Setelah sampai di rumah sakit dan melihat Yuju beserta Mingyu telah ditangani dokter, Sinb pingsan seketika membuat Wonwoo panik dan segera menggendongnya untuk mendapatkan perawatan dokter juga.
Sudah seharian ini Sinb pingsan dan Wonwoo menjaganya, meskipun lingkaran hitam itu tergambar jelas dibawah kedua matanya. Wonwoo tidak akan tenang sebelum melihat Sinb membuka matanya, meskipun dokter mengatakan bahwa Sinb baik-baik saja hanya gadis itu kelelahan.
"Wonwoo...Bagaimana keadaannya?" Wonwoo membalikkan badan dan mendapati Ny. Jeon datang dan segera memeluk anak semata wayangnya ini. Wonwoo dapat menyalurkan sedikit ketegangannya pada eommanya.
"Ia kelelahan eomma, karena itu Sinb belum sadar." Lirih Wonwoo membuat Ny. Jeon menghela nafas.
"Eomma sungguh tidak menyangka Bona akan melakukan hal semacam ini. Dari awal kau bersamanya, eomma sudah tidak menyukainya. Apa lagi sampai membuat persahabatan mu dengan Mingyu berubah seperti ini. Eomma juga sudah membereskan semuanya, Mingyu dan Yuju sudah lebih baik dan masalah Bona, eomma sudah menyuruh pengacara kita untuk mengurusnya." Ungkap Ny. Jeon yang dapat membaca segala kekhawatiran anaknya ini meskipun Wonwoo tak mengatakannya. Wonwoo merasa lega seketika mengetahui itu dari eommanya.
"Gomawo eomma..." Ucap Wonwoo dan Ny. Jeon segera meraih wajah anaknya yang tampan ini.
"Jangan bersedih lagi, Sinb akan segera bangun dan masalah pertunangan kalian? Itu bukan masalah yang besar, kapan pun kita bisa merencanakannya lagi. Kali ini mungkin Appamu akan terlibat, tempramennya sangat buruk. Aigo, untung saja kau tak sepenuhnya sama dengannya." Keluh Ny. Jeon membuat Wonwoo sedikit tersenyum.
"Jadi, dia mulai memperdulikan kita? Apakah sekarang ia berfikir bahwa kita juga berharga?" Goda Wonwoo membuat Ny. Jeon menjitak kepala Wonwoo.
"Kenapa kau berkata seolah-olah Appamu berselingkuh? Dia hanya pria dingin yang gila dengan kerja!" Bela Ny. Jeon membuat Wonwoo tertawa geli.
"Baiklah Ny. Jeon, sebaiknya anda segera temui suami anda karena sepertinya ia sudah menghubungi anda." Wonwoo memberikan syarat pada eommanya untuk segera melihat handphone yang bergetar di dalam tasnya. Ny. Jeon memutar bola matanya malas.
"Kau tau? Ketika penyakit workholicnya kambuh dia hanya akan menelepon eomma satu minggu sekali, bahkan saat kau akan bertunangan? Dia hanya akan menelepon satu minggu tiga kali dan itu hanya menanyakan sampai sejauh mana persiapannya. Kali ini dia menelepon ku sudah 7 kali dalam sehari hanya untuk menanyakan kabarmu, apa kau baik-baik saja dan bagaimana kabar calon menantuku, dia sudah berani mengatakan bahwa Sinb calon menantunya!" Omel Ny. Jeon membuat Wonwoo terpingkal-pingkal. Tidak pernah wanita paruh baya yang selalu memberikan kesan anggun ini, mengomel begitu lama dengan intonasi seperti ini. Jujur Wonwoo merindukannya, selama ini eommanya selalu kesepian karena Appanya yang selalu tak pernah punya waktu untuk mereka tepatnya semenjak adik perempuannya meninggal karena sakit. Dulu, Appanya sangat hangat tapi semenjak Somi meninggal, Appanya selalu menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga putri satu-satunya dengan benar. Semenjak saat itu pula, Wonwoo berfikir bahwa ia akan melindungi semua wanita yang ia sayangi.
"Kenapa eomma malah mengomel? Apa eomma tidak akan menemuinya?" Kata Wonwoo dan Ny. Jeon segera melangkah meninggalkan Wonwoo.
"Aku tidak akan mengangkatnya, ia tidak akan menyerah sebelum aku menemuinya." Omelnya lagi sambil berjalan meninggalkan Wonwoo yang memandanginya sampai punggung Ny. Jeon menghilang.
Kemudian Wonwoo memandangi Sinb dan memegangi tangannya. Wonwoo cukup terkejut ketika tangan Sinb mulai bergerak-gerak.
"Sinb-ah..." Panggil Wonwoo dan berlahan, Sinb berusaha membuka matanya. Dengan samar, ia bisa menangkap sosok Wonwoo di pelupuk matanya.
"Wonwoo..." Panggil Sinb yang seketika membuat Wonwoo bernafas lega.
"Iya, aku disini." Jawab Wonwoo yang membuat Sinb tersenyum dan perasaan tenang merasuk kedalam dirinya. Ternyata semua ini bukan mimpi? Wonwoo benar-benar datang menyelamatkannya.
"Bagaimana dengan Yuju dan Mingyu?" Tanya Sinb yang seketika mulai sadar dan teringat terakhir kali ia mengatarkan mereka.
"Mereka baik-baik saja." Jawab Wonwoo lagi.
"Aku ingin melihatnya." Sinb hendak bangun tapi Wonwoo mencegahnya.
"Kau masih sangat lemah. Nanti, saat kau lebih baik kita akan melihat mereka." Nasehat Wonwoo tapi Sinb menggeleng cepat.
"Ani, aku ingin melihatnya sekarang!" Wonwoo menghela nafas. Bahkan dalam kondisinya yang selemah ini, Sinb masih saja sekeras kepala ini.
"Baiklah, ayo!" Wonwoo berdiri dan mengulurkan tangannya yang seketika membuat Sinb mengernyitkan keningnya.
"Wae?" Tanya Sinb yang masih belum bisa menduga, apa yang akan di lakukan oleh Wonwoo yang seketika membuat Wonwoo geli.
"Menggendongmu..." Jawab Wonwoo dan seketika Sinb menggeleng.
"Shireo! Aku bisa berjalan sendiri!" Kukuhnya yang kini menangkis tangan Wonwoo dan mulai menjatuhkan kakinya pada lantai rumah sakit.
"Ah, lama sekali." Bahkan kali ini Wonwoo langsung menggendong Sinb tanpa mempedulikan protesnya.
"Yak! Turunkan aku! Wonwoo, bagaimana orang-orang memandang kita nanti?" Keluh Sinb sembari memukul-mukul dada Wonwoo pelan.
"Aku hanya tinggal mengatakan bahwa istriku sedang sakit dan ingin melihat udara segar, mudah kan?" Kata Wonwoo yang kini berjalan melewati pintu dan ketika mereka telah sampai di lorong, Sinb lebih memilih menyembunyikan wajahnya pada dada Wonwoo.
"Kau namja gila!" Gerutu Sinb membuat Wonwoo tertawa dan ketika mereka telah sampai depan kamar Yuju, mereka disambut oleh beberapa orang.
"Sinb..." Sinb segera mengangkat kepalanya dan mendapati pamannya sudah berdiri menghampirinya dan Wonwoo segera menurunkan Sinb.
"Kau baik-baik saja nak?" Tanya bibinya yang bahkan sudah memegang tangannya. Sinb mengangguk, ekspresi bersalahnya nampak jelas.
"Mianhae paman...bibi...aku tidak bisa membawa Yuju ke rumah sakit lebih cepat." Lirih Sinb dan Ny. Choi menggeleng.
"Tidak, kau sudah berusaha keras. Yuju, meskipun terlihat begitu kuat? Ia tidak bisa menghadapi orang asing seperti itu karena ia akan panik dan mulai ketakutan bahkan pingsan. Terima kasih kau sudah menjaga saudarimu dan Wonwoo terima kasih karena membawa mereka kemari." Ungkap Ny. Choi yang kini memeluk Sinb dan memandang Wonwoo sekilas sambil tersenyum penuh terima kasih.
"Appamu dan eommamu tadi kemari tapi paman tak mengizinkan mereka untuk melihatmu." Ungkap Tn. Choi membuat Sinb tersenyum, ia merasa pamannya mulai mencoba mengerti keinginanya.
"Gomawo paman..." Kata Sinb yang merasa bersyukur pamannya tak mengizinkan kedua orang tuanya itu untuk menjenguknya. Sinb tidak bisa membayangkan eommanya akan bertemu dengan appanya yang jelas-jelas akan bersama wanita itu, wanita yang menjadi duri semenjak awal diantara kedua orang tuanya belum lagi Joshua pasti akan datang kemari, lengkaplah penderitaan eommanya.
"Tapi, apa eomma baik-baik saja paman?" Sinb sangat mengkhawatirkan eommanya ini. Pamannya mengangguk meyakinkan Sinb untuk tak khawatir.
"Bibi sudah menjelaskannya kepada eommamu dan setelah itu, eommamu bisa pulang dengan lega." Sinb menghela nafas lega mendengarkan ucapan bibinya.
"Baiklah, aku ingin melihat Yuju. Kenapa paman dan bibi di luar?" Tanya Sinb.
"Kami akan pulang sebentar dan akan kembali lagi untuk beberapa saat. Didalam sudah ada Scoup yang menjaganya." Terang Ny. Choi yang seketika membuat Sinb beroria.
"Lebih baik kita jangan mengganggunya." Saran Wonwoo sambil tersenyum.
"Baiklah, paman dan bibi harus pergi." Sinb dan Wonwoo mengangguk, mempersilahkan bibi dan pamannya untuk pergi.
"Apa kita kembali ke kamar?" Tawar Wonwoo dan Sinb menggeleng sebal.
"Kau sengaja kan bilang seperti itu? Agar aku tidak ke kamar Mingyu?" Kesal Sinb sambil menghentak-hentakan kakinya, sepertinya gadis ini mulai kembali ke sikap asilnya dan besar kemungkinan gadis ini telah sembuh. Wonwoo tertawa, ia memang sengaja mengatakan ini untuk menggoda Sinb bukan karena ia cemburu karena Sinb ingin melihat Mingyu.
"Berhenti tertawa kataku!" Pinta Sinb tapi Wonwoo terus saja tertawa.
"Kalau begitu, aku akan meninggalkan mu sendiri!" Ketusnya yang kini berjalan meninggalkan Wonwoo dan namja itu terus tertawa sambil mengikuti langkah Sinb yang kini sudah memasuki sebuah pintu, tentunya pintu tempat Mingyu dirawat.
Disana Sinb melihat seorang pria paruh baya dan seorang wanita yang duduk di sofa. Sinb membungkuk dan memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, saya Hwang Sinb teman Mingyu." Pria tua itu nampak terkejut sementara wanita itu menatap sinis Sinb dan mulai berjalan mendekatinya.
"Jadi kau pengacau itu?" Tanya wanita itu dengan sinis.
"Ani, dia adalah tunangan ku bibi." Jawab Wonwoo yang muncul dari balik pintu masuk.
"Wonwoo..." Panggil pria itu dan Wonwoo memberikan hormatnya membungkuk.
"Paman, bagaimana keadaan Mingyu?" Tanya Wonwoo yang kini sudah merangkul tubuh Sinb dan mendorongnya mendekati ranjang dimana Mingyu terbaring, sepertinya Mingyu tengah istirahat.
"Dia sudah lebih baik, terima kasih kau sudah membawanya segera kerumah sakit." Kata Tn. Kim dan Wonwoo mengangguk.
"Jadi ini yang bernama Hwang Sinb?" Tn. Kim berjalan mendekati Wonwoo dan Sinb seolah berusaha mengamati Sinb.
"Ne...Paman." Wonwoo yang menjawabnya dan Tn. Kim menghela nafas membuat Sinb merasa tak enak. Jelas, ia merasa bersalah karena dirinya lah yang membuat Mingyu menjadi seperti ini.
"Mianhae paman...Aku tidak bermaksud membuat Mingyu seperti ini." Akui Sinb yang membuat senyum kecil terkembang di bibir Tn. Kim.
"Ani, aku hanya tidak habis pikir melihat Mingyu dan Wonwoo. Kenapa mereka selalu berebut seorang gadis. Dulu Bona dan ku pikir dengan menjodohkannya dengan Eunha masalah akan selesai tapi saat kau datang, hal ini terjadi lagi. Bagaimana kalian akan mengatasi ini?" Tn. Kim bertanya pada Wonwoo membuat namja itu menggaruk-garuk kepalanya.
"Tenang saja paman, setelah aku bertunangan dengannya masalah ini akan terselesaikan." Jawab Wonwoo santai.
Pletak
"Kau pikir? Hal itu dapat menyelesaikan semuanya? Aigo, kenapa kau dan Mingyu sama bodohnya? Ku pikir aku harus berdiskusi dengan Tn. Jeon tentang bagaimana menangani kebodohan kalian, aku sangat khawatir kalian tidak bisa menggantikan kita untuk memimpin perusahaan. Kalian akan menghancurkan perusahaan sebelum satu tahun kalian menjabat, jika pola pikir kalian masih seperti ini." Omel Tn. Kim membuat Sinb tertawa geli sementara Wonwoo hanya nyengir kuda.
"Jangan samakan aku dengannya. Jelas, aku lebih jenius darinya!" Protes Mingyu yang sudah bangun dengan suara paraunya.
"Kau sudah bangun?" Sinb berjalan mendekati Mingyu yang masih terbaring dengan kepala terperban.
"Mungkin saja sebentar lagi, aku bisa berjalan dan mengantarmu pulang." Bahkan dalam kondisi seperti ini, Mingyu masih saja membual.
"Yang benar saja, kau bahkan tidak bisa pergi kekamar mandi sendiri." Cibir Tn. Kim.
"APPA!" Teriak Mingyu karena merasa malu yang seketika membuat semua orang tertawa.
"Paman lihat kan? Siapa yang suka menggoda Sinb ku!" Adu Wonwoo.
"Oi, jangan lupa! Aku yang menciumnya lebih dahulu!" Balas Mingyu yang ketika membuat Sinb malu dan kesal. Wonwoo terdiam melihat perubahan pada wajah Sinb.
"Benarkah? Lalu kenapa Wonwoo yang memenangkannya? Kau kalah telak nak!" Ejek Tn. Kim.
"Tapi aku tidak akan menyerah! Aku akan mengejarnya jadi Wonwoo berhati-hatilah!" Mingyu berusaha memperingatkan Wonwoo yang hanya diam sambil melirik Sinb seolah memberikan kode kepada Mingyu untuk berhenti membual.
"Wae?" Tanya Mingyu yang mulai mengerti dengan kode Wonwoo tapi terlambat untuk mencerna, Sinb sudah berjalan mendekatinya dan apa yang dilakukan gadis itu? Kedua tangan Sinb seketika mencubit pipi Mingyu.
"Kau bilang apa tadi?" Tanya Sinb dengan gemas dan belum juga melepaskan cubitannya.
"Yak! Apa yang kau lakukan." Mingyu berusaha untuk melepaskan kedua tangan Sinb dari wajahnya.
"Wonwoo tolong aku!" Wonwoo menggendikkan bahunya seolah tak mau ikut campur.
"Sinb...Jebal!" Pinta Mingyu.
"Ani, bahkan aku ingin sekali menyumpal mulutmu itu! Kau suka sekali menyebar aib ku! Membuatku malu didepan banyak orang, eoh?" Omel Sinb yang sudah sangat kesal dengan Mingyu.
"Baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi. Jadi, lepaskan cubitanmu, lama-lama kau akan melubangi pipiku." Kata Mingyu dengan berlebihan.
"Sekarang aku tau kenapa kedua anak ini memperebutkanmu?" Kata Tn. Kim membuat Sinb menoleh.
"Kenapa paman?" Tanya Sinb yang penasaran.
"Karena hanya kau yang berani melakukan hal menggelikan seperti itu. Kalau gadis lain, Mingyu pasti akan membentaknya. Jadi nak, jika nanti tiba-tiba pikiranmu berubah? Kau bisa datang ke Mingyu dan aku pasti akan merestui kalian." Kata Tn. Kim.
"Paman! Jangan curang!" Protes Wonwoo.
"Jangan bercanda seperti itu! Bagaimana dengan Eunha?" Kali ini wanita yang semenjak tadi tidak mengatakan apapun berusaha untuk menolak ucapan Tn. Kim
"Aku tidak peduli! Aku tetap menyukai Sinb." Celetuk Mingyu dengan santai.
"Lagi pula, Eunha juga bekerja sama dengan Bona paman." Lapor Wonwoo.
"Hm...Aku akan membatalkan pertunangan mu dengannya. Aku sangat tidak suka seorang wanita yang begitu posesif. Kalian belum menikah dan ia sudah berani melakukan ini kepadamu! Appa tak terima, tenang saja Mingyu...Appa yang akan menyelesaikan semuanya." Kata Tn. Kim yang membuat Mingyu terlihat senang, akhirnya ia terlepas dari belenggu pertunangan palsunya dengan Eunha.
"Tapi yeobo, bagaimana dengan bisnis kita?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Ny. Kim ibu tiri Mingyu sekaligus bibinya.
"Jangan khawtirkan itu, aku mulai merasa tak tenang dengan kehadiranya di sekitar Mingyu." Akui Tn. Kim
"Paman, sepertinya Mingyu perlu istirahat dan Sinb juga. Kami permisi dulu." Pamit Wonwoo yang kini sudah merangkul tubuh Sinb tapi Mingyu menghalanginya.
"Andwae! Aku masih merindukannya." Manja Mingyu yang kali ini menempelkan tangan Sinb ke wajahnya.
"Lepaskan dia atau aku akan menendang kepalamu agar sekalian hancur!" Ancam Wonwoo dengan santainya yang seketika membuat Mingyu mendengus.
"Baik, pergi sana! Awas, kau harus hati-hati! Aku akan selalu merebutnya darimu!" Mingyu berusaha memperingatkan Wonwoo yang seketika membuat Wonwoo dan Sinb saling melirik dan tertawa.
"Baiklah paman, kami pergi." Sinb dan Wonwoo membungkuk kemudian meninggalkan Mingyu yang diam-diam tersenyum.
"Kau sangat menyukainya?" Tn. Kim berusaha memastikannya lagi dan Mingyu mengangguk.
"Kalau begitu dapatkan dia!" Seru Tn. Kim membuat Mingyu tertawa.
"Tentu, aku tidak akan menyerah!" Kata Mingyu bahkan kini mengepal tangannya seolah dan menggerakkannya seolah memberikan semangat pada dirinya sendiri dan Tn. Kim tertawa geli melihat tingkah Mingyu.
"Aku hampir ingin melabraknya tapi setelah melihat gadis itu, sungguh mengingatkan ku pada eommamu. Ia sangat mirip dengan eommamu dan Appa sangat menyukainya." Tutur Tn. Kim tanpa sadar, seolah ia mengenang masa lalu. Mingyu termenung, ia tak percaya bahwa Appanya ini sedang berusaha mengenang eommanya sementara disisi lain Ny. Kim eomma tiri Mingyu terlihat tidak suka melihatnya.
"Jadi Appa benar-benar menyukai eomma?" Tanya Mingyu dan Tn. Kim mengangguk.
"Setelah kau sembuh, ayo kita bersama-sama mengunjunginya." Ajak Tn. Kim dan segera di jawab oleh Mingyu.
"Tentu saja Appa!" Jawab Mingyu dengan semangat.
---***---
Satu minggu telah berlalu dari insiden cukup mengerikan bagi Sinb dan Yuju, bahkan setelah hari itu mereka lebih sering menghabiskan waktunya di rumah, mereka hanya akan keluar dengan kedua orang tuanya atau menunggu Wonwoo dan Scoup yang menjemputnya. Bahkan sekarang dirumah Yuju sudah ada beberapa orang pengawal yang sengaja Wonwoo dan Scoup kirim.
"Aigo...Aku tidak suka jika di awasi seperti narapidana!" Protes Yuju.
"Aku sudah lelah memberitahu Wonwoo." Bahkan Sinb yang semenjak awal tak mau juga menyerah memberitahu kekasihnya itu untuk membuat pengawal itu pergi dari rumahnya.
"Minta bantuan DK sunbae? Bukannya mereka akan luluh dengannya?" Saran Yuju dan Sinb segera menggeleng.
"Kau tau? Bahkan namja Gila itu mengusulkan lebih dari sepuluh penjaga dan disetiap ruangan harus ada penjaganya!" Terang Sinb membuat Yuju membelalak.
"Dia benar-benar gila." Ungkap Yuju frustasi.
"Apa kau baru tau? Dia memang Gila! Lebih gila dari anjing gila!" Kesal Sinb.
"Jadi seperti ini tingkah kalian saat dirumah? Membicarakan ku dengan tidak sopan?"
"ASTAGA!" Yuju memekik melihat DK sudah berdiri dihadapan mereka.
"Aigo, kau rupanya memiliki indra ke enam ya. Bagaimana kau bisa muncul disaat kami membahasmu atau jangan-jangan kau berubah menjadi Goblin?" Sinb meniup-niupkan udara kewajah DK membuat namjanya segera mendorong dahi Sinb dengan telunjuknya.
"Bodoh! Berhenti berfantasi. Semakin kau dekat dengan Mingyu tingkahmu menjadi sama sepertinya." Keluh DK membuat Sinb memutar bola matanya.
"Apa hubungannya dengan Mingyu?" Protes Sinb.
"Jelas ada! Entah apa yang telah ia lakukan kepadamu! Sudahlah, pakai ini." DK membawa dua kotak yang entah apa isinya. Yuju dan Sinb saling berpandangan bingung.
"Apa ini?" Sinb segera meraih dua kotak dari tangan DK dan membuka salah satunya.
"Gaun?" Tanya Sinb semari memandang DK dan seketika namja itu mengangguk.
"Untuk apa?" Sinb benar-benar tak mengerti.
"Hm...Ada kejutan untuk kalian dan aku yang akan menjadi peri untuk kalian untuk malam ini." Kata DK dengan bangga membuat Sinb terbahak.
"Tidak ada peri gila sepertimu. Rocker gila menjadi peri? Sepertinya otakmu sedikit miring." Cibir Sinb.
"YAK! Aku serius!" Bentak DK yang membuat Sinb menghela nafas.
"Jadi? Apa ini sebenarnya?" Yuju menuntut menjelasan DK.
"Pakai saja dan aku akan menunggu kalian di luar." Kata DK yang kini meninggalkan mereka berdua.
"Ini bukan sesuatu yang aneh kan?" Tanya Yuju dengan cemas.
"Entahlah, tapi seaneh apapun. Dia tidak akan melakukan sesuatu melewati batas, percayalah kepadaku!" Ya, Sinb cukup mengenal DK dan namja ini tidak akan melakukan hal yang melebihi batas meskipun ia sedikit gila.
Pada akhirnya kedua gadis itu memakai gaun yanh telah dibawah oleh DK dan memoles sedikit wajah mereka. Mereka akhirnya memasuki sebuah mobil limousin milik DK yang entah akan membawa mereka kemana?
"Sebenarnya kita akan kemana?" Tanya Sinb pada DK.
"Nanti kau akan tau." Jawab DK santai, membuat Sinb mendengus sebal.
Setelah beberapa menit lamanya mereka menunggu, akhirnya mobil panjang ini berhenti disebuah resort mewah. Disana sudah terparkir beberapa mobil mewah dengan berbagai merek.
"Ini tempat apa sebenarnya?" Tanya Yuju.
"Lebih baik kalian turun, cari tau sendiri." Kata DK dengan sangat menyebalkan.
"Aish, kau benar-benar!" Gerutu Sinb yang turun dengan sedikit mengangkat gaunnya. Dia tidak suka memakai gaun panjang ini ditambah hak tinggi membuatnya beberapa kali akan jatuh kalau saja DK tak menuntunnya.
"Aigo, aku tidak percaya baik Joshua, Wonwoo dan Mingyu bisa menyukaimu yang bahkan tidak bisa berjalan dengan benar." Omel DK.
"Itu berarti mereka tak bisa berpaling dari pesonaku!" Kata Sinb dengan percaya diri. Yuju tertawa geli dan DK tebahak.
"Hahaha...Benarkah? Coba kau lihat disana? Siapa bilang pesonamu membuat mereka terikat padamu?" Sinb memandang pada arah yang DK tunjukkan dengan tangannya.
Disana, pojok sebelah kanan beberapa namja tampan nan elegant sedang duduk dengan santai dengan di kelilingi oleh beberapa yeoja yang berusaha bergelayut manja dan menggodai mereka. Yuju terlihat terperangah, sementara Sinb melotot, seakan matanya ingin keluar.
"Jadi untuk ini? Mereka mengirim para pengawal itu?" Gerutu Sinb.
"Hm...Sepertinya." Jawab DK sambil menahan tawa gelinya.
"Ba-bagaimana bisa?" Yuju masih tak percaya memandang pria memakai tuxedo warna biru yang dengan santainya tersenyum pada gadis-gadis disekelilingnya.
"Aku tidak bisa membiarkan ini!" Sinb mengepal tangannya dan berjalan dengan cepat, bahkan ia lupa kalau ia tak bisa memakai sepatu hak tinggi. Sinb tidak peduli dan tidak akan memusingkan itu lagi, yang terpenting sekarang adalah ia harus segera menghampiri pria yang memakai tuxedo warna hitam itu.
BRAK
Sinb menggebrak meja membuat perhatian seluruh orang teralih kepadanya.
"Sinb..." Panggil salah satu namja dengan ekspresi keterkejutannya.
"Jeon Wonwoo! Apa yang kau lakukan disini? Kau juga Hyung! Bahkan kau juga Mingyu!" Geram Sinb memandangi ketiga pria itu dengan sengit.
"I-ini tidak seperti yang kau pikirkan Sinb-ah. Ku mohon jangan katakan ini kepada Yuju." Mohon pria yang memakai tuxedo warna biru yang tak lain adalah Scoup.
"Sayangnya dia sudah ada disini." Kata Sinb sambil menunjuk kearah Yuju yang berdiri berdampingan dengan DK yang masih berusaha untuk menahan tawanya.
"Ini pasti ulahmu kan?" Tuduh Scoup kepada DK dan bahkan pria itu sudah berjalan menghampirinya, Yuju terlihat kesal sekali dan meninggalkan Scoup yang masih mengonfrontasi DK.
Kini giliran Sinb yang masih memandang tajam kedua pria dihadapannya ini.
"Apa kalian tak punya mulut untuk berbicara?" Bentak Sinb, Wonwoo menghela nafas sementara Mingyu menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil nyengir kuda.
"Kau siapa sebenarnya? Kenapa kau membentak mereka?" Celetuk salah satu wanita yang kini merangkul bahu Wonwoo membuat Sinb semakin terbakar emosi.
"Aku? Kau bertanya aku siapa? Kau sendiri siapa Ajumma?" Sinb tak berhenti membentak.
"Apa kau bilang? Ajumma?" Wanita itu segera berdiri tak terima.
"Ya! Kau ajumma pedofil. Apa kau tak tau? Mereka masih 17 tahun!" Ungkap Sinb dengan amarahnya. Wonwoo masih diam dan bahkan Mingyu juga.
"Iya aku tau, lalu kenapa? Mereka membayar kami untuk datang kesini." Jawab wanita itu santai yang seketika membuat Sinb memandangi Wonwoo dan Mingyu bergantian seolah bertanya, apakah benar yang disampaikan wanita itu? Tapi tak ada jawaban dari keduanya.
"Kalian tidak mau mengatakannya kepadaku?" Tanya Sinb memandang Wonwoo dan Mingyu bergantian membuat Sinb semakin geram.
"Baiklah, jangan pernah temui aku lagi!" Ancam Sinb yang kini meninggalkan mereka berdua.
"Hyung, kau memang gila!" Guman Wonwoo frustasi yang kini menjambak-jambak rambutanya.
"Ah, tidak bisa menggodanya lagi. Dia pasti akan menendang ku." Keluh Mingyu.
"Wae? Apa kalian akan menyerah?" Tanya DK antusia.
"Tentu saja tidak! Ini kesempatan kita untuk mengembangkan usaha ini. Seharusnya kau tidak perlu melakukan ini." Kata Wonwoo.
"Woozi bukanlah seseorang yang baik? Harus berapa kali aku bilang? Tinggalkan tempat ini sekarang!" Pinta DK.
"Tidak hyung, biarkan kami membereskan masalah kami. Ini tugas pertama yanh diberikan oleh Appa." Ungkap Mingyu.
Sepertinya ucapan Tn. Kim tentang berdiskusi dengan Tn. Jeon memang benar adanya, karena itulah baik Wonwoo dan Mingyu berada disini untuk memenuhi tantangan kedua orang tua mereka untuk membujuk Woozin menawarkan beberapa kerja sama. Kebetulan Scoup mengenalnya dan mengajak mereka ke pesta ini sementara DK bersikeras tak mengizinkan mereka bekerja sama dengn Woozi bahkan sampai membawa Sinb dan Yuju datang kemari tapi sepertinya baik Wonwoo dan Mingyu sudah bertekat.
"Baiklah terserah kalian!" DK pergi dengan perasaan kesalnya. Sementara kedua namja itu hanya mampu menghela nafas dalam-dalam.