti biasa. Lalu, apa masalahnya untuk dia? Apapun itu, aku yakin sebenarnya ia adalah salah satu teman ‘sok dekat’ ya pasti bukanlah teman dekatku, tetapi teman yang dekat hanya di luar. Takkan kujawab pertanyaannya. Suatu hari, aku akan menjawabnya. Aku jawab dengan postingan fotoku bersamamu di Amerika nanti. HAHA.
Ternyata, benar kata Lita waktu itu. Sayang sama kamu tuh mahal banget ya. Meskipun mahal, kenapa aku dengan mudahnya mengeluarkan uang kalau berhubungan sama kamu, padahal nyari uang aja susah, huhu. Ketika kelas 9, Lita pernah mengirimkanku screenshotan kamu di kelas 95. Kamu bilang “Kalo sayang sama gua bayar ya.”. Yeah, Raz. That’s right. Mahal sekali bayarnya. Aku hanya bisa chattingan panjang denganmu ya hanya dua ini. Ketika scrapbook dan kirim paket, di mana keduanya membutuhkan uang yang tidak sedikit. Terakhir kita chat ya di saat bulan ulang tahunmu itu. Chat lagi itu ketika 6 bulan kemudian. Itupun Sarah sok-sokan meminjam ponselku dan bertanya padamu tentang kehidupan di sana pakai bahasa Inggris. Aku ingat, menekan tombol send aja itu sampai satu kelas berkumpul di tengah-tengah hanya untuk berebutan memencet tombol send karena aku tidak berani, HAHA. Sumpah, bener-bener anak cewek sekelas tuh ribut banget mengelilingi mejaku hanya untuk memencet tombol kirim. Ketika dijawab olehmu, semuanya heboh, semuanya teriak-teriakan. Araz, maafkan teman-temanku yang norak ini ya, HAHA. Padahal aku sendiri aja cuma diam pas kamu jawab, ya maksudnya nanti hebohnya di rumah, hehe. Inti dari topik ini adalah hanya untuk menanyakan apa kabar, tetapi pakai segala drama tanya-tanya tentang sistem pendidikan di sana. Nanya kabar aja susah banget ya. Belum lagi kadang-kadang aku dan Sarah suka iseng mengganti nama kontak dia di ponselku menjadi namamu, sehabis itu kita chatting. Walaupun aku tau itu fake, tetap saja aku bahagia. Membayangkan jika saja chatting denganmu semudah ini. Sarah juga bisa menyesuaikan dengan cara bicaramu di Line. Aku semakin berprasangka bahwa yang chatting denganku itu kamu. Haha, miris banget ya.
nice story :)
Comment on chapter Prolog