Loading...
Logo TinLit
Read Story - Warna Untuk Pelangi
MENU
About Us  

Semua yang terjadi adalah takdir Tuhan. Tidak ada yang mampu menghindar bila sang Khalik sudah berkehendak. Seperti yang terjadi pada hidupnya.

Memasuki SMA, hubungan Revi dan Aldi semakin lekat namun tetap pada intensitas yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Seperti pesan Reva, Revi tidak boleh pacaran lebih dari sekadar pegangan tangan! Reva tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Bagi Reva, sampai kapan pun, Revi adalah adiknya yang polos.

Tanpa protes, Revi melaksanakan perintah itu meskipun ia bisa saja melanggarnya sewatu-waktu. Toh, Reva tidak akan tahu. Tapi Revi tidak melakukannya. Ia mematuhi pesan itu.

Hubungan Revi dan Aldi tetap berjalan lancar karena Aldi memang tidak mempermasalahkan hal itu. Walaupun dirinya telah menjadi anak kuliahan, tapi ia paham jika Revi masih anak sekolahan. Cewek itu bahkan masih polos dalam mengartikan gombalan-gombalan romantis yang terkadang Aldi lontarkan. Dan Aldi tidak menuntut lebih dari hubungan mereka. Yang terpenting, Revi masih bersamanya.

Apa pun. Segalanya akan ia lakukan agar Revi tetap merasa aman dan nyaman berada di sisinya.

Namun, semua itu tidak bertahan lama.

Masuk ke semester tiga, tanpa Aldi sadari, ia terseret dalam pergaulan teman-temannya yang cukup bebas. Tanpa cowok itu kehendaki, Aldi perlahan berubah.

Melihat teman-temannya yang memiliki hubungan lebih intens terhadap pacar masing-masing, membuat Aldi merasa iri. Ia bahkan kerap diejek oleh teman-temannya karena dianggap berpacaran dengan seorang bocah karena tidak pernah melakukan hal yang lebih dari sekadar pegangan tangan.

Menurut teman-temannya, Aldi yang nyaris sempurna itu bisa mendapatkan cewek yang lebih baik dari Revi. Tidak, Aldi bukan mengatakan jika Revi tidak baik. Cewek itu sangat baik. Revi tidak pernah membuatnya kesal dengan bersikap manja. Revi begitu mandiri hingga nyaris tidak pernah meminta bantuan pada Aldi dalam hal apa pun. Hanya saja, Aldi merasa bosan pada Revi. Terlebih karena pengaruh teman-teman di kampusnya.

Lingkungan mengubahnya. Aldi jadi lebih banyak menghabiskan waktu di kuliah bersama teman-temannya dibanding dengan Revi. Aldi merasa senang bermain dengan mereka teman-teman barunya karena tidak jarang mencoba hal-hal baru yang cowok itu belum pernah rasakan. Aldi terlena dengan pergaulan barunya. Membuatnya terbiasa tidak bertemu dengan Revi selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Revi menyadari itu. Kehangatan Aldi perlahan berkurang dan membuat rasa nyaman cewek itu perlahan surut.

Sampai suatu hari, Aldi bertemu Reva.

Cowok itu sebelumnya tidak tahu jika kakak dari Revi memiliki wajah yang persis seperti adiknya, hanya saja garis wajah Reva lebih tegas dan terkesan dewasa. Revi memang tidak begitu terbuka soal apa pun termasuk keluarganya, hingga pacaran selama satu tahun lebih tidak menjamin Aldi tahu segalanya tentang Revi. Aldi bahkan yakin jika seluruh keluarga cewek itu tidak tahu siapa dirinya karena Revi tidak pernah bercerita.

Merasa bosan dengan gaya pacarannya dengan Revi yang tidak berani melangkah lebih dalam, Aldi pun mengabaikan hati dan mengutamakan egonya. Cowok itu dengan tidak tahu diri, mendekati Reva. Ia menginginkan Revi dalam bentuk dewasa. Ia ingin merasakan hubungan dengan Revi dalam sosok Reva yang bahkan lebih tua dua tahun dari Aldi sendiri.

Aldi memang tidak berbohong saat memberi tahu Reva akan namanya. Akan tetapi, ia juga tidak bodoh dengan membiarkan Reva mengenalnya sebagai “Aldi”. Pada akhirnya, ia menggunakan nama belakangnya, Nara, sebagai panggilan cewek itu padanya.

Reva yang tidak tahu, siapa nama lengkap dan bagaimana rupa pacar sang adik pun menerima kehadiran Nara dalam hidupnya. Walaupun Reva tahu jika Nara lebih muda dua tahun darinya, tapi sikap dewasa cowok itu membuat Reva tertarik dan tidak keberatan jika Nara mendekatinya. Ditambah dengan fisik Nara yang nyaris sempurna. Reva yang telah melajang selama bertahun-tahun, tidak akan mampu menolak pesona cowok seperti Aldi.

Di saat Revi tengah murung dalam masa-masa menyedihkannya dengan Aldi, Reva justru tengah bahagia dengan orang yang sama. Namun, keduanya tidak tahu. Baik Revi maupun Reva, tidak ada yang ingin terbuka. Revi tidak ingin menunjukkan kesedihannya pada dunia, khususnya pada sangat kakak dan membuat Reva khawatir. Sementara Reva, ia tidak ingin memberi tahu adiknya dulu karena takut harapannya tidak sesuai kenyataan. Reva berencana memberi tahu Revi setelah hubungannya dengan Aldi telah memiliki status yang jelas.

Lambat laun, hubungan Revi dan Aldi semakin renggang. Aldi sendiri yang tanpa sadar menciptakan dinding besar tak kasat mata di antaranya dan Revi. Membuat cewek itu mundur dan menjauh karena merasa hubungannya tidak lagi sama.

Seharusnya Aldi senang karena perasaan Revi perlahan terkikis seiring jarak yang diciptakan cowok itu. Seharusnya Aldi senang karena akhirnya ia bisa fokus menjalankan hubungannya bersama Reva. Tapi tidak. Hati Aldi tidak berada di tangan sang kakak, melainkan masih seutuhnya berada di tangan sang adik.

Aldi hanya memanfaatkan Reva. Tidak sedikit pun hatinya untuk Revi, ia bagikan pada Reva. Sikap manis Aldi pada Reva memang bukan sandiwara, tapi juga bukan karena ia memiliki rasa pada Reva. Cowok itu memperlakukan Reva sama seperti Revi karena Aldi selalu menganggap Reva sebagai Revi dalam versi dewasa.

Sampai semua itu terkuak. Mematahkan seluruh asa. Meremukkan kepercayaan.

***

Rain segera menghalangi jalan Revi saat keduanya tidak sengaja berpapasan di tangga. Revi yang baru menuruni beberapa anak tangga pun berhenti. Membuat tingginya sejajar dengan Rain.

“Gue udah selesai baca,” ungkap Rain seraya mengangkat novel di tangannya. “Dan gue sama sekali nggak nyangka ending-nya.”

“Lo kecewa?”

Rain mengangguk. “Pasti. Bahkan, kayaknya bukan gue doang. Semua pembaca lo juga pasti shock sama ending-nya yang nggak ketebak dan nggak semua bisa nerima itu.”

“Gue lanjutin novel itu sebagai tanggung jawab, bukan karena kemauan mereka,” balas Revi, tegas.

“Ya tapi, kan, harusnya ending-nya nggak jauh-jauh banget dari ekspetasi pembaca!” kukuh Rain.

Revi menghela napas. “Lo udah paham konfliknya?”

“Udah kok.”

“Bisa bayangin rasanya jadi Langi?”

Rain lantas meringis. “Gue nggak tau sih, alasan gue ini ngaruh atau nggak. Tapi, karena gue cowok, jadi gue ngebayangin guenya jadi Aldi, bukan Langi. Malah, gue kasihan sama Aldi karena ending-nya.”

“Gue paham. Gue pun selalu ngebayangin diri gue sendiri sebagai peran utama cewek di setiap novel yang gue baca. Tapi bukan berarti gue nggak berempati sama tokoh lain.” Revi menuruni satu anak tangga. Mengikis sedikit jarak di antara mereka. “Apa kenyataan kalau Aldi ternyata sangat kejam, nggak mampu buat lo benci sama dia?”

Revi tersenyum simpul saat Rain hanya terdiam. “Konflik yang ada di sana bahkan lebih ringan dari yang sebenarnya, Rain. Tokoh Aldi benar-benar nggak termaafkan,” tukas Revi dengan penekanan di kata terakhir. “Bagi pembaca yang ngerasain jadi Langi, pasti bakal ngerti. Paham kalau nggak semua happy ending berakhir dengan sesama tokoh utama.”

Rain tertegun. Memikirkan masalah berat apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup Revi? Mengapa cewek itu hanya membuat teka-teki yang membuat Rain semakin pusing?!

“Tapi kayak terlalu dipaksakan—”

“Seorang pengarang adalah Tuhan dari naskahnya. Gue bebas menciptakan siapa pun, mendatangkan apa pun, bahkan mematikan segala hal sekalipun terkesan nggak masuk akal,” potong Revi, berkilah. “Gue penulis fiksi, bukan karya ilmiah yang menuntut landasan teori dan berpikir logis.”

Rain terdiam. Mungkin Revi benar, tapi tidak sepenuhnya! Fiksi memang berasal dari ide dan khayalan seseorang alias tidak berdasar kenyataan. Tapi bukan berarti seorang pengarang dapat menciptakan kisah yang semau-maunya!

Kehadiran pembaca seharusnya menjadi pertimbangan bagi setiap penulis. Ada pembaca kritis yang suka mengaitkan segala sesuatu yang dituang penulis dalam novelnya. Tidak hanya itu, seorang penulis—sebaiknya—dapat memberikan pelajaran maupun saran secara tidak langsung bagi para pembaca lewat tulisannya.

Karena pembaca meluangkan waktu bukan untuk membaca hal yang sia-sia. Karena pembaca membayar sebuah novel bukan untuk membeli buku yang miskin akan makna.

Namun, tidak ingin memperkeruh atmosfer di antara keduanya, mau tidak mau Rain menelan mentah-mentah kekesalannya tersebut.

“Cowok yang waktu itu…” Rain meneguk ludahnya sejenak. “Itu Aldi?” lanjutnya, berhati-hati. Tapi Revi hanya bergeming meresponsnya, membuat Rain gemas dan ingin menggigitnya. “Benar-benar nggak bisa dimaafin?” lirihnya.

Revi tersenyum pilu. Membahas Aldi adalah hal yang sebenarnya sangat Revi hindari. Ia tidak sanggup bernostalgia dan kembali mengingat masa-masa terpuruknya karena perbuatan cowok itu.

Revi berniat melewati Rain dan berlalu, menghindari pembahasan yang tidak diinginkan. Namun, baru Revi berpijak pada anak tangga yang sama dimana Rain berdiri, lengan cowok itu terulur pada pegangan tangga di samping Revi. Membuat langkah Revi kontan terhenti.

“Itu alasan lo munculin gue di bab dua?”

Rain menyadari bahu Revi yang menegang, terkejut, cowok itu pun tersenyum lembut. Berusaha memberi isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, Revi tidak melihatnya karena cewek itu berusaha mengindari kontak mata dengan Rain.

“Hujan itu gue, kan?” lanjut Rain, mantap.

Revi tidak mengangguk, tapi tidak juga menggeleng. Akan tetapi, diamnya Revi justru membuat Rain semakin yakin jika dirinya adalah Huki Januari, atau yang lebih dikenal sebagai Hujan dalam novel Warna di Balik Hujan.

Selain deskripsi Hujan yang sangat mirip dengannya, Rain juga sangat yakin jika dirinya adalah Hujan di dalam novel tersebut karena Hujan menyukai novel dan pelangi.

Mungkin dalam novel, pelangi yang dimaksud adalah pelangi yang sebenarnya. Namun, entah mengapa Rain bisa menangkap makna yang tersirat di baliknya jika pelangi yang sesungguhnya adalah Pelangi Putih.

Pada novel ketiga, Langi tidak lagi sama. Cewek itu nyaris tidak pernah menampilkan emosinya pada dunia sejak konflik terberat menghantam hidupnya. Ibarat kertas putih tanpa setitik pun tinta. Langi terlalu takut menuai warna dalam hidupnya. Ia terlalu takut dunia akan menyaksikan penderitaannya kembali jika sewaktu-waktu ada penjahat yang dengan kejam menumpahkan air di atasnya. Membuat semua warna yang terlukis indah, hancur dalam sekejap. Membuatnya harus berusaha membuka lembaran baru kembali.

Lalu, Hujan pun datang. Cowok ekspresif itu tidak datang untuk mewarnai kembali putihnya Langi, tetapi datang untuk menghapus warna putih yang telah menyeluruh di permukaan. Menjadikannya transparan, dan kembali memunculkan banyak warna di dalamnya yang bisa dinikmati dunia.

Membuat Langi tersadar jika selama itu dirinya belum berpindah satu inci pun dari lembaran lama. Ia hanya menumpuk kembali kertas yang baru hingga semua terlihat putih sempurna. Tampak baik-baik saja.

Hujan mengajarkan Langi bahwa kembali meraih bahagia bukan berarti perlu membuang lembaran lama. Hujan mengajarkan Langi bahwa masa lalu tetap perlu dan tidak harus ditinggalkan sebagai pelajaran ke depannya. Bukan sebagai beban.

Dan Hujan menyadarkan Rain bahwa sosok di balik Pelangi Putih adalah seseorang yang saat ini juga kehilangan warnanya.

“Kalau lo mau ending kita sama kayak Hujan dan Langi, gue juga mau kok.”

Dan ucapan Rain membuat Revi nyaris terjungkal dari tangga.

***

Seperti halnya karakter Hujan, Rain memutuskan mulai detik ini ia akan terus menerus mengenakan kacamatanya, seperti yang memang seharusnya ia lakukan sebelum mengenal tokoh-tokoh cowok keren dalam setiap novel yang dibacanya, khususnya Aldi.

Rain lantas menggeleng saat nama itu terlintas di benaknya. Tidak. Ia tidak lagi mengagumi karakter Aldi yang ternyata menyakiti tiga cewek sekaligus! Langi, cewek idamannya. Pelangi Putih, idolanya. Dan Revi, teman baiknya.

Rain tersenyum memandang novel Warna di Balik Hujan di tangannya. Entah mengapa cowok itu sangat senang mengetahui bahwa dirinya memang sang Hujan. Meskipun awalnya ia membenci kehadiran tokoh tersebut sampai-sampai tidak ingin lanjut membaca, dan meskipun ending-nya di luar dugaan, Rain tidak dapat memungkiri jika ia menyukai semua tentang Langi dan Hujan dalam novel tersebut.

Rain sangat berterima kasih pada Revi, pada Pelangi Putih yang menciptakan tokoh Hujan. Cowok itu merasa tidak perlu lagi mengikuti gaya setiap cowok sempurna yang ada pada novel-novel sebelumnya. Cowok itu merasa tidak harus menjadi orang lain agar membuat seseorang yang disukai tertarik padanya. Cukup menjadi apa adanya. Cukup menjadi Rain yang merupakan sosok sebenarnya di balik Hujan.

Cukup menjadi Hujan yang disukai Langi. Cukup menjadi Rain yang disukai Revi.

Pikiran itu entah mengapa membuat Rain tersenyum-senyum sendiri, membuat beberapa penumpang dalam angkot mengernyit aneh padanya.

“Kiri, Bang!” seru Rain saat angkot merah tersebut hampir sampai di depan gerbang sekolah.

Begitu angkot berhenti, Rain lantas turun dan segera membayar. Cowok itu sedikit menggerutu karena harus merelakan seribunya melayang dibawa kabur si abang yang langsung tancap gas sebelum memberikan kembalian.

Baru akan memasuki gerbang, kedua mata Rain menangkap sosok Revi dari kejauhan. Cewek itu—seperti biasa—tampak murung.

Rain mengulum senyum, menatap punggung Revi yang semakin menjauh. Hari ini ia akan memulai apa yang telah dipelajarinya dari Hujan. Cowok itu pun lantas membenarkan letak kacamatanya sebelum akhirnya berlari kecil, menghampiri Revi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Me vs Idol
387      285     1     
Romance
Yang ( Tak ) Di Impikan
542      406     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
Dessert
976      505     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Shinta
6078      1778     2     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
Venus & Mars
5489      1452     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Iskanje
5222      1422     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
RANIA
2278      787     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
ALL MY LOVE
543      373     7     
Short Story
can a person just love, too much?
Under The Moonlight
1969      1002     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Warna Rasa
11933      2085     0     
Romance
Novel remaja