Read More >>"> Begitulah Cinta? (Lima Belas) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Begitulah Cinta?
MENU
About Us  

LIMA BELAS

Malam hari setelah keberangkatan Amir ke Amerika, Majid meringkuk dalam kamarnya. Jemarinya menggeser gambar-gambar dalam layar kamera DSLR. Fenomena sendu membuat kedua tangannya semakin erat memegang kamera pemberian temannya itu, seperti tidak ingin melepas kepergiannya pagi tadi. Tanpa tersadar air matanya menetes, memang benar gambar di sana nampak bahagia dengan senyum mereka, tetapi hati Majid terluka akan ketidakpercayaan. Dia tidak menyangka temannya sudah berangkat meninggalkannya pagi tadi. Berbagai macam potret tersimpan baik pada album digital, menggores kenangan dalam buku memorinya. Matanya sembab, namun ia tak mau lepas dari setiap gambar yang menari silih berganti. Ada sebuah gambar yang membuatnya ingat kejadian pasti di dalamnya, lantas tersenyum.

             Sebuah keajaiban, kotak sekecil itu mampu menyimpan ribuan kenangan dari berbagai tempat dan lokasi. Membuatnya terbang melintasi awan imajinasi. Lagi-lagi dia tersenyum, meski pipinya masih basah karena air mata. Beberapa foto berisikan pose gembiranya bersama Amir, ada pula foto kocak Rudi yang nampak bodoh. Sisanya berisi spot-spot pemandangan yang menakjubkan. Mungkin gambar-gambar tersebut sengaja Amir siapkan untuk menyiratkan lama waktu yang telah ia habiskan bersama Majid dan Rudi. Mungkin juga dia meminta Majid mengunjungi tempat-tempat itu sesekali untuk mengasah kemampuannya dalam berfoto.

            Matanya menangkap gambar lain. Suasana pantai di sore hari dengan matahari senja yang mengagumkan. Ada puluhan foto dengan panorama pemandangan yang sama. Namun setiap gambarnya diambil dari sudut yang berbeda-beda. Sehingga menghasilkan sebuah lintasan gambar yang beraneka warna. Tetapi bukan itu yang membuatnya tergugah untuk bangkit. Melainkan ingatan mengenai penemuannya di pantai dulu. Benda mungil yang sempat membuatnya bingung, SIM Card misterius yang selama ini tersimpan jauh di dalam laci meja belajarnya. Semenjak mengurus persiapan ekstrakurikuler dia tidak pernah menyentuh telepon genggam peninggalan ayahnya barang sebentar. Dia mulai penasaran dengan pesan-pesan itu lagi.

            Majid mematikan kamera di tangannya, memasukkannya ke dalam tas, lantas bergegas menuju meja belajarnya. Tas berisi kamera tersebut dia letakkan di atas meja belajar. Sembari duduk di kursi meja belajar, tanpa pikir panjang tangannya menarik gagang laci meja dan mengambil sebuah telepon genggam yang ada di dalamnya. Meskipun merasa ragu namun dia tidak memerlukan waktu lama untuk segera menyalakan telepon genggam tersebut. Seperti yang dia pikirkan sebelumnya, pesan-pesan aneh menghujami layar teleponnya tanpa ampun. Membuat telepon genggam itu bergetar cukup lama. Anehnya puluhan pesan tersebut hanya dikirim oleh satu pengirim yang sama. Si orang aneh yang sok kenal waktu itu.

            Si pengirim pesan misterius itu seperti seorang cenayang. Dia menjelaskan bagaimana hari-hari Majid berlalu dalam pesan berkala yang dia kirim. Salah satu pesannya berisi informasi mengenai surat permohonan pembentukan ekstrakurikuler yang telah disetujui oleh pihak sekolah. Dia menghimbau Majid untuk bergegas ke sekolah untuk memastikan, memintanya membuang rasa malasnya. Itu adalah pesan berminggu-minggu lalu. Di hari yang sama ketika Amir mengiriminya sebuah pesan. Fakta lain yang mengejutkannya tatkala dia mencocokan waktu antara keduanya. Pesan dari si pengirim pesan misterius datang lebih awal dari pesan yang Amir kirimkan.

            Pesan kedua sampai keempat tidak begitu spesial, hanya berisi sapaan. Mungkin karena Majid tidak kunjung membalas pesan darinya. Sedang pesan kelima berisi cerita mengenai keberangkatan Amir yang mendadak, juga mengenai Rudi yang akan meninggalkan Surakarta beberapa waktu setelahnya. Bahkan si pengirim menjelaskan dengan detil alasan Rudi ke Jakarta. Alasan yang tidak pernah Rudi ucapkan padanya. Sungguh sebuah pesan misterius yang mengerikan baginya. Namun cukup menarik untuk dibayangkan.

            Dikarenakan isinya yang seperti sebuah ramalan, Majid penasaran akan siapa orang dibalik semua pesan-pesan itu. Bahkan si pengirim itu mengatakan di pesan terakhirnya jika Majid akan melihat kamera pemberian Amir begitu malam tiba di hari keberangkatan sahabatnya dan itu terbukti benar. Dia sempat berpikir apa mungkin pengirim pesan tersebut adalah seorang penguntit. Tapi sejauh ini dia hanya anak SMA normal, bukan artis dan bukan juga seorang yang populer di sekolahnya. Lantas apa untungnya bagi penguntit itu melakukan semua hal ini. Apa lagi dia sempat berpikir ada orang dari masa depan yang diutus untuk membantu dirinya. Seperti menjamur, pemikiran tak rasional datang pada otaknya sebagai upaya menjawab pertanyaan sulit dalam benaknya. Sungguh membuatnya ingin berseru dan tertawa lepas menanggapi kebodohannya sendiri.

Segera jemari Majid mengetik sebuah pesan untuk seseorang yang entah siapa dan berada di mana.

            “Sebenarnya kau itu siapa?”

            Akan tetapi jawabannya muncul dengan jawaban yang tidak kontras, “akhirnya kau datang juga.”

Tidak berselang lama telepon genggamnya kembali bergetar. “Kau sudah siap mendengar saranku sobat?”

“Saran mengenai apa? Dan kau belum menjawab pertanyaanku. Kau siapa sebenarnya?” Tanya Majid penuh rasa penasaran dalam balasan pesannya.

Disisi lain Majid juga mencoba mengirim pesan lain kepada Amir dan Rudi. Dia menanyakan kabar kepada mereka berdua, juga mengenai apa yang sedang mereka lakukan saat ini.

Telepon genggamnya berdering. Amir menjawab pesannya, memintanya membuka facebooknya. Detik setelah Majid online langsung dengan sebuah video call, Amir duduk dibalik kursi makan rumah kakaknya di Amerika. Terlihat dekorasi ruangan minimalis ala negeri paman sam tersebut. Anak itu nyengir menunjukkan sarapannya di sana. Sempat-sempatnya Amir memamerkan makanan asing di depannya di saat waktu lawan bicaranya hampir larut. Sedangkan Rudi menjawab dia masih mengurusi beberapa surat yang dia butuhkan untuk disusulkan pagi harinya. Dia sedang di rumah dengan puluhan ceceran kertas.

Majid bertambah yakin jika pesan misterius itu bukan dari kedua temannya yang mungkin sedang mengerjainya. Bahkan dia berusaha memendamnya agar tidak menciptakan kepanikan. Merahasiakannya pada kedua sahabatnya.

“Ada dua bentuk saran untukmu. Jangka pendek dan panjang.” Batin Majid membaca isi pesan baru dari si pengirim pesan misterius. “Kau pilih yang mana?”

Majid bingung dengan maksud si pengirim pesan misterius itu. Walaupun isinya singkat dan seharusnya dia paham akan hal itu. Dia memandangi isi layar teleponnya dan membacanya berulang kali, berpikir mengenai maksud saran jangka pendek dan jangka panjang sebelum dia membalas pesan itu.

“Kau tidak perlu bingung seperti itu.” Majid membaca pesan baru yang baru saja masuk. Lagi-lagi si pengirim pesan misterius itu membuatnya terkejut. Apakah orang itu bisa melihat gerak-geriknya atau dia dapat merasakan apa yang dirasakannya. Tapi itu tidak mungkin.

Majid kembali mengetik pesan. “Apa maksudmu?”

“Jangka pendek adalah saran yang tidak berpengaruh kuat. Sedangkan jangka panjang adalah saran yang akan berpengaruh jauh hingga dikemudian masa.” Jawab si pengirim pesan misterius.

“Apa maksudmu jangka panjang itu seperti pesan yang kau katakan mengenai ekskul itu?” Majid membalas pesan itu dengan cepat.

“Nah, kau pintar sobat. Dan jangka pendeknya adalah kau sedang melihat foto kenang-kenangan Amir malam ini. Karena itu tidak berpengaruh pada kemudian hari. Kau hanya melihat kenangan.”

“Kau ini sebenarnya siapa?” Tanya Majid lagi penuh penasaran.

“Aku sudah mengatakannya beberapa waktu lalu bukan? Aku temanmu.” Kata si pesan membalas pertanyaan Majid.

“Terus apa saran untukku selanjutnya?” Majid mengetik dengan kesal. Dia tahu jika pengirim pesan misterius tersebut tidak akan memberi tahu siapa jati dirinya. Dari dulu, tidak ada pencuri yang mengakui perbuatannya. Jika iya, bisa jadi penjara penuh.

“Kau harus melanjutkan studi ke salah satu perguruan tinggi di Semarang.” Isi balasan dari pesan misterius tersebut.

“Aku ingin ke Jakarta dengan Rudi untuk melihat perguruan tinggi di sana. Aku ingin masuk di Universitas Indonesia.” Balas Majid tambah kesal.

“Maaf men besok sepertinya aku gagal ke Jakarta denganmu. Aku harus ke sana bersama keluargaku karena ada beberapa hal yang harus aku selesaikan dengan kedua orang tuaku.” Sebuah pesan muncul di telepon genggamnya yang lain. Itu sebuah pesan dari Rudi.

“Aku rasa pesan dari Rudi sudah kamu terima bukan?” Kata si pesan misterius itu dalam bentuk tulisan.

Majid kini benar-benar tercengang dibuatnya. Apa dia sebenarnya bisa melihat yang belum terjadi seperti itu. Siapa dia sebenarnya? Sebenarnya dia itu makhluk apa? Alien? Berbagai pikiran aneh melayang dalam benaknya. Bahkan dia sampai mengandai-andai apakah si pengirim pesan itu benar-benar manusia atau bukan.

“Kau tidak perlu menjawabnya malam ini. Aku hanya memberimu saran. Semua itu hanya saran, kaulah yang menentukan. Walaupun pada ujungnya kau akan menerima saran dariku. Selamat malam sobat.” Isi pesan tersebut.

“Aku tidak akan mengikuti saranmu yang aneh.” Balas Majid dalam pesannya.

Namun itu adalah pesan terkahir. Karena si pesan sudah tidak membalas pertanyaan terakhir Majid. Bukan karena tidak ada cara membalas, namun lebih karena Majid sudah terlelap malam itu. Keadaan sunyi di kamarnya benar-benar terasa hening dan menenangkan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • MajidNito

    @atinnuratikah gehehe thx u kak... iya emang lagi galau

    Comment on chapter Satu
  • nuratikah

    Kayak galau tingkat dewa ya ini. aku suka pembawaan ceritanya. Berkunjung ke ceritaku juga ya, ditunggu likebacknya.

    Comment on chapter Satu
Similar Tags
NADA DAN NYAWA
13188      2493     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Enigma
1402      769     3     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
My Idol Party
1061      547     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Warna Rasa
10841      1861     0     
Romance
Novel remaja
My Doctor My Soulmate
60      54     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
I'il Find You, LOVE
5486      1468     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Ketika Kita Berdua
31611      4289     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Langit Jingga
2498      841     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Sisi Lain Tentang Cinta
721      388     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Rembulan
758      419     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...