Sinb keluar dari dalam ruang musik disambut oleh Yuju dan juga Sowon. Mereka terlihat begitu mencemaskannya. Sinb yang diperhatikan mereka berdua jadi salah tingkah dan merasa kikuk. Selama ini? Ia jarang sekali memiliki teman yeoja, ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman namja. Karena baginya seorang namja itu lebih simpel dari seorang yeoja yang begitu rumit, namun setelah perceraian orang tuannya Sinb lebih suka menyendiri. Berhubungan dengan begitu banyak manusia membuatnya lelah.
"Gwanchana?" Lagi, pertanyaan itu yang muncul pertama kali dari mulut Yuju. Sinb menduga Yuju tahu dari Sowon dan Sinb menghela nafas lelah.
"Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kau cemaskan." Ucap Sinb sembari memaksakan senyumnya. Yuju sedikit geli karena biasanya Sinb akan langsung memprotes sikap berlebihan dari Yuju, namun saat ini? Sepertinya itu tidak akan mudah karena gadis itu berusaha untuk membuat Sowon nyaman. Satu kemajuan yang bagus, karena ia sedikit memberi peluang orang lain untuk lebih dekat dengannya dan belajar untuk peduli terhadap perasaan orang lain menurut Yuju.
"Dokyeom membantumu kan?" Kali ini Sowon angkat bicara dan Sinb mengangguk.
"Kalian tenang saja. Semuanya sudah selesai." Kata Sinb berusaha seramah mungkin.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita ke kantin saja. Sekarang masih jam kosong." Tawar Sowon untuk mencairkan suasana. Sepertinya gadis itu menyadari kekikukan Sinb. Yuju hanya mengawasi mereka sembari berusaha untuk menahan tawanya.
"Baiklah!" Jawab Sinb.
"Kajja!" Sahut Yuju.
Mereka bertiga pun berjalan beriringan. Dengan segala kekikukan Sinb, rasa pemakluman yang besar dari Sowon dan Yuju yang selalu jadi moodboster mereka, mungkin ditempat ini Sinb akan memperoleh teman bahkan mungkin seorang sahabat. Setelah beberapa meter mereka berjalan, Dokyeom keluar dari dalam ruangan musik sambil tertawa geli. Menyadari bahwa tak melihat kekasihnya maupun Sinb disini, ia pun mencari kedua gadis itu sampai ia menemukan mereka berjalan beriringan.
"Yak! Tunggu aku!" Teriaknya, namun seperti biasa Sinb hanya mengangkat tangannya tanpa menoleh dan Sowon bahkan tidak menoleh sedikit pun.
"Wah, bahkan dia sudah memberikan pengaruh buruk kepada Sowon ku." Keluh DK sembari berjalan dengan cepat menyusul rombongan gadis itu.
Beberapa menit kemudian mereka duduk berhadapan di satu meja. Sinb, Yuju, Sowon dan DK, mulai bercakap-cakap tentang sesuatu yang ringan sampai perdebatan antara Sinb dan DK. Sowon dan Yuju hanya tertawa geli melihat kelakuan mereka berdua. Setidaknya Sinb terlihat seperti gadis normal menurut Yuju dan itu cukup melegakan, sementara Sowon? Gadis itu tidak merasa risih dengan kedekatan mereka malah ia merasa menikmati momen kebersamaan mereka. Sowon merasakan kehangatan disini, kehangatan ditengah-tengah kerasnya sistem herarki yang diterapkan oleh sekolah elit ini, jadi ia hanya diam mengamati perdebatan keduanya. DK terlihat gemas ketika Sinb bahkan tidak membahas tentang apa yang terjadi barusan?
"Jadi? Apa kau bahkan lupa bagaimana caranya mengucapkan terima kasih?" Sindir DK
"Untuk?" Sinb seolah mempertanyakan kembali pertanyaan DK tentu dengan tatapan datarnya. Yuju dan Sowon terkikik. Terkadang Sinb itu cukup menggemaskan hanya dengan melihat ekspresinya saja.
"Oh Tuhan! Kau benar-benar membalikkan keadaan. Beberapa menit yang lalu gadis ini mengatakanku dungu dan sekarang dia benar-benar dungu!" Kali ini DK terlihat begitu kesal dan Sinb masih tetap memasang ekspresi datarnya.
"Yak! Kau pikir kau sudah membantuku? Kau itu benar-benar ceroboh seperti biasanya." Omel Sinb.
"Apa maksudmu?" Ucap DK selalu dengan ekspresi berlebihannya. Entah kenapa Sowon bisa menyukai pria ini? Semua orang masih mempertanyakan itu, melihat tabiat dan penampilan DK yang jauh dari kata elegant sementara Sowon adalah salah satu bidadari di Jeon Ho High School.
"Kau tidak pernah menyelesaikan apapun yang kau perbuat sampai akhir! Lihat saja, semakin kau berusaha melindungiku dengan caramu yang aneh itu, maka para chaebol manja itu akan terus mengusikku. Secara tidak langsung kau telah menyerahkanku pada mereka." Sinb mulai bisa membaca tujuan DK dibalik kebaikan pria ini. Dia licik seperti biasanya, batin Sinb.
"Kenapa kau berfikir seperti itu? DK oppa sudah berusaha membantumu agar kau tidak ditandai oleh mereka!" Tegur Yuju yang merasa tak enak hati pada Sowon dan DK karena sikap keterus terangan sepupunya itu.
"Kau tidak melakukan itu kan chagi?" Sowon melayangkan pertanyaan kepada DK. Sepertinya gadis itu sedikit meragukan kekasihnya, karena ia cukup tahu seperti apa kelakukan kekasihnya itu. Salah satu pria langka dan sering dijuluki 'Evil Hyung' karena kerjaannya selalu menjahili hoobienya.
"Hahaha kau selalu cerdas seperti biasanya." Reaksi yang cukup mengejutkan bagi Yuju dan Sowon menggelengkan kepalanya. DK tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Sinb, malahan ia tertawa seolah mengejeknya.
"Kalian lihat bukan seberapa busuknya pria ini! Dia berusaha untuk memasukkanku pada permainan gilanya." Sinb menghela nafas sebal. Sepertinya mereka berdua memang sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain.
"Wkwkwkwk...Itu memang benar. Aku akan memberikan nilai 80 untuk mu karena bisa menebaknya, tapi kau belum menebak semua rencanaku bukan? Haha, ini sungguh begitu mengasyikkan." Pekiknya sembari terus mengejek Sinb
BRAK
Sinb menggebrak meja dan menatap tajam DK. "Kau harus bertanggung jawab untuk ini!" Yuju dan Sowon terlihat tegang ketika menyadari suasana semakin memanas, sementara DK tetap memperlihatkan sikap santai seperti biasanya.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Ucap DK dengan nada enteng.
"Kau sangat tahu apa yang ku mau hyung." Ucap Sinb sambil duduk kembali dan ekspresi berubah sedikit lebih santai. DK tersenyum sambil menggeleng tak percaya.
"Kimchi...Jajamyun...Ramyun?" Hah? Ekspresi Yuju dan Sowon seolah mengatakan itu. Bagaimana DK mengatakan hal yang tak masuk akal tentang Kimchi dan Jajamyun? Bukankah mereka berdua sedang bertengkar sekarang? Sebenarnya yang aneh itu siapa? Yuju dan Sowon yang tidak mengerti dengan arah percakapan kedua orang itu atau Sinb dan DK yang aneh karena berbicara sesuatu yang tidak mudah di mengerti.
"Oppa, tidak bisakah kau serius sedikit?" Ucap Sowon. Ia cemas kalau ini akan menjadi perkelahian antara Sinb dan kekasihnya.
"Benar Sunbae. Kau cukup mengenal Sinb kan? Tolong jangan terus memprovokasinya. Dia sangat menakutkan jika marah." Kali ini Yuju yang angkat bicara. Ia juga tak mau melihat dua orang itu bertengkar, dia sudah cukup tegang untuk hari ini.
"Jajamyun! Aku menginginkan itu hyung." Dengan ekspresi datar seperti biasanya.
"HAH???????" Ucap Yuju dan Sowon bersamaan. Mereka berdua menatap bergantian dua orang aneh ini.
"Hahaha...Aku akan membuatmu melayang dengan Jajamyunku. Kalian juga mau?" Tawar DK kepada Sowon dan Yuju. Mereka berdua masih tak mengerti dengan apa yang terjadi? Dari pertengkarang sekarang membahas tentang makanan? Masih tidak ada respon dari keduanya karena Yuju dan Sowon masih menatap tak mengerti mereka berdua. DK yang sedikit lebih tanggap segera angkat bicara.
"Ah, dia selalu menyuruhku untuk memasak semua makanan kesukaanya jika aku melakukan kesalahan kepadanya dan kalian tahu? Dia akan memakan semuanya...Aku benar-benar tidak mengerti kenapa ada gadis seperti dia di dunia ini?" Yuju dan Sowon mengaga, menatap Sinb tak percaya. Yuju, baru menemukan kebiasaan lain yang aneh dari sepupunya Sinb.
"Kau makan begitu sedikit ketika dirumah tapi kenapa bisa dia mengatakan itu?" Masih dengan rasa penasaran dan ketidak percayaannya, Yuju bertanya kepada Sinb untuk memastikan apa yang ia dengar adalah kebenaran. Sinb yang ditatap dengan serius oleh ketiga orang itu hanya mampu menunjukkan ekspresi kikuknya.
"Aku hanya akan makan banyak ketika itu masakan yang dibuat olehnya." Tuding Sinb kepada DK yang seketika membuat mereka semua semakin tak mengerti. DK tertawa geli melihat Sinb salah tingkah dibuatnya karena kedua gadis itu.
"Begini, maksud gadis aneh ini adalah dia akan memperoleh kesenangan tersendiri ketika ia melihatku kesusahan dalam memasak. Itu bentuk pembalasannya terhadapku." Tutur DK sambil tertawa mengingat kelakuan konyol mereka.
"Oh..." Jawab Sowon dan Yuju bersamaan. Memang terdengar aneh tapi mulai dari sekarang mereka berdua harus mulai terbiasa dengan satu orang aneh lagi setelah DK.
Hari pertama Sinb memang lebih banyak jam kosong, jadi mereka lebih sering menghabiskan waktu di luar kelas ketimbang didalam kelas. Mereka berempat masih terus berbicara dengan segala keseruan dari seorang pencerita handal DK. Kekocakan pria itu mampu membuat ketiga gadis itu terkadang terkekeh geli. Terkadang Sinb memandang mereka satu persatu kemudian tersenyum.
---***---
Sinb pov
Sekarang adalah hari keduaku memasuki sekolah ini. Aku sangat berharap tidak akan ada lagi sesuatu yang mengejutkan yang akan datang. Aku sudah cukup kesal dengan ulah para chaebol manja itu dan sekarang? Aku tidak ingin lagi berurusan dengan mereka.
Tuhan...Aku benar-benar ingin menjadi siswa yang baik disini sekarang. Aku ingin lulus dengan damai dan tentram. Apakah itu terlalu sulit?
"Apa yang kau fikirkan?" Aku menoleh kepada Yuju yang duduk disebelahku dengan jarak setengah meter. Aku hanya menggendikkan bahuku. Kami sekarang sedang berada didalam kelas setelah bel pelajaran pertama akan dimulai, namun Jung Songsaenim belum datang untuk mengisi mata pelajaran Matematika.
"Kau pelit seperti biasanya." Protesnya yang segera membuatku tersenyum.
"Apa setiap kali yang ku fikirkan kau harus tahu? Ah, bahkan dalam sebuah persidangan tidak semua saksi harus mengatakan semua yang ia lihat didalam kejadian itu bukan?" Yuju pun menghela nafas.
"Seperti biasa, kau selalu mengeluarkan argumenmu yang tidak pernah bisa dibantah oleh orang lain. Ah, ku rasa paman sudah mengajarkan banyak hal kepadamu dan kau layak untuk menjadi penerusnya." Kata Yuju dengan ekspresi sebalnya. Dia cukup tahu bahwa aku tidak begitu suka dengan pembahasan tentang kedua orang tuaku.
"Sekali lagi kau mengatakan tentang mereka? Aku akan membuat mulutmu bungkam seumur hidup!" Ancamku dan aku hanya melihat cengiran khas tanpa dosa darinya. Setidaknya dia dan keluarganya sedikit memberikan warna pada hidupku yang cukup berantakan ini.
Pada kenyataannya memang benar. Dulu Appa sering membahas beberapa khasus dengan aku dan Eomma. Aku tumbuh dengan pengetahuan beberapa hal tentang hukum dari yang ku dengar saat keluargaku utuh dulu. Dan obrolan kami terhenti ketika Jung Songsaenim memasuki kelas dan dengan diiringi beberapa siswa lain. Aku dapat menangkap dua chaebol manja itu juga masuk.
"Hwang Sinb...Bukankah kau murid baru disini?" Aku mengangguk.
"Kalau begitu tolong perkenalkan dirimu kepada teman-temanmu di kelas ini." Hal pertama yang ku benci ketika memasuki sekolah baru adalah perkenalan. Ku pikir itu hanya sesuatu yang tidak begitu penting. Alasan sebuah perkenalan adalah semua orang akan tahu siapa kita, namun untuk sekolah seperti Jeon Ho itu tidak cukup berlaku. Beberapa hal yang ku peroleh dari Yuju kemarin, bahwa hal yang pertama akan dipertanyakan adalah 'Kau berada di tingkatan berapa? 1,2,3...' mereka hanya akan memandang dan mulai mengingat namamu dari tingkat mana kau berasal. Cukup mengesalkan bukan?
Dengan sangat terpaksa, aku pun melangkahkan kakiku kedepan. Menghadap beberapa puluh siswa hanya untuk perkenalan basa-basi yang tidak begitu penting seperti ini.
"Annyeong haseyo...Hwang Sinbi-imnida... Mannaseo bangapseumnida..." Aku dapat menangkap berbagai macam ekspresi. Ada yang menatapku dengan ekspresi senyum, senyum yang tulus? atau mengejek? Entahlah, yang pasti aku tidak suka dengan senyum namja yang sudah kurang ajar menciumku! Sungguh aku benar-benar ingin membantingnya lagi. Belum lagi pandangan yang cukup menusuk dari namja yang sebangsa dengannya, rasanya ingin ku congkel kedua mata itu. Sialan! Kenapa aku harus satu kelas dengan kedua kunyuk sialan itu???
"Sekarang kau boleh kembali ketempat dudukmu." Aku pun menuruti ucapan Jung Songsaenim. Aku menghela nafas lega dan duduk kembali di bangkuku.
Sinb pov end
Hari semakin siang dan bel menandakan tengah jam istirahat telah berbunyi beberapa menit lalu. Sinb masih serius berusaha untuk mengerjakan beberapa soal mata pelajaran yang telah ia pelajari beberapa jam yang lalu.
"Kau tidak ikut kekantin?" Tanya Yuju dan Sinb mengangguk.
"Kau yakin?" Tanya Yuju lagi.
"Ne..." Jawab Sinb singkat.
"Ya sudah, kau tidak titip sesuatu?" Tawar Yuju dan kini Sinb menatap sepupunya itu dengan ekspresi datarnya.
"Kalau aku membutukan sesuatu, aku akan pergi sendiri." Yuju menghela nafas.
"Baiklah." Ucapnya sembari meninggalkan Sinb. Yuju benar-benar tidak mengerti dengan sikap Sinb yang terus berubah setiap saat. Terkadang gadis itu terlihat ramah, dingin dan tak jarang Yuju melihatnya terdiam dengan ekspresi sedihnya.
Setelah Yuju pergi, Sinb memutuskan untuk pergi berkeliling sekolah ini sendirian. Sepertinya gadis itu memang lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Tujuannya saat ini adalah sebuah atap gedung sekolah, sepertinya tempat itu lebih nyaman baginya dan lebih membuatnya bisa bernafas lega.
Dari atap gedung Sinb bisa melihat area sekolah dibawah dengan jelas dan setidaknya ia juga tidak mendengarkan kebisingan sekaligus tatapan tak mengenakkan dari beberapa orang. Ia kemudian memandang dengan takjub beberapa halaman luas yang ditumbuhi beberapa corak bunga dan pepohonan yang rindang. Selain ellit Jeon Ho adalah salah satu sekolah yang menggambarkan keindahan, setidaknya ada beberapa hal yang membuat Sinb bisa bertahan disekolah ini.
"Sebuah atap adalah tempat bagi sekumpulan anak aneh." Celetuk seorang namja yang kini tengah berdiri disamping Sinb. Seketika gadis itu menoleh dan mendengus sebal ketika melihat bahwa namja itu adalah Jeon Wonwoo.
"Ka! Aku sedang tidak ingin berdebat atau memulai perkelahian dengan siapapun!" Ucap Sinb dengan nada malasnya. Wonwoo hanya menyeringai dengan tatapan yang masih lurus kedepan.
"Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa kau sebegitu santainya ketika berbicara denganku dan memakai banmal juga?" Kali ini Wonwoo memandang Sinb yang mendesah dan menatap kembali dirinya dengan malas.
"Kita seumuran." Jawabnya singkat.
"Kita tidak cukup dekat untuk berbicara banmal nona dan perlu kau ingat..."
"Hirarki konyol itu? Harus berapa kali ku katakan? Hukum apapun itu tidak akan berlaku bagi diriku, jika aku tidak benar-benar mengakuinya. Bukan hanya kau dan namja itu saja yang bisa bertingkah seenaknya, aku juga bisa melakukannya! Ah, kau benar-benar membuat siangku menjengkelkan!" Sinb berjalan hendak meninggalkan Wonwoo, namun namja itu meraih tangannya. Sekarang posisi keduanya saling berdekatan dengan jarak beberapa inci saja. Sinb terlihat begitu sangat kesal.
"Jangan sampai kau berlaku brengsek seperti temanmu itu!" Umpat Sinb membuat Wonwoo menyunggingkan senyum jahatnya. Jeon Wonwoo meskipun ia terlihat begitu kejam namun tatap saja tidak ada yang mampu menolak pesona dan kharisma kuatnya.
"Jangan terlalu percaya diri dulu Hwang Sinb. Kau tidak cukup menarik bagiku, kau hanya seperti bunga di tepi jalan. Hanya dipandang sesaat dan terabaikan." Ucapnya dengan sinis yang kini mendorong tubuh Sinb dengan kasar dan beranjak pergi. Sinb terdiam dan terlihat sedih dengan ucapan Wonwoo, namun gadis itu mengubah ekspresinya kembali dan berusaha menguatkan dirinya.
"Kau! Beraninya kau memandang rendah diriku?" Teriak Sinb dengan ekspresi penuh amarah. Wonwoo berhenti melangkah namun tak membalikkan badannya.
"Aku hanya berusaha untuk mengingatkan dimana posisimu, sebelum semua orang akan menyerangmu! Aku sudah cukup baik bukan?" Ucapnya membuat Sinb bertambah kesal. Ia berjalan menghampiri Wonwoo dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa mereka harus menyerangku? Aku tidak pernah berusaha untuk mengusik siapapun termasuk dirimu. Kenapa kalian sangat tertarik sekali ingin menggangguku? Apa yang menarik dariku sampai kalian terus melakukan ini?" Kata Sinb dengan emosi sembari menarik-narik jas Wonwoo. Dengan santai Wonwoo mengambil kedua tangan Sinb dan melepaskannya dari jas miliknya.
"Karena aku tidak suka melihat sandiwaramu. Sandiwara seolah-olah kau seseorang yang begitu kuat namun kenyataannya kau sama seperti gadis pada umumnya, rapuh dan butuh pertolongan. ckckck...Aku begitu muak melihatnya." Wonwoo akhirnya berjalan kembali dan membiarkan Sinb mematung dan tak mampu membalas perkataan Wonwoo.
Wonwoo pov
Ah, brengsek! Ada apa sebenarnya denganku? Seharusnya kau tidak perlu memperdulikan gadis itu Wonwoo, tapi kenapa? Aku benar-benar tidak bisa membiarkannya setiap kali ia terlihat didepan mataku. Ini benar-benar tidak seperti gayaku.
Aku selalu malas jika berurusan dengan seorang yeoja. Aku lebih memilih berkelahi dengan siapapun kecuali itu seorang yeoja, namun entah mengapa? Setiap kali aku melihat yeoja itu rasanya aku ingin terus berdebat dengannya.
Aku sungguh penasaran dengannya dan begitu ingin melihatnya terus berbicara dengan pola pikirnya yang berbeda dari kebanyakan yeoja lain. Ia memiliki pemikiran yang bebas dan tidak pernah terpengaruh dengan apapun disekelilingnya.
Masih cukup ku ingat bagaimana dia membanting tubuhku. Itu pertama kalinya ada seorang yeoja yang mampu membanting tubuhku dan perdebatan kami kemarin tentang bagaimana ia membahas hirarki itu. Sekali lagi ku katakan dia punya warna berbeda dari kebanyakan yeoja lain, namun aku juga dapat melihat sisi lain dari dirinya. Sisi dimana ia mulai memainkan peranan lain, sebuah permainan yang cukup sering dimainkan kebanyakan orang, sebuah puncak dari rasa kesendirian dan sebuah sandiwara besar, sialnya itu sangat mirip denganku. Aku sangat membencinya karena itu mengingatkan ku pada diriku sendiri, pada setiap hal yang cukup menyiksa diriku.
Dan sekarang? Aku meninggalkannya dengan kata-kata kasarku yang sama sekali tak ku mengerti kenapa aku bertindak seperti itu? Bukan kebiasaanku berurusan dengan seorang yeoja, mungkin untuk saat ini dia adalah pengecualiannya.
Hm...Ku rasa aku lebih brengsek dari Mingyu.
Wonwoo pov end
"Jangan terlalu percaya diri dulu Hwang Sinb. Kau tidak cukup menarik bagiku, kau hanya seperti bunga di tepi jalan. Hanya dipandang sesaat dan terabaikan."
Kata-kata Wonwoo masih saja terus terngiang dikepala Sinb. Bahkan ketika ia berjalan menuruni tangga dan melewati lorong sekolah. Ia juga tak menghiraukan panggilan DK yang sekarang sedang duduk bersama Mingyu di depan ruangan musik.
"Ada apa dengannya?" Gumam DK.
"Wae?" Tanya Mingyu
"Tidak biasanya dia berekspresi seperti itu? Kecuali..." DK menghentikan perkataannya seolah berfikir keras sementara Mingyu dibuat penasaran olehnya.
"Kecuali apa Hyung? Kau membuat penasaran saja." Omel Mingyu yang dibalas dengan cengiran khas DK.
"Kau mulai tertarik kepadanya?" Goda DK yang membuat Mingyu menatapnya malas.
"Tentu saja aku tertarik kepadanya. Aku masih penasaran dengan rasa bibirnya yang manis."
PLETAK
"Yak! Hyung, kenapa kau menjitakku???" Protes Mingyu
"Jangan samakan dia dengan kebanyakan gadis disini, dia berbeda. Aish, untung aku sedang baik hati kalau tidak? Aku sudah membunuhmu!" Mingyu terkekeh.
"Kau serius sekali, apa kau pernah menyukainya? Mengakulah hyung..." Goda Mingyu membuat DK ingin menjitaknya kembali namun Mingyu yang tanggap menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.
"Yak! Tidak bisakah kau serius sekali saja? Karena itu kau tidak pernah akur dengan Wonwoo." Omel DK yang terdengar seperti seorang eomma mengomeli anaknya. Mingyu terdiam sambil menghela nafas dalam.
"Kami tidak akan bisa sama seperti dulu lagi hyung, jadi berhentilah berharap." Ucap Mingyu dengan malas.
"Kenapa tidak? Kalian masih bisa bersahabat seperti dulu." Bujuk DK dengan optimisnya yang selalu berlebihan.
"Dia akan berhenti membenciku kalau Bona kembali lagi kemari." Kali ini DK yang menghela nafas berat. Ia cukup tahu masalah apa yang dihadapi kedua hoobie sekaligus sahabatnya ini. Kejadian beberapa tahun yang lalu, yang masih menjadi bahan perbincangan sampai detik ini. Kedua hoobienya ini terlibat cinta segitiga dengan seorang gadis bernama Kim Bona yang berujung pada permusuhan oleh keduanya.
Setelah kejadiaan itu Wonwoo menjadi pribadi yang dingin dan kasar, ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk membully beberapa siswa dan berkelahi dengan siswa dari sekolahan lain. Mingyu kini lebih suka mengoleksi banyak kekasih dan menargetkan seseorang untuk menjadi bahan mainannya.
"Pasti ada akhir dari semua ini." Guman DK yang hanya dibalas dengan ekspresi ketidak pedulian dari Mingyu. DK cukup tahu sebenarnya mereka masih saling perduli satu sama lain, namun karena keegoisan yang masih besar dan sikap kekanak-kanakan mereka membuat keduanya masih saja bermusuhan sampai detik ini.
---***---
Yuju menghampiri Sinb yang sedang sibuk mengemasi alat tulis dan beberapa buku, memasukkannya kedalam tas rangsel miliknya. Yuju ingin mengatakan bahwa dia ada ekskul saat ini, namun ia sedikit cemas dengan sepupunya ini. Yuju tidak tega membiarkan sepupunya ini pulang sendirian.
"Wae?" Tanya Sinb yang merasakan kegelisahan Yuju.
"Aku akan mengikuti kompetisi menyanyi beberapa minggu lagi dan hari ini adalah jadwalku untuk latihan, jadi mian aku tidak bisa pulang bersamamu." Ucapnya dan Sinb mengangguk.
"Ne, aku mengerti." Jawab Sinb singkat.
"Kau tidak apa-apa pulang sendirian? Apa perlu aku beritahu DK sunbae?" Tawar Yuju yang seketika mendapatkan membuat Sinb melotot kearahnya.
"Andwae! Aku bisa pulang sendiri." Ucapnya dengan kesal dan Yuju hanya terkikik.
"Ka! Pergilah latihan sebelum kau terlambat." Usir Sinb dan segera Yuju meninggalkan gadis itu sendirian.
Pada akhirnya Sinb harus pulang sendirian. Ia berjalan seperti biasanya melewati lorong sekolah yang lumayan panjang sampai ketika seseorang menghadangnya. Tangannya menyodorkan sebuah coklat untuknya, Sinb memandang malas namja dihadapannya.
"Ini sebagai permintaan maaf karena telah menciummu kemarin." Ucapnya sembari berlutut dihadapan Sinb. Sinb cukup terkejut dengan aksi berlebihan dari namja dihadapannya ini. Kim Mingyu, kenapa kebanyakan yeoja begitu menyukainya? Kini Sinb tahu, karena namja ini benar-benar perayu handal, berandalan cinta. Sinb merasa muak dengan perlakuan Mingyu.
"Menyingkirlah sebelum aku menendangmu!" Ancam Sinb yang membuat Mingyu segera mendongakkan kepalanya, menatap gadis itu tak percaya.
"Kau menolak permintaan maafku?" Ucapnya sok polos membuat Sinb semakin kesal.
"Ne, Wae? Kau tak terima? Ciuman pertamaku kau hargai dengan satu coklat? Kau benar--benar ingin mati hah?" Geram Sinb yang seketika membuat Mingyu tertawa geli. Sinb akan menendang Mingyu kalau saja ia tidak lupa bahwa ia telah salah bicara dan Sinb membeku seketika.
"Wkwkwkwk...Itu ciuman pertamamu? Kau tidak pernah berciuman sebelumnya?" Mingyu tidak bisa menghentikan tawanya. Wajah Sinb merah merona sekarang, gadis itu sungguh merasa malu.
"Hwang Sinb...Kau benar-benar bodoh!" Gumamnya pada diri sendiri dan segera, ia meninggalkan Mingyu yang masih terkekeh geli melihat kelucuan Sinb. Tawanya hilang setelah ia melihat Sinb mulai menjauh.
"Gadis yang cukup menarik, ku pastikan aku akan mendapatkanmu" Gumam Mingyu sembari tersenyum penuh arti menatap punggung Sinb yang semakin menjauh.