“Ada pertanyaan sebelum pembelajaran dimulai?”
“Apa Pak Adrian sudah punya pacar?"
“Aku pikir itu adalah urusan pribadiku jadi kau bertanya yang lain selain urusan pribadi”
"Tapi itu pertanyaanku, Ayolah pak sebuah pertanyaan harus dijawab..."
"Aku bilang itu urusan pribadi"
“Aku kan bertanya Pak, lagipula apa susahnya sih dijawab...Pak Adrian kan hanya perlu menjawab belum atau sudah”
“Hahhh...baiklah, belum”
“Pak Adrian jadilah pacarku”
"Tidak"
“Aku Mysha Adreena Putri maukah Pak Adrian jadi pacarku”
“Tidak akan, Nona!”
***
Mysha Adreena Putri
Aku hanya tersenyum geli saat memori kenanganku kembali terulang. Betapa konyolnya diriku dulu? betapa susahnya diriku diatur dulu? betapa keras kepalanya diriku dulu? pertanyaan-pertanyaan tersebut sering hinggap dipikiranku. Perlahan kedua kakiku melangkah membawaku menjauh dari jendela besar tersebut. Bejalan Menatap satu-persatu biangkain foto yang terpajang di dinding ruangan ini.
Kembali senyuman tulus terukir diwajahku tepat setelah diriku berhenti didepan sebuah foto diriku dan seseorang disampingku yang sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun berbanding terbalik denganku. Mendengus sejenak seraya mengelus foto tersebut. Untuk kesekian kalinya sebuah pertanyaan berlantun dalam otakku sekarang ini. Apakah ia akan melakukan hal yang sama saat aku berjuang mendapatkan cintanya? apakah ia bisa menerima sifatku ini? menerima apa adanya diriku ini? karena aku tau cinta yang tulus itu melengkapi, menerima dan mengerti.
Perlahan kedua kelopak mataku tertutup. Sadar akan betapa cintanya diriku padanya. Memang awalnya aku mencintainya karena fisiknya dan kepopulerannya. Namun lambat laun aku menjadi semakin mencintainya bukan rasa kagum. Walau sifatnya dingin dia selalu bisa menghangatkan hatiku, Walau sifatnya cuek dia selalu ada disaat aku membutuhkannya, Walau terkesan pemaksa namun aku hanya merasa kelembutan darinya. yaa itulah dirinya yang mempu membuatku bertingkah memalukan dan konyol.
Dan sekarang aku mulai sering merindukannya.
***
Adrian Wilyam Pratama
Disaat senyuman cerahnya menghilang senyuman cerah lainnya menghampiri untuk menutup lubang hitam dihatiku
Awal pertemuanku dengannya bukan saat dikelas melainkan saat terdengar suara kereta yang telah berlalu dan tak membuat kedua bola mataku sedikitpun berhenti untuk memandangnya. Gadis yang sedang menatap lurus kedepan sambil berbicara dengan seseorang melalui ponselnya dengan senyuman diwajahnya.
Bukan paras cantik atau suara gadis itu yang membuatku tak bisa mengalihkan perhatiannya. Namun tawanya, senyuman cerahnya yang membuatnya terpesona. Apalagi saat setelah aku melihat dengan jelas wajah gadis itu, saat sang kereta dengan anginnya menerbangkan anak-anak rambut Indah itu. Disanalah awal cintaku tumbuh.
Namun setelah pertemuan terakhirku dengannya saat itu membuat diriku perlahan berfikir apakah benar aku telah jatuh cinta padanya atau hanya sebuah kekaguman akan cantiknya dia? Hingga akhirnya aku bertemu kembali dengannya. dengan tingkah bodohnya berbanding terbalik dengan parasnya yang menawan.
Dengan waktu yang menemaniku perlahan aku sadar bahwa aku benar-benar mencintainya. Tak bisa melupakannya, ia layaknya pelengkap hidupku. Dan betapa beruntungnya diriku karena ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan namun mengapa aku pernah melepaskannya? membuat diriku benci akan diriku sendiri, kelakuan yang pernah kusesali dalam hidupku.
Dan sekarang aku mulai sering merindukannya
ceritanya lucu bangettt...aku suka.
Comment on chapter Datangnya cinta?lanjutannya ditunggu terus