Pokoknya, kelas 10 itu masa-masa masih obsesi banget gitu deh buat nyusul kamu. Setiap ada contoh-contoh, pasti yang aku tulis adalah nama kamu. Setiap ada yang berkaitan dengan Amerika, aku selalu menyauti. Ketika aku menyauti apapun yang berhubungan dengan Amerika, pasti teman-temanku langsung heboh dan menyorakiku. Apalagi pelajaran bahasa Inggris, itu isi catatanku tentang kamu semua. Malah waktu ada guru PPKT dari mahasiswa UIN yang sedang magang, ia melihat tugasku tentang conditional sentences. Lalu ia terharu melihat contoh-contohku tentangmu. Tau lah ya if sentences. Berandai-andai. Aku selalu berandai-andai, so aku dapat 100. Begitu juga contoh-contoh lainnya. Ketika disuruh membuat puisi juga aku membuat tentangmu. Entah itu puisi bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesiaku sampai tau kalau aku menyukai seseorang di luar sana karena setiap ada tugas pasti aku memilih topik tentang kamu. Mengapa? Karena memilih topik tentangmu membuat nilaiku selalu bagus, Raz. Yang dari hati akan sampai ke hati para guruku.
Seperti apa yang pernah aku katakan dulu, setiap aku berteman dengan orang, pasti pernah slek karenamu. Aku, Sarah, dan Sila sedikit slek karena mereka risih aku selalu berbicara tentangmu. Mereka kesal karena aku keras kepala untuk stay. Maksudku, bukan aku tidak ingin move on, hanya saja aku belum menemukan inspirasi lain selain kamu. Masih belum sanggup melupakan 4 tahun ini. Mereka tak ingin mendengar penjelasanku. Akhirnya, aku hanya bercerita dengan Jifa, Vita, dan Lina. Seminggu lebih mereka tidak mengacuhkanku. Sebenarnya aku tau pasti kami akan baikan, tetapi karena aku tak ingin berlama-lama marahan, akupun meminta maaf dan berjanji untuk mengurangi berbicara tentangmu. Mereka pun dapat menerimanya. Semenjak dari itu, mereka berdua yang paling jarang mengetahui tentangmu, mereka juga tidak terlalu peduli. Yang penting, soal masalah yang lain, mereka semua ada untukku.
Selain Sarah dan Sila, aku juga pernah marahan dengan Fariz. Itu karena aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu saat ulang tahun ke-16. Fariz tidak suka karena menurutnya aku harus jual mahal dan tidak pernah muncul lagi di hidupmu agar kamu rindu keberadaanku. Aku tak ingin seperti itu. Aku pasti akan menyesal kalau aku berpikir egois seperti itu. Suatu saat nanti juga ada saatnya kok. Saat-saat aku benar-benar tidak ingin berurusan lagi denganmu. Lagipula, kali ini hanya sekedar ucapan selamat ulang tahun kan? Apa salahnya? Ya sudah, aku tak pernah bercerita apa-apa lagi dengannya, kecuali kalau ia bertanya.
Oh iya, sebenarnya satu alasanku membiarkan anak-anak kelasanku tau tentangmu hanya untuk menutupi kalau aku sebenarnya menyukai Lukas. Aku tak ingin kejadian sama terulang. Itu sangat sakit. Lukas sendiri juga tau kalau aku menyukaimu, jadi tak ada kecurigaan apa-apa. Malah dia sering sering meledekku karena waktu itu aku pernah menulis sesuatu dan tertinggal di kelas, lalu dibaca olehnya. Suratnya entah kemana, tetapi aku ada foto dan video ketika menulis surat itu. Pokonya, inti dari surat itu adalah “I wish I can fly to your place.”. Lukas selalu memanggilku dengan sebutan itu.
“Apa kabar doi lu?” Lu baik-baik aja kan? Ya udah.
“Mi, udah bisa terbang belom?” I’m flying because of you, right now.
Semakin ke sini, sepertinya perlahan aku bisa melupakanmu dan aku bahagia meskipun dengan orang yang ‘salah’ lagi dan lagi.
Ternyata aku salah lagi ya. Sama seperti kasusku dengan Putra ketika kelas 7. Lukas bisa membuatku melupakanmu, tetapi hanya seminggu. Sama juga seperti kelas 7 dan sebelum-sebelumnya, ketika aku ingin mencoba melupakakanmu, ada saja sesuatu yang membuatku ragu untuk dapat melupakanmu. Seminggu ini, kamu update mulu. Posting foto di Instagram, posting story di Snapchat, duh. Padahal biasanya tidak pernah. Mungkin memang tidak ditakdirkan untuk move on sekarang ya. Lalu seminggu itu telah menjadi masalah baru untukku. Satu kelasku tau kalau aku menyukai Lukas karena ada beberapa teman cowokku yang bernama Azim, Amar, Irfan (temen sekelas ketika awal MOS SMP), dan Rifan, mereka tak dapat menjaga mulut mereka. Pertama gara-gara Amar dan Azim, lalu menyebar ke Irfan dan Rifan, dan terakhir menyebar ke seluruh kelas sampai Lukas sendiri tau. Aku takut sekali semu akan terulang seperti dulu. Namun, kenyataanya terbalik. Lukas santai. Ketika aku diledek dengan teman-teman, ia malah ikut meledekku, HAHA bodoh. Jadi, aku juga santai. Ketika diledek aku malah senang, tidak seperti ketika teman-temanmu yang meledekku, aku malah nangis, haha. Mungkin ini perbedaan nyata mana suka dan mana sayang.
Karena Irfan satu-satunya teman yang tau bagaimana itu kamu, jadi aku selalu cerita dengan dia. Hampir setiap hari kami chat, tetapi ada satu waktu di mana ia marah-marah padaku karena terlalu stuck di kamu. Dia bilang aku gak peka karena gak pernah liat sekitar. Dia juga bilang kalau aku tetap stuck di kamu, ya gak papa, tapi aku harus liat sekitarku. Aku juga bertanya pada Randhi yang selama ini bersamaku, ia juga mengatakan yang sama seperti Irfan. Terlalu fokus di kamu hingga tak pernah sadar ada orang lain yang ingin membuka hati, tetapi takut karena mereka tau siapa yang aku suka. Mereka bilang kalau aku sedang dekat dengan cowok, jika ada sesuatu topik yang menyangkut percintaan, aku refleks bilang kalau aku sedang menyukai seseorang. Maka dari itu mereka memperingatkanku untuk menjaga omongan, jangan pernah berbicara tentangmu jika sedang chat dengan cowok lain. Ya, habis bagaimana? Mereka chat juga hanya ingin berteman kan? Aku selalu menganggap cowok yang chat denganku hanya teman karena ya memang teman....
Sering sekali grup angkatan SMP mengadakan kumpul-kumpul, tetapi aku tau pasti tidak ada kamu di sana. Mereka membagikan foto-foto di album. Ketika SMP, kalau ada notifikasi album, akulah orang yang pertama membukanya dan menyimpan semua foto yang ada kamunya, tetapi sampai sekarang aku tak pernah membuka album apapun di sana. Aku tau takkan ada kamu di sana, mencari siapa lagi? Aca? HH. Waktu itu juga ada adik kelas yang meninggal, mereka ingin melayat, satu hal yang aku dapatkan adalah ketika Tika mengatakan ‘kita kasih scrapbook aja yuk.’ aku merasa tersindir. Ya, sudahlah. Sudah lulus juga kan? Sudah tidak ada masalah lagi.
Oh iya, Nene sekolah di Cemetery, tepat di samping Misguided. Sebenarnya aku bisa masuk sana jalur lokal IPS, tetapi aku tak ingin masalahku masih berlanjut karena hampir setengah anak Misguided masuk di Cemetery. Nene bilang ketika ia memposting foto bersamaku dan mengetag aku, ada beberapa temannya yang bertanya “Ne, ini temen lo yang suka sama Araz itu bukan?”. Lalu Nene bilang bukan hanya satu dua orang yang bertanya seperti itu, tetapi banyak. Setiap ia mempunyai teman baru lalu melihat fotoku, pasti bertanya tentang ini. I think... woy, lo di mana gue di mana. Harus banget tau ya? Siapa yang ngasih tau? Anak Misguided yang ada di sana? Udah dong. Sekarang aku udah SMA. Aku mau tenang. Tak ingin mencampuri masalah ketika SMP dulu. Kita juga udah maaf-maafan kan? Kenapa masih kayak gini?
Di pertengahan kira-kira 3 bulanan lebih kamu di sana, kamu dan Devi putus. Aku sempat tidak percaya sih. Kalian sudah seserius itu bisa putus. Ya, mungkin nanti balikan lagi. Lagipula, mau kamu sedang pacaran atau sedang sendiri, menurutku sama saja. Kamu sedang sendiri juga tidak membuatku akan mengirim pesan padamu setiap hari. Kamu sedang sendiri juga tidak membuatku mendekatimu. Kamu sedang sendiri juga tidak membuatku mempunyai harapan untuk memilikimu. Jadi, sama saja.
Meskipun sudah tidak bertemu dengan teman-teman SMP secara keseluruhan, aku masih bertemu kok dengan teman-temanku sendiri. Apalagi Kania, ya itu sih setiap hari ketemu. Kania, Tata, Salina, Pipin, dan Hana, kami selalu bertemu minimal setahun sekali ketika bulan puasa. Sampai sekarang pun kami masih sering bertemu. Natia juga. Berbicara soal Natia, ia mempunyai teman dekat yang bernama Amel. Amel adalah mantanmu ketika SD. Oh iya, yang Tika bilang mantanmu ada 17, berarti sekarang ada 20. Aku baru menemukan 11, HAHA. Kurang 9 orang lagi. Mantan ya? Apa-apaan itu. Ketika aku melihat followers Instagram mereka, semuanya di atas 2000. Minimal 1000 lah. Gila kali ya. Dah aku mah apa sih, 200 aja udah Alhamdulillah L. Amel. Kamu dekat dengan Amel semenjak awal Amel kenal Natia. Tadinya, aku berpikir kalian pasti balikan karena Amel telah menyukaimu semenjak awal chat, ye aku mah gak usah chat juga udah suka duluan, HAHA. Ternyata aku salah, kamu masih menyayangi Devi.
9 bulan kalian putus, tiba-tiba aku bermimpi kalian balikan. Oh iya, tahun 2016 dan 2017, aku membuat daily book. Isi dari buku itu ya curhatan keseharianku, mimpi-mimpiku semalam, target di tahun ini, rencana, tujuan, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, aku selalu mengingat apa saja yang aku impikan semalam lalu aku tulis di buku. Aku pernah bermimpi kamu dan Devi balikan, aku bermimpi itu ketika tanggal 6 Juli 2016, kalian balikan tanggal 8 Juli 2016 kalo gak salah. Sehabis lebaran. Itu aku yakin pasti awalnya minta maaf lahir batin, eh keterusan HAHA. Padahal aku mau dengar kabar kamu balik. Eh, malah dengar kabar kamu balikan.
Lalu, pada tanggal 13 Desember kalau tidak salah, tiba-tiba kamu bilang kalau papa kamu yang di Jakarta meninggal, Rudi yang memberitahuku. Di rumahku, baru saja selesai main, masih ada Sarah dan Vita. Aku langsung memeluk mereka berdua sambil menangis sesenggukan. Mereka bingung, tetapi mereka belum berani nanya sampai aku berhenti menangis. Perlahan aku cerita kalau papamu meninggal. Mereka memelukku lagi sampai aku lebih tenang, tetapi aku tak kunjung tenang. Apalagi ketika Rudi mengirim screenshot kalau kamu tidak boleh pulang untuk melihat papamu yang terakhir kali. Bisa-bisa izin tinggalmu dicabut dan tidak boleh kembali ke sana. Aku tambah menangis melihat itu. Mereka berdua yang sudah memesen gojek dan meminta jemput langsung membatalkannya sampai aku tenang. Aku tak menyangka secepat itu. Padahal, papamu lah satu-satunya orang di pihakmu yang mengetahui bahwa aku benar-benar menyayangimu. Namun, sekarang orangnya telah tiada. Aku harap, ia diterima di sisi-Nya, diterima semua amal ibadahnya, dilapangkan kuburnya, dan dimaafkan segala dosanya. Semoga yang ditinggalkan juga diberi kesabaran dan kelapangan dada. Aku hanya tau ia sebagai ketua komite, tetapi mengapa aku merasa sangat kehilangan ya?
Setiap hari sejak awal masuk SMA, aku selalu melewati gang rumahmu. Mengapa tidak saat SMP saja coba. Kalau seperti ini, setiap hari aku jadi mengingatmu. Berharap kita bertemu di depan gang rumahmu. Kamu juga sedang on the way ke sekolahmu di sini. Mengapa tidak bisa? Jarak rumah kita dekat, tetapi aku tak pernah bertemu denganmu padahal setiap hari aku lewat sini. Setiap pagi aku mengucapkan good morning, I mean good afternoon sambil tersenyum di depan gang rumahmu seperti orang gila. Jika ada orang yang memperhatikan, pasti ia akan berpikir aku aneh karena setiap hari tersenyum melewati gang yang bahkan sekarang tidak ada orang lagi di sana. Dulu, mungkin ada papamu yang mewakilkan senyuman dan sapaanku padamu. Namun, sekarang tinggalah rumah kosong tanpa penghuni. Jikalau ada penghuninya pun, sudah tidak ada hubungan denganmu. Tidak ada yang menjadi wakilku dalam menyampaikan sapaan. Setelah hari itu, yang aku lihat di gangmu adalah bendera kuning. Bendera kuning yang berkibar. Tidak ada lagi ucapan good afternoon dan senyuman hangat pagi hari. Yang ada sekarang adalah air mata kepergian. Aku merasa kehilangan, meskipun mungkin ia hanya tau tentangku ketika itu saja. Sejak saat itu, ketika aku melewati rumahmu, yang aku berikan adalah senyuman, entah kepada siapa. Yang jelas, rumah itu pernah menjadi tempatmu singgah, sebelum pergi jauh dari sini.
nice story :)
Comment on chapter Prolog