Lalu aku naik kelas 8. Hubunganku dan Tata semakin parah, lebih parah dari hubunganku denganmu yang sudah tidak pernah bertemu lagi. Aku sekelas lagi dengan Tata dan Kania, sayangnya tidak dengan Natia, Bila, dan Lita. Aku juga sekelas lagi dengan Tika. Ia duduk di belakangku. Aku duduk sendirian karena Tata yang sudah berjanji duduk denganku malah duduk dengan Kania tanpa memberitahuku lebih dulu. Aku kelas 86, sedangkan kamu masih stay di 81 dan di kelas yang sama dengan teman-teman yang sama. Pacar yang sama pula. Langgeng sekali kamu dengannya. Aku dan Tata juga berteman dengan Nafiyya di BBM, haha. Memantau setiap aktivitas kalian di recent updates. Ketika tanggal 26, aku juga mengucapkan happy anniversary pada Nafiyya. Padahal, anniversarry kan tahunan. Ya, namanya juga bocah SMP.
Akhirnya, aku dan Tata benar-benar slek. Kami sindir-sindiran di Ask.fm dan Twitter. Aku masih mempunyai bukti screenshot bodoh kami di Ask.fm yang selalu kami tertawakan sekarang. “Siapa yang move on?” “Lo lah. Ngapain gue yang move on.” “Yang suka duluan kan gue!” “Ya terus? Bodo amat.” HAHAHA, please, it’s so disturbing. Namun, aku tidak mendapatkan yang di Twitter karena tweet-ku sampai 6000 lebih dan tidak bisa mencapai tweet-tweet yang di bawah. Semenjak itu, aku benar-benar tidak punya teman selain Natia yang beda kelas dan teman sebangkuku, Isna. Selama satu semester, aku tidak memiliki teman. Sendirian. Hanya berbincang di mulut, namun hati tak dapat memahaminya.
Mungkin, untuk pertama kali dalam seumur hidup aku merasakan apa itu setres. Aku dirawat 2 minggu karena sakit tifus, lalu seminggu lagi karena DBD. Pikiranku sudah hancur entah bagaimana aku akan melewati ini semua. Rasanya semua yang sudah aku kerjakan adalah sia-sia. Namun, ketika aku pulang dari rumah sakit, semuanya berbeda. Semuanya kembali padaku. Tata meminta maaf padaku dan berkata bahwa ia lah yang akan move on, tetapi aku juga ingin move on. Kami baikan karena kami pikir untuk apa bertengkar karena seseorang yang bahkan tidak mengenal kami. Sungguh bodoh. Aku bertemu dengan teman-teman baru, berteman dan menjalin persahabatan bersama Tata, Kania, Dafina atau biasa dipanggil Pipin, Salina, dan Hana. Aku merasakan persahabatan mulai dari sana. Meskipun sudah mendapat teman baru, Natia dan Isna selalu di sampingku takkan pernah aku lupakan.
Tata move on ke salah satu anak VIII-2 yang namanya Geri, sedangkan aku mencoba untuk move on ke Aca, VIII-8 yang pernah aku bicarakan. Sebelumnya, sejak kelas 7 aku pernah membuat daftar move on. Aku mencatat siapa saja nama-nama orang yang ‘tepat’ untuk dijadikan sasaran move on. Nah, Aca malah tidak ada di daftar itu, hanya saja ketika melihat dia di kelas 8 rasanya sedikit berbeda. Akhirnya aku mencoba move on padanya. Berbeda dengan kamu yang aku suka tanpa adanya tujuan, alasan, bahkan aku menolak keras untuk menyukaimu, sedangkan aku menyukai Aca dengan tujuan dan alasan, juga sedikit pemaksaan untuk menyukainya. AKU MENYESAL. Untuk kali ini, aku masih menyimpan penyesalan mengapa aku pernah menyukai Aca karena sampai sekarang aku tidak menemukan titik terang apa hikmah yang harus aku ambil dengan menyukainya. Namun, ya setidaknya aku tau bahwa tak semua orang berhak disayangi.
Oh iya, selama kelas 7 dan 8, aku sudah sering add PIN BB-mu dan mulai chat denganmu untuk memulai awal yang baru dan memperbaiki masa lalu suram ini, juga menyudahi drama saling benci, padahal aku sayang. Setiap aku add, kamu pasti accept friend request aku, tetapi setiap aku chat kamu, pasti kamu selalu delete contact aku. Terhitung, sudah 9x aku chat kamu, artinya sudah 9x pula kamu delete contact aku. Bagaimana aku bisa tau? Ya aku hitung. Semua yang berhubungan padamu pasti aku catat. Tanggal pertama suka, tanggal kamu jadian dengan Afi, tanggal kamu jadian dengan Nafiyya. Semua dapat kuhitung, kecuali perasaan yang tanpa perhitungan ini.
Sampai akhirnya, sebelum aku di-delete contact lagi, aku langsung chat minta maaf. Minta maaf kejadian kelas 7 awal, satu tahun yang lalu. Kalau dipikir-pikir, entah siapa yang salah. Apakah kamu yang salah karena tidak pernah memberikanku ruang untuk meminta maaf, atau memang aku yang salah karena terlalu mementingkan ego sehingga tidak mau meminta maaf. Masih pemikiran bocah SD, dia yang berbuat kasar, dia juga yang harus meminta maaf. Jadi, terciptalah drama itu. Padahal, memang aku yang tak tau diri. Kamu memaafkanku, tetapi masih ada yang mengganjal padaku. Maaf darimu hanya sekadar formalitas karena aku tak merasakan adanya kelegaan yang aku dapatkan setelah kamu mengatakan bahwa kamu memaafkanku. Ya sudah lah, yang penting sudah ada bukti otentik kalau aku pernah meminta maaf.
Kelas 8 ini, kamu sungguh berbeda. Sangat berbeda. Kelasmu ada di lantai 2, sedangkan kelasku ada di lantai 3 paling pojok yang dijadikan gudang basis karena isinya anak basis semua. Kamu sering main ke 86, bermain bola, mengobrol dengan teman-teman, bahkan hampir setiap istirahat kamu main ke kelasku. Aku melihat adanya perubahan dalam dirimu, namun saat itu aku tak tau apa itu. Saat kelas 7, melihatmu sebulan sekali aja belum tentu. Sekalinya lihat hanya dari kejauhan. Namun, kelas 8 ini aku sangat sering melihatmu, hampir setiap hari, tetapi mata ini berkata jangan. Selalu ada sesuatu seperti setrum yang menyambar mataku saat melihatmu. Jadi, aku tak bisa melihatmu dari jarak dekat.
Kamu juga pernah bilang kalau ponselmu yang sebelumnya hilang, jadi kontak Line-mu yang sudah addback aku juga hilang. Padahal belum tentu aku akan di-addback lagi sama kamu kalau punya akun baru, huhu. Jika suatu saat kamu menemukan ponsel itu kembali, lihat notifikasi pesanku. Mungkin aku mengirim pesan 999+ karena ketika kelas 7, 8, 9, bahkan sampai ponselku juga rusak, aku selalu mengirim pesan ke akunmu yang sudah hilang itu. Setiap aku sedih, marah, bahagia, semua yang dikarenakan olehmu pasti aku mengirim pesan padamu. Lihat juga permintaan free call atau video call dariku ketika sedang libur atau tidak bertemu denganmu. Payah sekali ya aku, hanya berani mengirim pesan ke akunmu yang sudah tidak aktif. Sampai dinosaurus kembali lagi juga kamu takkan pernah menerima pesan-pesan dariku.
Ketike kalas 8, aku juga pernah tidak sengaja bertemu dengan Refa, mantanku ketika kelas 6, haha. Kami bersandar di kaca yang sama, tetapi tak saling menyadari. Sebenarnya ketika melihatnya, ada sesuatu yang membuat mataku tak bisa berpaling, tiba-tiba dia mengirim pesan padaku. Ternyata benar itu dia. Dia jadi tambah ganteng, haha. Akibat kejadian itu, kami dekat kembali, tetapi aku tak ada rasa apapun. Ia menelpon sampai 3x, tetapi tak pernah aku angkat karena aku gak tau. Dia juga bertanya tentang kehidupanku di SMP, ya aku cerita kalau aku masih menyukai orang yang sama yang aku ceritakan padanya setahun yang lalu. Tak lama setelah itu, kami tak pernah dekat lagi.
Di kelas 8 juga, aku mulai aktif dalam melakukan hobiku. Aku sibuk menulis, sedangkan Isna sibuk menggambar. Dari dulu, aku memang hobi menulis cerita. Menulis apa yang ada di otakku. Namun, ketika SD aku menulis sangat random sampai-sampai aku sendiri tidak mengerti maksudnya. Sejak bertemu denganmu, tulisanku jelas. Tujuan dan alasanku menulis pun jelas. Menulis keresahan, kegelisahan, keinginan yang tak terwujud, kekhawatiran, dan hal-hal yang dapat aku tuang ke dalam ceritaku. Saat kelas 8, aku menulis 6 cerita dengan topik berbeda, namun temanya tetap sama, cinta. Terkadang, aku suka membuka cerita-cerita lamaku itu meskipun aku sendiri ya... agak jijik membacanya karena terlalu hiperbola dan mengarang, HAHA. Aku membaca cerita lama untuk memastikan apakah yang sedang aku alami pernah aku tulis di sana. 55-75% cerita yang aku tulis itu menjadi kenyataan. Tidak sama persis, namun garis besarnya iya.
Contohnya adalah cerita yang pertama, bercerita tentang seorang perempuan yang menyukai banyak laki-laki, namun hatinya hanya berpaling pada 1 laki-laki. Aku menulis itu awal kelas 8, lalu aku menyadari itu adalah kenyataan ketika aku kelas 9. Aku banyak menyukai cowok lain, Aca, Ryu, Harid, Praz, Bale, dan entah siapa nama-namanya bahkan aku lupa, yang jelas lebih banyak dari yang aku sebutkan. Dengan alasan suka yang berbeda-beda, tetapi tujuannya sama, yaitu untuk mencoba move on darimu atau setidaknya untuk untuk bersenang-senang karena selama aku menyukaimu aku tak pernah merasakan kebahagiaan. Kecuali Aca. Sama denganmu, menyukainya hanya membuatku sakit. Lalu aku berpikir, suka itu takkan merasakan sakit. Sebaliknya, sayang lah yang bisa merasakan sakit. Karena ketika kita suka dengan seseorang, kita tak peduli tentang dia, yang penting kita bahagia. Namun, ketika kita menyayangi seseorang, kita akan berusaha apapun agar orang itu bahagia dan berada di jalan yang benar.
Yang kedua adalah tentang menyukai 2 orang. Cerita ini aku buat karena sebuah curhatan, berbeda dengan cerita yang pertama yang benar-benar imajinasi, atau sedikit firasat tentang masa yang akan ku alami ke depannya. Yang menjadi kenyataan dalam cerita ini adalah tempat tinggalmu. Aku menulis rumahmu ada di sektor 2, padahal setahuku rumahmu ada di Pondok Indah. Lalu aku baru tau kalau rumahmu sudah pindah di sektor 2 saat kelas 9 semester 2 dan sangat tepat dengan tempat yang aku tulis saat kelas 8, bahkan gangnya pun sama. Di situ aku sudah mulai curiga dengan sesuatu yang aku tulis sendiri.
Cerita ketiga itu tentang menyukai orang yang berbeda agama. HMMM. Ini di-skip dulu penjelasanya karena aku merasakannya saat SMA dan ini masih tahap kelas 8 SMP, HEHE. Lalu cerita keempat itu tentang friendzone. Ini sama dengan cerita kedua yaitu tentang curhatan dari kehidupanku sehari-hari. Waktu aku bilang menyukai banyak cowok, ini salah satunya. Namanya Ryu. Aku kenal karena ia adalah teman SD Kania dan Aca. Ia chat denganku karena ia minta dikenalkan dengan anak Misguided angkatanku, namanya Aya. Tadinya fine fine saja. Kami saling bertukar informasi. Aku menceritakan Aya dan dia menceritakan Aca, tetapi lama kelamaan aku terbawa perasaan, HAHA. Ya meskipun hanya sebulan dan sama sekali tidak mengganggu posisimu yang ada di tingkat teratas.
Ada kejadian lucu tentang friendzone. Sebelumnya, selama 6 tahun ini, aku sering sekali dilabelkan friendzone. Padahal, seingatku aku cuma sekali merasakan friendzone, yaitu ketika sama Ryu. Soal teman-teman cowokku yang sedang dekat denganku, ya itu hanya teman kan? Gak harus friendzone. Nah, ketika kelas 8 semester 2, jaman-jamannya aku dekat dengan Ryu, aku sering update tentang friendzone. Namun, ketika itu sudah berakhir, tiba-tiba setiap aku dan teman-temanku termasuk Tata lewat di depanmu, kamu mengatakan “Yah friendzone yaaah.”. Tadinya aku pikir kamu hanya kebetulan sedang menyebutkan itu saja. Namun, semakin lama semakin sering. Setiap aku berdua sama Tata, pasti kamu selalu menyebutkan kata itu, tetapi jika aku atau Tata bersama teman yang lain, kamu tidak mengatakan itu. Salah satu temanku yang juga merupakan temanmu, yaitu Jasmine, menyadari keanehanmu yang selalu menyebut kata itu setiap aku dan Tata lewat. Akhirnya Jasmine bertanya padamu tentang apa itu friendzone. Sebenarnya aku lupa apa jawabanmu, tetapi kesimpulan yang ditarik dari Jasmine adalah friendzone menurutmu itu adalah teman makan teman. Ganteng-ganteng bego! HAHA. Friendzone dan makan teman itu sesuatu yang berbeda jauh, duh, Araz. Makanya jangan LDR mulu, HAHA. Berari kamu tau ya konflikku dan Tata waktu itu? Hmm.. please, deh. Itu udah 6 bulan yang lalu. Sekarang aku dan Tata sudah hidup tenang tanpa bermasalah tentangmu lagi. Ia sudah dekat dengan doi barunya yaitu Geri, sedangkan aku? Masih di sini dengan bayang-bayangmu, ditambah bayang-bayang si Aca.
Duh, jadi ngelantur kan. Lanjut, cerita kelima yang aku buat tentang benci jadi cinta. Kejadian aslinya sih cinta jadi benci, haha. Ya, sepertinya ini tidak terlalu berpengaruh. Kejadian nyatanya memang ada, tetapi bukan soal kamu, melainkan soal keluarga. Ya sudah, tidak usah dibahas. Terakhir adalah cerita keenam. Bercerita tentang seorang cewek yang gak tau perbedaannya suka, sayang, dan cinta. Aku membuat cerita ini tanpa ada kesadaran dalam diri. Sebenarnya aku menulis tentang diriku sendiri, namun aku tak menyadarinya. Dulu, aku tak tau apa perbedaan arti dari ketiga kata tersebut. Yang aku tau hanyalah mempunyai rasa, ketiga kata itu adalah rasa. Itu tak ada kaitannya dalam hidupku sampai akhirnya aku kenal dengan teman mama yang juga teman dari pamanku. Ia sangat dekat dengan keluargaku sampai-sampai aku menganggapnya sebagai omku sendiri. Ia memiliki kelebihan, yaitu indigo. Singkat cerita, pokoknya ia pernah berkata padaku kalau aku bukan hanya menyayangimu, apalagi sekedar menyukaimu. Perasaanku lebih dari itu. Aku tak terima dengan perkataannya. Aku tak ingin lebih dari menyukai seseorang karena itu hanya membuatku sakit. Pada kenyataan, memang aku selalu sakit. Jadi, aku terima perkataannya kalau aku lebih dari sayang padamu.
Saat kelas 8, kelasmu dan kelas Aca olahraga pada jam yang sama. Itu kabar yang sangat baik untukku karena aku tak perlu banyak-banyak izin ke kamar mandi, HAHA. Kelakuanku dari awal kelas 7 adalah sering izin ke toilet saat kelasmu ada pelajaran olahraga. Padahal aku gak ke toilet, hanya berdiri di balkon kelas lain dan melihatmu dari sudut pandang yang tepat agar kamu masih terlihat dariku, namun kamu tidak melihatku. Perjuangan memang, padahal belum tentu kamu ada di lapangan, bisa saja sedang di luar. Ya, apa salahnya mencoba kan? Waktu favoritku adalah ketika jam kamu olahraga.
nice story :)
Comment on chapter Prolog