Loading...
Logo TinLit
Read Story - Itenerary
MENU
About Us  

Ranu Kumbolo belum terlihat. Tapi mereka tau, sebentar lagi, mereka akan sampai.

"May, kenapa? Mau gue bantu bawa tas lo?" tanya Juang, setelah melihat ekspresi lelah Maya.

Maya mengangguk. "Iya, tolongin gue, dong..."

"Tumben nggak gengsi?" ledek Juang.

"Gue tendang lo, ya," balas Maya, sebal.

"Ampun, ampunnn. Hahahaha. Sini tas lo." Juang menghampiri Maya dan membantu Maya melepas tasnya, kemudian ia menyampirkan tas Maya di pundak kirinya. "Berat juga, ya," ucap Juang. 

"Lo nggak apa-apa bawa dua tas?" Maya khawatir, kalau-kalau pundak Juang encok hanya karena membantu membawakan tas Maya. 

"Santai. Gue kuat, kok."

Jarak total dari Ranu Pane Menuju Landengan Dowo adalah 3,5 KM atau rata-rata Waktu 1,5 hingga 2 jam untuk pendakian santai, dengan  kondisi jalan masih berbentuk paving. Setelahnya, dari Landengan Dowo menuju Watu Rejeng, pendakian sudah mulai memasuki kawasan hutan. Butuh waktu yang sama untuk tiba di Watu Rejeng. Meski  mulai merasakan suasana hutan, jalurnya masih bisa dikategorikan sebagai jalur mudah. Jadi, perjalanan dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo, totalnya adalah empat jam. 

"Masih jauh nggak?" tanya Caca.

"Kenapa? Capek?" Boy mencoba memastikan kondisi Caca.

Maya menatap Caca khawatir. "Jangan gengsi, Ca. Kalau capek bilang."

"Iya, Maya aja bilang pas tasnya berat. Tumben kan, seorang Maya nggak sok kuat," ledek Juang. 

Maya melirik sinis. "Awas lo! Kalau besok-besok lo naksir gue, awas, ya, gue tolak mati-matian!"

"Ngarep lo!" Juang menjulurkan lidahnya. "Gue kan udah punya Vinanta!"

"Yakin? Gue denger, Vinanta lagi berantem hebat sama lo?" balas Maya, tak mau kalah.

"Kok lo tau? Lo kepo sama hubungan gue, ya? Diem-diem, lo naksir gue, kan?"

Boy dan Caca yang melihat pertengkaran mereka, hanya bisa tertawa. Suasana persahabatan mereka kali ini hangat.  Padahal, udara disini benar-benar membuat badan mereka menggigil, seolah tak ada celah bagi mereka tuk menemukan kehangatan. Namun, persahabatan mereka berhasil menghangatkannya.

Terlintas ide di benak Boy. "Guys, gue punya ide!"

"Apa?"

"Ide apa?"

Boy tersenyum penuh arti. "Sepulang dari Ranu Kumbolo, kita harus sudah bersih, ya. Tidak boleh ada dendam lagi diantara kita."

"Maksudnya gimana?" Ketiga teman lainnya bingung. 

"Begitu sampai Ranu Kumbolo, kita harus cerita semuanya. Kalau ada unek-unek satu sama lain, ceritakan."

Maya dan Caca bertatapan. Kemudian, Juang dan Cacapun bertatapan. Mereka masih menyimpan rahasia satu sama lain, yang membuat perasaan mereka masih tertahan dan belum lepas. Mereka masih dihantui luka masa lalu, yang terkadang membuat perasaan mereka tidak tenang. 

"Jadi, itu waktu untuk kita semua jujur?" tanya Maya.

Boy mengangguk. "Betul. Gimana?"

Beberapa detik dalam keheningan, hingga akhirnya, Juang mengawali dengan sebuah anggukan. "Boleh. Kayaknya seru."

"Maya, Caca, gimana?" tanya Boy.

Kedua srikandi itu bertatapan sejenak, kemudian mengangguk serempak. "Oke," balas keduanya. 

Tak sabar untuk sampai Ranu Kumbolo, agar semua permasalahan yang mereka simpan masing-masing, bisa tersalurkan. Karena pada dasarnya, mereka masing-masing punya rahasia, yang harus diungkapkan. 

**

Pinggul dan pundak mereka sudah nyut-nyutan menahan beban. Mereka hanya butuh waktu tuk membiasakan nafas mereka, agar teratur, sebelum memutuskan istirahat lagi di jarak tertentu. Mereka sedikit menyesal, seandainya mereka lebih rajin olahraga tuk mempersiapkan pendakian--paling tidak dari satu bulan sebelumnya--pasti nafas merka lebih teratur dan tubuh terasa lebih ringan.

"Penyesalan emang gitu, belakangan," ucap Maya. 

"Kalau di awal namanya pendaftaran, kan?" Juang menimpali.

"Garing lo!" balas Maya.

Boy meringis. "Gue sama Caca aja jogging satu minggu, tapi masih ngos-ngosan. Nyesel gue, harusnya kita nggak menyepelekan tenaga kita."

"Di pendakian selanjutnya, kita harus fit, oke?" kata Juang, memberi semangat.

"Tapi gue nggak yakin, bakal naik gunung lagi." Caca meringis. Jujur, dirinya sedikit kapok. "Gue nggak kuat dinginnya. Bukan capeknya."

Malam menjelang perjalanan  masih jauh. Mereka harus hati-hati dan waspada jika ada lubang, jalur yang menyempit, akar pohon, dan lainnya dapat membahayakan. 

Berulang kali mereka berkata, "Hati-hati", atau "Awas ada lubang!". atau bahkan "Sini pegangan, gue takut lo jatoh!". 

Saat sudah merasa capek, mereka mencoba menyemangati diri sendiri, dan tak lupa  memberi semangat pada rekan di sekelilingnya.  Selangkah demi selangkah, mereka lakukan.  

Suasana makin gelap. Hanya ada mereka saja di jalur sekitar sini. Memang kali ini jalur pendakian cukup sepi, mengingat bukan libur panjang. Jadi, suasana makin mencekam saja. 

"Gue takut. Mana dingin, lagi," ucap Caca. 

"Sssst! Jangan bilang takut. Santai aja, baca doa," balas Maya, mencoba menenangkan. 

"Sejujurnya, gue juga rada... Takut," kata Juang, setengah berbisik. "Jam berapa sih ini?"

"Jam delapan."

 Juang mencetuskan sebuah ide. "Gandengan, yuk. Gue gandeng Maya, Boy gandeng Caca. Biar lebih aman dan terjaga, gitu.." Buru-buru, Juang menambahkan lagi, "Ini bukan modus, please."

Namun perjalanan mereka terhenti, ketika dari atas terdengar suara banyak orang yang sedang turun.  Merekapun menduga-duga, jika itu tim evakuasi yang sedang membawa korban. Dan benar, beberapa saat kemudian, ternyata ada 4 orang yang sedang menandu korban dan 4 orang lainnya yang saling membantu  melewati medan turun yang sangat curam. Dan yang paling menegangkan, mereka  terdiam serempak karena melihat sesosok jenazah yang tengah dievakuasi, melewat tepat didepan mata mereka.  

“Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'un," ucap keempat manusia tersebut bersamaan.

Setelah Boy bertanya sekilas, ternyata jenazah tersebut adalah korban hipotermia di atas. Astaga, mereka--terlebih dua wanita tersebut--makin takut saja. 

Caca dan Maya sampai berpelukan, dan mengucap istighfar berulang kali, mencoba mencari ketenangan dengan mengingat sang Pencipta alam semesta. 

Boy dan Juang meyakinkan, bahwa mereka akan baik-baik saja. 

"Hidup dan mati di tangan Pencipta. Jangan takut, sekalipun takdir kita berkata kalau kita akan mati di sini," kata Juang. 

Seiring waktu berjalan, suasana semakin hening. Mereka bersikap seolah tak terjadi apa-apa,  meskipun sebenarnya mereka merasa takut yang luar biasa.

Gerimis turun di tengah hutan yang tengah mereka lewati. Anginpun bertiup kencang, membuat suasana yang dingin menjadi semakin dingin, dan suasa mencekampun semakin mencekam saja.  Badan mereka mulai menggigil, dan perutpun mulai lapar. Mereka memberi asupan cemilan--seperti cokelat dan biskuit--sebagai pengganjal sementara perut mereka. 

Ketakutan hadir lagi. Langkah mereka terhenti karena ada satu rombongan yang berisi sekitar enam orang, dan salah satunya terdapat gadis yang tengah berteriak histeris, bahkan diselingi dengan tertawa-tawa misterius. 

Caca dan Maya berpelukan kali ini. Tanpa ditanya, merekapun tau kalau gadis yang tengah berteriak histeris itu adalah gadis yang tengah kesurupan. 

Boy berbisik pada dua srikandi yang tengah berpegangan tangan, "Kaiian harus saling jaga, ya. Jangan sampai pikiran kosong."

"Lo mau kemana?" tanya Maya cepat.

"Bantuin mereka," balas Boy. 

Boy dan Juang dengan gentle bergabung ke rombongan tersebut, membantu menolong dengan membacakan doa serta memegang kaki wanita tersebut. Dan beruntung, tak butuh waktu lama, gadis itu mulai sembuh dan mulai tenang.

"Astaghfirullah..." kata Caca, masih memeluk Maya. 

Maya mengatur nafasnya, mencoba menenangkan diri, sambil ber-istighfar seperti sahabatnya. 

Setelah semua selesai, Boy dan Juang kembali pada Maya dan Caca. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. 

Juang bercerita, "Perempuan tadi tuh kesurupan, karena di tengah perjalanan, dia tiba-tiba haid. Terus, dia buang sampah pembalut sembarangan."

"Mungkin itu penyebabnya.  Wallahu A'lam.." Boy merenung sekilas. "Jaga kebersihan dan jaga kesopanan. Bagaimanapun, kita tidak tinggal sendirian di alam ini. Kita berdampingan juga dengan makhluk lain."

Dan tanpa sadar, kata-kata Boy yang membuat mereka makin ngeri, di sisi lain juga menyadarkan bahwa menjaga kesopanan dan etika adalah dasar dari segala perilaku; bahkan di gunung sekalipun. 

"Masih lama nggak sampainya?" tanya Maya.

Juang menggeleng. "Sebentar lagi."

Mereka berjalan dalam hening. Sesekali mereka mencoba memecah keheningan di tengah lelah yang mereka rasakan, tuk memastikan bahwa mereka masih ada di alam sadar.

Dua kejadian tadi--hipotermia dan kerasukan--membuat mereka sadar, bahwa pendakian bukan hal sepele, melainkan bisa menjadi hal yang penuh dengan resiko.

 Tepat pukulsepuluh malam--sudah sekitar lima setengah jam mereka berjalan--akhirnya mereka menemukan titik terang. Ranu Kumbolo mulai terlihat.

"Masya Allah, Subhanallah," ucap Juang.

"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" sambung Boy.

Caca dan Maya berpelukan. Akhirnya, setelah takut dan lelah bercampur menjadi satu, tujuan utama mereka, tercapai. 

 Setelah sempat pesimis dan dihantui ketakutan bertubi, akhirnya empat manusia tersebut sampai di ‘desa’ para pendaki Mahameru. Warna-warni tenda menghiasi pinggir danau ini. Danau dengan ketinggian 2500 meter diatas permukaan laut ini memang menjadi tempat favorit para pendaki di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.  

Inilah Ranu Kumbolo, surga-nya Mahameru. Tempat peristirahatan para pendaki yang akan, atau baru saja turun, dari Mahameru – puncak para dewa, tanah tertinggi di dataran Jawa.  Dan inilah Ranu Kumbolo, yang akan jadi cerita milik mereka, kisah yang mereka ciptakan sendiri dengan rasa dan warna. 

*bersambung*

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (28)
  • Chaa

    Ini menarik sih.
    Sedikit saran, mungkin bisa ditambah deskripsinya. Jadi, biar pembaca lebih bisa membayangkan situasi yang terjadi di dalam cerita :D

    Comment on chapter Pos Ketan Legenda, Saksi Hening Mereka
  • indriyani

    Seruu nih, aku suka. Apalagi tentang persahabatan dan petualangannya dapet. Keren 👍

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • nowaryo_

    bagus sebetulnya. hanya saja terlalu banyak dialog. tp bagus, krn bisa membawa pembaca masuk dalam cerita

    Comment on chapter Persiapan Kilat
  • aiana

    @Ervinadypudah meyakinkan kok ceritanya. Eh tp di bab 19 kok ada pengulangan dr narasi bab 16. Pas momen makan ronde dan buat perjanjian kencan 1 hari.

    Comment on chapter Epilog: Narasi Enam Kepala Manusia
  • imagenie_

    selesai baca ini pas masih ngantor. huaaa bagus

    Comment on chapter Epilog: Narasi Enam Kepala Manusia
  • imagenie_

    wah pendakian. aku siap lanjut baca bab selanjutnya nih

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • Ervinadyp

    @aiana makasihhh ya udahh bacaa💚💚 iyanihhh pgn banget naikgunung, doakan smoga kesampaian ya kakkk.. Aamiin yaAllah

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • Ervinadyp

    @suckerpain_ makasiii banyakk sarannya ya kaak💚

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • dear.vira

    Ceritanya bagus, sarannya coba agak kurangi bagian percakapannya ya, strusnya udah bgus banget semangat ya

    Comment on chapter Rencana Mereka
  • aiana

    seru nih, tentang perjalanan. saya baru baca beberapa bab. kalau sudah selesai saya review deh. Siap-siap nostalgia. Belum penah ke Semeru sih tapi pernah menggembel sampai ke G.Gede saya dulu dan beberapa Kerucut di Jateng. Penulis perlu coba naik gunung. seru dan bikin rindu loh.

    Comment on chapter Rencana Mereka
Similar Tags
F I R D A U S
758      501     0     
Fantasy
Ingatan
9052      2116     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
ADA SU/SW-ARA
3492      1084     1     
Romance
Ada suara yang terdengar dari lubuknya Ada Swara....
Sweet Notes
12663      2395     5     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
If...Someone
1875      790     4     
Romance
Cinta selalu benar, Tempatnya saja yang salah.
My Teaser Devil Prince
6557      1665     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Warna Jingga Senja
4396      1214     12     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
Mencintaimu di Ujung Penantianku
5359      1464     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
A Ghost Diary
5461      1776     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...