Dia keluar dari rumahnya setelah berpamitan pada sang Bunda, dan seperti biasa memberi sedikit senyuman untuk oma Andin- tetangganya sebelum dia masuk ke dalam mobil jazz putihnya.
Setelah beberapa menit melalui perjalanan yang bisa dibilang agak sedikit macet, akhirnya Dia sampai di depan gerbang sekolahnya. Dia memencet klakson sebagai penanda agar Pa Atlas, satpam penjaga sekolah yang sedang menutup pintu gerbang untuk berhenti dan kembali membuka pintu gerbang untuknya.
Pak Atlas terkaget, lalu menyipitkan matanya dan kembali menormal setelah sadar bahwa itu adalah langganannya dalam hal ini. Dia adalah, Alvino.
Pak Atlas menelan ludahnya sedikit sebal lalu kembali membuka setengah pintu gerbang untuk Alvino. Suara ban menderu ketika memasuki gerbang sekolah SMA Greetel, "Thank's pak." ucapnya yang dibalas anggukkan dari Pak Atlas.
Sebelum keluar dari mobilnya, Alvino membuka bajunya lalu menggantinya dengan kaus olahraga. Tadi dia hanya memakai kaus putih ditambah celana olahraga. Setelah itu dia menutup pintu lalu jalan santai menuju lapangan.
"ALVINO! " teriak seseorang dari lapangan saat melihat batang hidung Alvino yang baru muncul, sebut saja dia Ka Teza. Guru olahraga yang umurnya masih terbilang muda, sedangkan Alvino walaupun dia mendengar nama'nya dipanggil tetap saja dia berjalan santai, dasar Alvino.
Setelah sampai dipinggir lapangan, dia menaruh tasnya asal. Lalu berlari menuju tengah lapangan.
"Kamu telat lagi hari ini" ucap Ka Teza.
Ravin menyenggol tangan Theo, sedangkan Theo menyenggol tangan Amzar. "Walaupun telat juga hukuman'nya pasti gampang" ucap Ravin, yang dibalas toyoran dari keduanya.
Alvino menoleh dan hanya memasang muka datarnya. "Lari kelilingi lapangan dua putaran. Sekarang." ucap Ka Teza sedikit tegas.
Mendengarnya bukan Alvino yang histeris malah justru cewek-cewek yang sedang melihatnya dari lantai 2 padahal Alvino hanya disuruh lari dua putaran.
"Ga adil wooo ka Teza"
"Tau kan kasian ka Vino"
"Aku temenin deh ka!"
"Aku yang gantiin deh ka!"
Dan seperti biasa Alvino tak perduli, dia malah sudah memulai hukuman'nya
????
Dia mengigit jarinya, kebingungan. Hari ini adalah jadwal kelasnya untuk praktek biologi tapi dia malah meninggalkan jas labnya di dalam kamar. Dia adalah Aretta.
Teman-temannya pun tak kalah bingung, Teya si cantik tapi tomboy kembali ke tempat duduknya setelah selesai memata-matai kedatangan Pak Jun guru biologi dari depan kelas. "Pak Jun belom dateng, mending lo pinjem jas lab ke kelas sebelah Ta cepet!" ucapnya lalu mendorong Aretta keluar dari kelas.
Setelah keluar dari kelas, bisa Aretta lihat sekarang sekumpulan orang yang sedang melakukan pemanasan sebelum berolahraga dan satu orang sedang berlari mengelilingi lapangan.
Melangkah dengan cepat hingga sampai di depan kelas 12 mia-2, sepi. Aretta mengintip melalui jendela sambil menoleh ke kiri lalu ke kanan dan akhirnya mendapatkan figur seorang cowok yang sedang memainkan ponsel.
Aretta melangkah memasuki ruang kelas, dan mendekati coow tadi.
"Hai!" sapanya, sambil tersenyum awkward.
Cowok tadi menoleh, membulatkan matanya lalu membenarkan posisi duduknya. Dadanya cukup berdegup, bagaimana tidak jika yang sekarang ada dihadapannya adalah Aretta Ferreira. Seorang gadis periang yang terkenal disekolahnya.
Aretta menatapnya bingung sambil melambai-lambaikan tangannya "Hello, i'm here?" ucapnya yang nampaknya menyandarkan cowo tadi.
"M-mm apa?" akhirnya dia bicara.
Aretta melirik sebuah jas lab yang terlipat rapi di meja cowo tadi. Mengambilnya lalu "Gue pinjem jas lab lo, nanti istirahat gue balikin. Oke" ucapnya cepat lalu berlari kembali ke-kelasnya. Karena jika dia ketahuan meminjam jas lab dari kelas lain, mungkin dia tidak akan diizinkan untuk mengikuti praktek hari ini.
Dan akhirnya Aretta bisa membuang nafasnya lega saat dia berhasil duduk di kursinya sebelum Pak Jun sampai dikelasnya.
"Dapet Ta?" tanya Kayla si cewek yang cara berfikirnya agak lamban, hanya dibalas anggukan dari Aretta.
Semua ikut membuang nafas lega ketika mendengar'nya, kecuali Sonya dkk dibelakang sana yang malah menatap ke arah mereka sinis.
Sonya si cewek centil yang kerjaannya mencari masalah dengan Aretta, Adora si cewek yang bisa dibilang baik tapi tidak terlalu baik ya begitulah, dan satu lagi Lavina si cewek jutek yang sok cantik.
Sonya dkk yang nampaknya tak pernah bisa melihat Aretta dkk gembira.
Tak lama Pak Jun memasuki ruang kelas, berdiri di depan. Lalu memberikan instruksi tentang apa yang akan mereka kerjakan di dalam lab nanti.
"Oke penjelasan selesai, kelompok sudah dibagikan. Sekarang kita langsung saja ke lab. Dan bagi kalian yang tidak membawa jas lab, saya hanya akan memberi kalian hukuman ringan. Yaitu memenuhi 4 lembar buku kalian dengan tulisan nama saya" ocehnya tersenyum seram lalu menghadap papan tulis dan menuliskan 'Pak Junaedi Ganteng' membuat anak-anak yang membacanya jadi menaha tawa. Namanya juga Pak Jun. Sok kegantengan. Lalu setelah itu Pak Jun melangkah keluar kelas berjalan menuju lab.
Setelah sampai di lab semua berkumpul sesuai kelompok masing-masing, hampir 1 jam setengah berusaha menyelesaikan akhirnya pekerjaan Aretta dkk selesai. Teya tadinya ingin mengumpulkan hasil kerja mereka tapi saat melihat meja guru Pak Jun tidak ada, dan Vito si ketua kelas memberitahu bahwa tadi Pa Jun pergi keluar untuk ke toilet.
Lalu entah mengapa tiba-tiba Sonya mendekat dan menumpahkan pewarna ke jas lab yang Aretta gunakan "Upss.. Ga sengaja."
Aretta melebarkan mulutnya, lalu menatap Sonya dengan tatapan kesal.
"Maksut lo apa hah!" bentak Aretta sambil mendorong pundak Sonya, membuat semua mata menatapnya dan suasana di dalam lab menjadi hening.
Beberapa orang mulai menaruh alat kerja yang sedang dipegang, ada juga beberapa yang kini mengambil ponsel dari saku untuk merekam Aretta dan Sonya. Menyebalkan.
"Kan gue udah bilang ga sengaja" sahut Sonya, menekan kata lalu bertolak pinggang.
Aretta terlihat semakin emosi.
"Lo bego atau gimana, jelas-jelas lo numpahin itu dengan sengaja ke jas lab gue!" ucapnya lalu menjambak rambut Sonya.
Suasana mulai riuh, Sonya membalas jambakan Aretta "Lo tuh bener bener gila tau ga!"
"Lo yang gila, kurang kerjaan lo!" balas Aretta.
Dan sekarang terdengar ada sebagian yang teriak membela Aretta dan sebagian teriak membela Sonya.
Teya yang berada di dekat Aretta, berusaha memisahkan tapi itu adalah hal yang susah. Hingga tiba...
"ARETTA, SONYA!" bentak Pak Jun cukup kencang menggema di lab. Nampaknya dia baru saja kembali dari toilet karena kini dia berdiri di depan pintu.
Aretta maupun Sonya berhenti, Aretta menatap Sonya sebentar lalu membenarkan posisi jasnya. Sedangkan Sonya dibantu Adora dan Lavina yang sedang memegang kepalanya, nampaknya Sonya pusing.
"Kalian berdua. Ikut saya ke kantor!"
????
Aretta membuka jas labnya lalu duduk disamping Sonya setelah dipaksa oleh Pak Jun.
"Kalian ini apa maksutnya hah?" tanya Pak Jun.
"Dia duluan Pak yang mulai, gajelas tiba-tiba numpahin pewarna di jas lab saya!" jawab Aretta sambil melirik Sonya sinis.
"Tapi lo duluan yang jambak gue!"
"Itu karena gue kesel sama lo, makanya gue jambak lo. Emang pantes tau ga si lo buat di jambak!"
"Diam!" Pak Jun menggebrak meja, membuat Aretta sekaligus Sonya tertegun. Dan kembali diam.
"Ini bukan pertama kalinya kalian berantam seperti ini, apakah kalian tidak bosan?, gantilah pasangan berantam kalian itu!" ucap Pak Jun membuat Aretta dan Sonya mengernyitkan dahi.
"M-mm maksut saya, berhentilah berantam ga ada gunanya. Apalagi kalian berantam dalam lab tadi, bahaya sekali. Jika sekali lagi kalian ketahuan berantam, saya ga segan segan untuk memberi kalian skors, mengerti!" oceh Pak Jun. Aretta dan Sonya hanya diam, Pak Jun kembali menggebrak mejanya "Mengerti tidak!"
Aretta dan Sonya kembali tertegun.
"Ngerti Pak!" ucap mereka bersamaan. Dan Aretta langsung pergi keluar ruangan sebelum Pka Jun menyuruhnya.
Didepan ruang guru, sudah ada Teya, Kayla dan juga Kyna yang menunggunya.
Kyna melangkah maju mendekati Aretta yang menyender di tembok, bersamaan dengan Sonya yang baru saja melewati mereka.
"Ta gimana? Lo ga dihukum buat bersihin toilet lagi kan?" tanya Kyna. Ya memang dulu Aretta pernah mengalami hukuman itu saat Aretta berantam dengan Sonya hanya karena Aretta yang tidak sengaja menginjak kaki Sonya.
"Kalo sekali lagi gue ketauan berantem, gue bakal kena skors. Gitu kata Pak Jun" ucapnya menatap ketiga temannya dengan tatapan datar.
Kayla mengedipkan matanya dua kali "Berarti lo masih bisa buat berantem satu kali lagi sama Sonya dong Ta?" tanyanya polos, membuat Teya ingin menelannya.
"Bodo Kay" ucap Kyna tepat didepan telinganya.
"Terus itu, jas lab lo minjem sama siapa?" tanya Teya.
Aretta melirik jas lab tersebut dengan tatapan poor. Warna biru kini menghiasi sebagian dari jas lab itu. "Gue pinjem sama orang, tapi gue gatau orang itu siapa."
"Pinter deh lo Ta!" Kyna memutar bola matanya.
"Coba aja yuk, kita ke kelas mia-2 kali aja kalo Aretta liat orangnya dia jadi tau dia minjem sama siapa." oceh Kayla, teman-temannya langsung menatapnya sambil tersenyum sumringah "Tumben Kay lo pinter!" soal ini Aretta yang jujur.
????
Aretta melihat sekeliling lapangan setelah mencari ke dalam kelas namun tidak ada dan akhirnya dia menemukan figur cowok yang tadi pagi dia pinjam jas lab-nya.
Aretta dkk menghampirinya.
Mata cowok itu membulat, entah kenapa responnya selalu seperti itu saat melihat Aretta apalagi kali ini ditambah Teya, Kyna dan juga Kayla.
"Ini jas lab lo, gue minta maaf banget. Jas lo kena pewarna," ucap Aretta lalu melebarkan jas lab yang ada ditangannya agar cowo tadi melihatnya.
Mata cowok tadi kembali melebar, atau bisa dibilang semakin melebar?.
"I-ini bukan pu-punya gue" begitu ucapnya.
Aretta dkk serempak saling menoleh, bingung.
"Jadi cowok tadi pagi yang Aretta temuin dikelas itu bukan lo?" tanya Teya
"Atau jangan-jangan Ta, yang tadi pagi lo temuin itu-" ucapan Kayla terpotong karena Teya menutup mulutnya.
"Gu-gue ko bener gue. Tapi itu bukan jas gue." jawabnya
"Terus jas siapa?" tanya Kyna.
Cowok tadi melihat ke tengah lapangan, lalu menunjuk figur cowok yang sedang melempar bola basket ke arah ring.
Dia adalah,
Alvino Adilan Sabilal.