Loading...
Logo TinLit
Read Story - High Quality Jomblo
MENU
About Us  

Jika cinta adalah bahagia, haruskah kita terluka?
--Laudito Nugroho--

CUACA cerah kurang mendukung Ayunda untuk bermalas-malasan di ranjang. Jadi, Ayunda memilih untuk nonton film horor dengan Taufan. Taufan lumayan asik, dia menyukai hal-hal yang disukai Ayunda. Banyak kesamaan di antara mereka yang membuat keduanya mudah untuk lebih dekat.


"Udah siap?"


Ayunda mengangguk pasti, mereka baru saja berpamitan dengan kedua orang tua Ayunda. Tentu saja, Taufan menjemputnya, "Udah."


"Oke!"


Dan motor Taufan meluncur begitu saja meninggalkan Perumahan Ceria menuju salah satu Mall di Jakarta. Demi menghindari macat, Taufan memilih lewat menuju jalan-jalan yang lebih kecil dan tidak terlalu ramai. 


Di atas sana, banyak sekali yang mereka bicarakan. Tentang kebiasaan Ayunda yang tidur di sekolah, nggak punya teman di kelas, dan kalau ada acara sekolah pasti langsung kabur ke kelas sahabat-sahabatnya. Lalu, sebuah pertemuan manis dengan Laut.


Begitu pula dengan Taufan. Banyak yang ia ceritakan dari kesenangannya di rumah Zara, menghadapi Zara yang manja dan penuntut, sering tawuran dengan SMK Bhakti bersama Raja, dan permasalahan kecil yang timbul di kisah asmaranya.


"Gue udah nebak kalau lo punya pacar. Terus gimana? Nanti dia marah kita jalan bareng."


Tawa Taufan di depan terdengar, "Dia nggak boleh marah, dong. Kan kami backstreet."


Ayunda mencabik tak setuju, "Sebagai cewek ya, gue kalau ada di posisi pacar lo pasti juga marah."


Taufan hanya tertawa, Taufan tahu bahwa gadisnya itu marah. Orang tua gadis itu tidak mengizinkan kekasih Taufan pacaran. Namun, Taufan hanya ingin dianggap. Meski hanya di depan teman-temannya saja.


"Gue juga nebak kalau lo itu lagi deket sama cowok lain, walau pun Zara bilang lo jomlo. Zara sayang banget sama lo, dia nggak pengen lo iri lihat mereka pacaran. Jadi Zara sering comblangin lo sama temen-temennya. Lo jangan salah paham sama Zara ya, mungkin lo nggak suka sama sikapnya, tapi dia cuma pengen yang terbaik buat sahabatnya."


"Zara juga sayang sama lo. Makanya dia ngenalin gue ke lo supaya bisa dianggap."


Setelah mereka turun dari motor, Taufan memilih untuk megantre tiket film horor yang mereka rencanakan untuk ditonton bersama. Sementara Ayunda membeli popcorn. Gadis itu memilih tiga, karena biasanya makan satu saja Ayunda nggak cukup.


Saat Ayunda tengah membeli, ia melihat sesuatu yang familiar di tempat kacamata terjual. Jadi setelah Ayunda membayar, ia memutuskan untuk menyapa orang tadi.
"Pak Laut di sini?"


Mendengar suara itu, Laut otomatis melepaskan kacamata hitam yang berbingkai navy. Ia mengenakan kembali kacamata minusnya agar dapat lebih jelas menatap mata Ayunda.


"Kamu? Hii," Ayunda tersenyum. Ia melirik Laut yang tengah membayar kacamata hitam tadi, "Kok dimana-mana kita ketemu ya?"


Ayunda menaikkan bahu, lalu menarik tali tasnya, "Sampai-sampai definisi dunia bagi kita sesempit ini, ya?"


Laut tertawa, “Padahal ya, kata orang kalau  ketemu terus itu tandanya  jodoh.”


Ayunda bergidik mendengar pernyataan Laut tersebut. Maka ia lebih memilih  meningalkan pria itu, hingga kemudian mereka berdua beriringan menuju kursi tunggu yang terletak di depan bioskop. Tidak banyak hal yang mereka bicarakan, karena Laut hanya mengikuti kemana arah gadis itu berjalan.


"Kamu mau ngajak saya nonton?"


Ayunda mengernyit, ia baru menyadari jika Laut mengikutinya. Tepat pada saat itu, Taufan datang. Ia menawarkan luka baru di hati Laut. Kedatangan Taufan bagaikan garam yang Ayunda taburkan pada lukanya.


Kalau sudah ada pacar, ngapain sih bersikap lucu di depan Saya?


"Siapa, Ay?"


Pipi Ayunda memerah ketika Taufan bertanya. Ayunda berdiri, tangannya menunjuk Laut, lalu bilang, "Pak Laut. Guru matematika di sekolah Ayunda yang paling galak."


"Oh.." Taufan tersenyum geli, dapat dia lihat betapa kecewanya raut wajah Laut saat melihat kedatangan Taufan tadi.


Menurut pandangan Taufan saat pertama melihat Laut adalah 'cocok'. Ya, cocok saja untuk Ayunda. Walau pun Taufan sendiri merasa tidak tahu dimana letak kecocokannya, tapi jika mereka berdua disandingkan terlihat begitu serasi.


"Jadi ini orangnya?" Taufan lalu berbincang-bincang dengan Laut. Laut itu dingin, itu yang Taufan tangkap saat itu. Seperti di cerita Zara.

Yang berbeda dari cerita Zara adalah Laut yang jelek itu tidak ada. Laut sangat tampan untuk ukuran pria dewasa. Laut juga tidak begitu tua, buktinya pandangan pertama Taufan saat melihat Laut dan Ayunda adalah cocok.


Perbincangan mereka terjadi begitu saja hingga Ayunda merasa terlupakan. Taufan yang tengil memang gampang sekali membuat es seperti Laut mencair. Dasar.


"Yuk, masuk."


Ayunda bingung kenapa justru Laut. Ia baru menyadari Taufan sudah lenyap dari pandangan mereka. Dengan percaya diri, Laut menautkan jemari keduanya.


"Taufan mana?"


"Katanya sih, mau beli odong-odong di Pasar Minggu. Jadi saya yang disuruh nemenin kamu buat nonton."


Ayunda memutar malas dua bola matanya. Sialan memang Taufan.

***

"WAAA!!!" Ayunda memeluk lengan  Laut erat-erat. Matanya menyembul satu untuk mengintip layar yang lebar di hadapannya. Seorang nenek-nenek dengan rambut panjang dan wajah penuh darah terlihat. Lalu, ketika suara timbul kembali dengan suara yang mengagetkan, Ayunda kembali berteriak, "Aaa!!"


Berbeda dengan Ayunda yang histeris, Laut tampak begitu santai. Ia menonton sambil mesam-mesem dengan satu kaki yang bertumpu pada kaki satunya. Bukan karena nenek-nenek di film itu sangat menarik, namun tingkah gadis di sampingnya membuat Laut tidak bisa berhenti tersenyum.


"Untung kamu jadinya nonton sama saya, ya?"


Setelah adegan mulai lebih tenang, Ayunda mendongak ke arah Laut, "Emang kenapa kalau sama Taufan?"


"Kamu pasti bakal peluk-peluk itu cowok," Uajr Laut dengan nada tak suka. Dan berhasil membuat Ayunda tersenyum.


Sambil memakan popcorn, Ayunda makan dalam keheningan. Membiarkan film di depannya yang menjadi suara, juga jeritan-jeritan penonton lain di depan. Ayunda mulai tak fokus kepada film, namun ia lebih sering memperhatikan yang ada di sampingnya. Yang jauh lebih menarik, yang jauh lebih menggoda.
"Cita-cita kamu mau jadi apa?"


"Penulis. Tapi Ayunda juga pengen kerja di kapal pesiar. Jalan-jalan naik kapal besar mengitari Lautan kayaknya menyenangkan."


Mendengar jawaban Ayunda, Laut hanya mampu menghela napas asa. Dengan Laut yang menjadi guru dan punya tanggung jawab di sekolah, dan Ayunda yang bermimpi besar untuk di kapal pesiar, banyak kemungkinan bahwa bersatu adalah hal yang mustahil, "Nggak takut kapalnya tenggelam?"


Ayunda menggeleng, "Kematian itu udah diatur sama yang di atas, Pak. Saya nggak takut. Selama saya suka, saya akan melakukan. Banyak kan? Korban tenggelam di lautan tapi masih selamat. Jatuh dari pesawat, tapi masih bisa tetap hidup."


"Kalau mimpimu sebesar itu, kenapa nggak belajar? Kata guru-guru yang lain. Nilai kamu itu ada di bawah sendiri satu jurusan."


Ayunda tertawa, ia tahu akan hal itu. Namun Ayunda membiarkan saja. Yang penting, nilai di raport tidak turun. Naik, walau pun hanya sedikit-sedikit.


"Saya lebih mentingin nulis wlek.. Di kelas aja sering tidur."


"Bahkan nggak hanya sekali dua kali terlambat datang ke sekolah?"


“Abis males berangkat kepagian. Gak ada temen.”


“Tapi kalau telat, kamu yang rugi. Kamu nggak bisa ikut pelajaran. Ingat, Ayunda. Kamu boleh bermimpi setinggi angkasa. Pepatah pun berkata begitu. Bermimpilah setinggi angkasa, karna kau akan jatuh di antara bintang-bintang. Tapi kamu juga tetap harus mengandalkan pendidikan. Pendidikan itu penting. Jangan mau jadi penulis yang tidak berkualitas. Kamu boleh marah sama keadaan, tapi jangan  sampai kamu membuat dirimu tidak berkualitas. Apa pun cita-cita kamu, Saya harap kamu bisa belajar dengan benar. 


Ayunda menghela napasnya. Masih sambil memakan popcorn, ia bercerita tentang kisahnya di sekolah, "Akuntansi 3 adalah neraka dunia yang sempurna bagi Ayunda. Di sana, Ayunda ngerasa sakit. Bahkan pemicu Ayunda jadi introvert karena mereka sering membedakan Ayunda. Untungnya, masih ada girls squad yang setia sama Ayunda. Jadi Ayunda masih punya alasan buat ke sekolah.


..Sumpah, Ayunda dulu selama SD dan SMP nggak pernah bolos. Tapi sekarang, Ayunda sering ijin buat pura-pura sakit. Ayunda nggak betah ketemu mereka. Bilang sama guru BP, tapi nggak membantu. Malah Ayunda yang dipojok-pojokin sama guru BP. Karena guru BP sudah termakan omongan Julia."


Dan membayangkan kepedihan di kelas, Ayunda menelan makanan itu dengan susah payah. Mendadak popcorn yang tadinya enak terasa pahit di lidah Ayunda.


"Ayunda kalau malam nulis, biar suatu hari nanti Ayunda bisa menjadi penulis sesuai mimpi. Jadi Ayunda nggak perlu lagi besosialisai dengan makhluk jahat di luar sana."


Dan menyadari bahwa Ayunda membuka luka yang dia tutup rapat-rapat, membuat Laut merasa bersalah. Laut mengambil tubuh gadis itu, membawa ke dalam pelukannya.


"Percayalah, semua akan baik-baik saja."


Meski pun Ayunda ragu dengan pernyataan Laut, ia tetap mengangguk.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 3 2 1 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • Watermelon16543

    Greget parah 😘

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Ayuni912P

    @PauloCleopatra2339 Karena Author kweren! :D

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @Cantikalucu ya tapi kenyataan Pak Laut nggak sebaik Laudito Nugroho

    Comment on chapter END
  • Ayuni912P

    @DolphinLuluk Biarin abis Pak Laut jahat. Katanya Guru tapi gak patut digugu dan ditiru

    Comment on chapter END
  • PauloCleopatra2339

    Karakter Ayunda kenapa bisa unyu? Pak Laut juga emesss

    Comment on chapter BAGIAN SATU : Kamu, Aku, Kita Berbeda.
  • Cantikalucu

    Suka banget pasangan ini. Kalau nyata pasti gemesin ya???

    Comment on chapter SEMBILAN BELAS : Tulip Kuning
  • DolphinLuluk

    Emang ya si Ayunda, sopan santunnya kalau sama Laut suka ngawur. Itu gurumu Ayyyyy :D Gemazz

    Comment on chapter BAGIAN DUA : High Quality Jomblo
  • Ayuni912P

    @FANAMORGANA makasih lho haha

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Ayuni912P

    @Kia_kun katanya cinta itu harus diperjuangkan. Itu cara Rani memperjuangkan cintanya.

    Comment on chapter TIGA PULUH : Ayunda dan Ayah
  • Kia_kun

    Rani s egois....

    Ckckck....

    Ngak sadar sama apa yang udah dilakuin eh malah nambah rugi orang lain

    Comment on chapter TIGA PULUH DUA : Berpisah Itu Mudah
Similar Tags
Bad Wish
29885      2545     3     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.
My Rival Was Crazy
146      129     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
AMBUN
472      335     1     
Romance
Pindahnya keluarga Malik ke Padang membuat Ambun menjadi tidak karuan. Tidak ada yang salah dengan Padang. Salahkan saja Heru, laki-laki yang telah mencuri hatinya tanpa pernah tahu rasanya yang begitu menyakitkan. Terlebih dengan adanya ancaman Brayendra yang akan menikahkan Ambun di usia muda jika ketahuan berpacaran selama masa kuliah. Patah hati karena mengetahui bahwa perasaannya ditiku...
Rinai Hati
544      298     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
Horses For Courses
12031      2401     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Persapa : Antara Cinta dan Janji
8154      1980     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
About us
32407      3109     3     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8753      2787     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
The Puzzle
1245      722     4     
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
Young Marriage Survivor
3054      1097     2     
Romance
Di umurnya yang ke sembilan belas tahun, Galih memantapkan diri untuk menikahi kekasihnya. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan, Galih merasa ia tidak bisa menjalani masa pacaran lebih lama lagi. Pilihannya hanya ada dua, halalkan atau lepaskan. Kia, kekasih Galih, lebih memilih untuk menikah dengan Galih daripada putus hubungan dari cowok itu. Meskipun itu berarti Kia akan menikah tepat s...