EMPAT BELAS
Pekerjaan menyiapkan segala persiapan ekstrakurikuler bukanlah hal yang mudah. Perlu ekstra energi dan kesabaran. Sebelum kegiatan itu benar-benar berdiri, Majid dan teman-temannya harus menyiapkan beberapa hal dengan segera. Karena waktu menjelang kelulusan mereka tak banyak. Salah satu yang terpenting adalah mempersiapkan ruangan kegiatan semenarik mungkin. Juga mencari calon anggota yang nantinya menjadi fondasi dari kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri.
Majid, Amir dan Rudi sedari pagi sudah sibuk mempersiapkan berbagai peralatan penunjang kegiatan ekskul. Meja dan beberapa kursi sudah mereka bersihkan. Ruangan telah di cat ulang juga sudah bersih dan rapi. Ketiga teman perempuan mereka juga ikut andil membantu. Selesai membersihkan ruangan, Sonia, Yasmine dan Martha mempersiapkan lembar pendaftaran. Persiapan seperti itu mereka habiskan selama satu hari penuh. Meskipun melelahkan, keenam anak itu terlihat menikmati aktifitas mereka.
Di sisa lima hari dalam seminggu mereka memanfaatkannya dengan memasuki kelas demi kelas, memberi pemahaman akan serunya fotografi, mencari peminat dari segala kalangan siswa. Beberapa pamflet selesai mereka tempel di setiap mading. Keenamnya merasa senang, meskipun waktu istirahat mereka habis tersita. Mereka masih bisa berkumpul di akhir waktu SMA sebelum menempuh kehidupan baru mereka masing-masing.
Tak terasa hari pengumuman kelulusan semakin dekat. Para siswa kelas XII mengadakan doa bersama. Lokasi doa bersama berada di aula sekolah dan di hadiri oleh sejumlah murid kelas XII dan guru. Doa semacam ini biasa dilakukan menjelang pengumuman kelulusan. Diharapkan dengan melakukan doa bersama, Tuhan selalu membantu para siswa dengan cahaya sucinya yang maha kuasa. Di sana juga duduk Majid beserta kedua temannya. Sementara Sonia, Yasmine dan Martha berada di tempat lain. Siswa perempuan berada di tempat berbeda, dipisahkan.
“Setelah ini kita ke ruang fotografi dulu ya.” Kata Amir.
“Boleh.” Jawab Rudi. “Yang lain bagaimana?”
“Biar aku hubungi Sonia dan yang lainnya.” Kata Majid.
Seusai acara doa bersama, semuanya sudah berkumpul di ruang fotografi. Waktu itu mendadak Amir memaksa semuanya berkumpul. Bahkan Majid dan Rudi tidak mengetahui rencana dari sahabatnya tersebut.
“Oke, karena semuanya sudah berkumpul. Dan juga para adik kelas calon anggota ekskul fotografi. Sementara memang ketua ekskul adalah aku, namun setelah tahun ajaran baru nanti ekskul ini menjadi tempat kalian untuk belajar. Jadi kalian tidak perlu sungkan untuk datang ke sini sekedar untuk main atau belajar. Karena belajar apapun di tempat yang menyenangkan dan dengan orang yang menyenangkan adalah sebuah kebahagiaan.” Jelasnya pada semua siswa yang ada di sana.
Amir mengambil satu minuman mineral gelasan dan menusukkan sedotan pada minuman tersebut, lantas meminumnya. “Maaf aku haus.” Katanya sambil tersenyum. “Hal lain yang ingin aku sampaikan pada teman-teman sekalian adalah ucapan terima kasih selama dua minggu ini sudah berpartisipasi pada kegiatan fotografi yang notabennya kita belum resmi berkegiatan sampai tahun ajaran baru di mulai. Besok siang adalah hari penentuan bagi kami siswa kelas XII. Karena hasil kelulusan kami akan disampaikan segera besok siang. Sementara dua hari setelah itu ada perubahan keberangkatanku ke Amerika. Kurang dari tujuh hari dari sekarang aku akan berangkat ke sana, jadi untuk koordinator di ekskul sementara aku serahkan ke Majid sebelum ekskul resmi di percayakan sekolah kepada kita.” Katanya menjelaskan.
Semua orang terkejut mendengar ucapan Amir yang terbilang sangat mendadak, termasuk Majid dan Rudi. Namun apa yang bisa mereka lakukan hanya memberi semangat dan ucapan selamat kepada Amir.
Majid berjalan mendekati Amir ketika pertemuan itu telah selesai. “Kenapa kau tidak bilang duluan kepada kami.” Katanya kemudian.
“Iya men.” Kata Rudi menimpali.
“Seperti biasa sobat. Aku baru mendapat kabar itu tepat pagi ini. Jika perguruan tinggi yang aku masuki memintaku untuk segera ke sana mengurus berbagai hal. Kurang lebih itu yang kakakku katakan.” Jawab Amir pelan.
“Kau sendiri gimana Rud? Kau tetap berangkat akhir bulan ini kan?” Tanya Majid.
“Iya men. Tapi aku masih harus mengurus berbagai surat-menyurat dan ketentuan. Jadi mulai minggu depan aku sudah jarang di Surakarta. Aku akan mengurus surat-menyurat itu di Jakarta.” Jawab Rudi. “Namun, sebelum berangkat ke Australia aku akan balik ke Surakarta lagi. Mengambil sisa barang-barangku.” Tambahnya kemudian.
Amir mengambil tasnya. Dia menyerahkan sebuah tas kecil kepada Majid. “Ini untukmu. Jangan kau lupakan persahabatan kita ya.” Katanya kemudian.
Majid melihat barang di tangannya. “Kau serius?” Dia sangat terkejut ketika yang diterimanya adalah sebuah kamera DSLR yang biasa digunakan oleh Amir.
“Kuharap kau tidak jenuh untuk belajar dan mengenal apa itu fotografi. Di sana juga sudah ada memori yang berisi beberapa foto kita yang sudah aku pilah dengan baik.” Kata Amir kemudian.
Majid tidak tahu harus senang atau sedih menyikapi apa yang dia rasakan saat ini. Setelah semua yang dilaluinya bersama akhirnya hari itupun datang. Walaupun dia merasa hari ini terlalu cepat untuk datang. Tanpa sengaja air matanya menetes. Dia memeluk Amir erat, juga Rudi.
Di mana ada pertemuan pasti disitu ada perpisahan. Itulah yang orang banyak yakini. Ingatan kebersamaannya dengan Amir dan Rudi kembali terkenang, menggenang dan hanyut dalam memorinya.
@atinnuratikah gehehe thx u kak... iya emang lagi galau
Comment on chapter Satu