“Ichimiya kau melamun lagi?” Rin meliriknya. Karena sejak kedatangan mereka di tempat itu, Ichimiya terus menatap satu tempat. Sebuah taman bermain dengan bianglala raksasa juga sebuah istana yang terlihat megah dari luar.
“Maaf,” jawabnya singkat. Segera Ichimiya bergerak mendekati Rin.
Mereka sekarang sedang berada di luar area taman bermain tersebut. Rin meminta Ichimiya untuk menemaninya melihat toko perhiasan yang baru di buka beberapa hari yang lalu. Walau sudah mencari selama beberapa jam, toko tersebut belum juga ketemu.
“Maaf ya. Kita jadi tersesat.”
“Tidak apa-apa. Lagipula selama mencari kita juga bersenang-senang. Maksudku, seperti melihat taman bermain itu.” Ichimiya kembali melihat ke tempat yang sama.
“Terlihat menakjubkan ya.”
Sebenarnya Ichimiya melihat taman itu karena dia merasa ada yang aneh. Dia merasa seperti sedang diawasi sekarang ini. Sejak beberapa waktu yang lalu, setelah melewati jembatan pemisah, udara yang dirasakannya berubah. Ichimiya yakin saat ini ada seseorang yang sedang melihat mereka dari kejauhan. Karena itu dia mulai waspada dan berhati-hati. Dia juga tidak boleh melibatkan Rin dalam bahaya.
“Aneh, padahal aku sudah mencetak lokasi toko itu. Seharusnya tidak jauh dari-”
Bruk! Karena terlalu ramai, Rin tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita yang sedang berjalan. “Maaf. Aku tidak melihat jalan tadi,” kata wanita itu.
“Rin, kau tidak apa-apa?” Ichimiya segera membantu Rin berdiri.
“Maaf. Aku juga salah tadi. Aku minta maaf.” Mereka berdua saling membungkuk. Lalu beberapa saat kemudian Rin ingat dengan kertas lokasi toko yang dibawanya, “Kertasku,” paniknya. Mereka bertiga menuduk mencari.
“Oh, apakah ini?” Wanita itu memungut secarik kertas di dekat kakinya. Dia mengulurkannya pada Ichimiya karena dia yang paling dekat dengannya.
“Terima kasih banyak. Maaf merepotkan,” Ichimiya menunduk lalu meraih kertas itu. Namun wanita itu segera maju dan menarik tangan Ichimiya, meletakkan kertas itu ke telapak tangannya. Deg! Tubuh Ichimiya menegang.
“Lain kali berhati-hatilah,” bisik wanita itu di telinganya. Sambil berlalu dan sedikit membenturkan bahunya ke bahu Ichimiya, wanita itu mengangguk pada Rin dan akhirnya pergi.
“Ichimiya, maaf ya. Aku jadi merepotkanmu.”
“Ah, tidak… Itu..” gelagat Ichimiya jadi aneh. Tubuh Ichimiya masih bisa merasakannya. Aura dari wanita tadi. Aura membunuh yang sesaat dirasakannya masih terasa jelas. Wanita itu memang telah menghilang dalam kerumunan, tapi dia masih berada di sekitar mereka. Ichimiya punya firasat jika dialah yang mengawasinya sejak awal.
“Ayo kita pulang. Kau pasti sudah lelah,” ajak Rin.
“Hmm. Ayo kita segera pulang.” Ichimiya tersenyum canggung. Dia senang karena Rin memutuskan untuk pergi. Mereka bisa segera keluar dari tempat berbahaya ini.
Begitu Ichimiya melangkahkan kakinya seseorang memeluknya dari belakang. “Mi-chaaan!”. Seorang laki-laki.
***
Sudah lewat jam makan malam. Namun rumah di hadapan Ao tidak ada tanda-tanda pemiliknya sudah pulang. Padahal dia sengaja menunggu karena ingin mengajak Ichimiya makan malam di luar. Seharusnya memang dia memberitahu gadis itu jika dirinya akan berkunjung.
“Apa boleh buat.” Setelah melirik jam di pergelangan tangannya, Ao merogoh saku dan mengambil sebuah kunci. Dia berjalan melewati pagar dan menuju pintu depan. Begitu kunci diputar dan pintu terbuka, pemandangan pertama yang Ao lihat adalah ruangan yang gelap. Namun begitu menyalakan lampu, dirinya dibuat terkejut setelah menyisir seluruh ruangan yang ada. Ao menepuk dahinya. “Kenapa bisa seperti ini,” gumamnya.
Diperhatikan dari manapun, semua tampak berantakan. Dapurnya penuh dengan sampah plastik sisa makanan cepat saji. Ruang tamunya dipenuhi oleh kertas dan buku. Meja makan juga penuh tumpukan piring dan gelas kotor. Ao ingat saat dia mendapatkan kunci rumah Ichimiya dari Miyura.
“Tengoklah dia. Rumahnya pasti penuh kekacauan.” Sambil melempar kunci cadangan itu, Miyura mengatakan hal tersebut. Dan yang dimaksudnya adalah kekacauan yang sekarang dilihat oleh Ao. Dia heran kenapa bisa sampai separah ini dalam minggu pertama Ichimiya tinggal sendiri.
Tidak hanya lantai bawah yang Ao cek. Langkahnya kemudian bergerak ke lantai atas tempat kamar Ichimiya. Begitu memutar knop pintu, udara dingin berhembus perlahan dari dalam. Kamarnya tidak jauh berbeda dengan ruangan lainnya. Berantakan. Dan Ichimiya tidak menutup pintu balkon kamarnya.
“Hah..” Kembali Ao menghela napas. Kamar Ichimiya yang cukup luas tersebut penuh dengan pakaian. Banyak benda yang berserakan di lantai. “Pergi ke mana juga dia.” Kembali Ao melirik jam di tangannya. Karena tidak kunjung pulang dan merasa sedikit khawatir, Ao mencoba untuk menghubungi ponsel Ichimiya.
Tut.. Tut.. Tut… Tidak ada jawaban. Dia mencoba kembali dan hasilnya sama. Sayangnya Ao tidak punya gambaran akan pergi ke mana Ichimiya. Dia juga tidak punya nomor kenalan dari gadis itu. Sekali lagi Ao menekan nomor di ponselnya. Tut.. Tut.. Tut… Hasilnya sama saja.
“Ada di mana kau Ichi,” gelisah Ao. Dia punya firasat buruk sekarang.
***
Dia bersenandung. Sambil beberapa kali melambaikan tangan pada gadis-gadis yang dilewatinya. Wajahnya terus tersenyum membuat siapa saja ikut tersenyum saat disapanya. Pemuda itu berjalan dengan gembira menyusuri jalan taman yang dipenuhi oleh pengunjung. Di belakangnya, seorang gadis mengikuti dalam diam. Dia berjalan dalam jarak 1 meter dari pemuda itu.
“Ayolah. Ini jadi tidak menyenangkan,” ucap pemuda itu. Dia berbalik dan mendekati gadis yang diajaknya tadi. “Kita sedang kencan kan.”
“Aku tidak ingat jika ini kencan,” kata gadis itu—yang tak lain adalah Ichimiya. Dia menatap pemuda di hadapannya saat ini.
“Tenang saja. Aku sedang senang hari ini. Jadi Mi-chan juga harus senang. Lihat, ayo kita pergi ke tempat itu,” tunjuknya pada sebuah wahana permainan.
“Berhenti memanggilku seperti itu.”
“Mi-chan boleh memanggilku Kyou-kun kok.”
Ichimiya mengerutkan keningnya. Semakin lama dia memperhatikan pemuda itu dia jadi yakin akan sesuatu.
“Kau… Pemuda yang waktu itu kan,” ucap Ichimiya akhirnya. Dia ingat dengan tatapan mata pemuda itu. Dia dalah orang yang bersama Code: 005 di misi terakhirnya. Tatapan tenangnya juga iris matanya yang berwarna hijau itu.
“Senangnya kau ingat denganku. Padahal kita hanya bertemu selama sesaat.” Dia tersenyum. Masih senyum ramah yang dulu. “Jadi, bisa kita lanjutkan kencan kita.”
Malam semakin larut. Sudah berjam-jam Ichimiya berada di taman bermain yang tadi dilihatnya dari luar bersama Rin. Saat akan kembali pulang, sayang sekali Ichimiya harus terjebak bersama orang ini.
Dia memang berbeda. Aura yang dirasakan Ichimiya terhadapnya memang tidak sama seperti mereka yang mengawasinya sejak awal. Bahkan Ichimiya tidak sadar akan keberadaannya sampai Takumi Kyou—pemuda itu merangkulkan tangannya sambil bersikap sudah akrab dengannya.
“Kau tidak akan melakukan hal bodoh kan?”
“Aku tidak mau kencan pertama kita jadi berantakan. Aku.. sudah berjanji kan,” senyum Kyou meyakinkan.
Ide ceritanya boleh, saran aku coba ambil referensi dialog dan plotting ala western biar lebih greget
Comment on chapter Mission 3