Ichimiya membuka matanya. Dia duduk dengan kepala bertumpu di lutut kanan. Tubuh bagian bawahnya bisa merasakan dingin menembus kulit. Pendengarannya menangkap suara tetes air yang jatuh. Di beberapa titik terlihat riak air meluncur ke arahnya.
Kini dirinya tengah duduk manis di atas genangan air yang luas tak berujung. Menatap ke bawah, dia bisa melihat pantulan bayangan dirinya. Ichimiya termenung dalam kesunyian.
“Ayo kita bermain.”
Seperti tak asing. Suara yang seakan dirindukannya. Namun dia tidak melihat siapapun di sana.
Tap.. Tap.. Tap.. Suara langkah kaki yang menggema. Kembali riak air menuju tempatnya terdiam. Kali ini dari satu sisi. Ichimiya mengangkat wajahnya. Mengerjap beberapa kali saat menemukan sosok anak laki-laki berjalan ke arahnya.
Dia pernah melihatnya. Anak laki-laki yang berpakaian serba putih itu. Dia yang dulu menyebutnya pembunuh. Anak itu berjalan dengan tenang. Senyumnya masih sama seperti dulu. Terasa sedih dan dingin. Dia hanya berpura-pura tersenyum pada Ichimiya.
“Siapa?” Tangan Ichimiya meraihnya. Namun lewat begitu saja menembus tubuh anak itu.
“Menarilah.”
Ichimiya berbalik saat sosok anak kecil tersebut telah menembus tubuhnya. Lalu matanya menangkap sosok lain tidak jauh darinya.
Seorang anak kecil juga—perempuan dengan pakaian yang hampir sama. Anak itu berputar perlahan dan berjinjit. Kedua tangannya terlentang bebas. Sesekali anak itu melompat ringan. Lalu di depannya muncul sosok anak kecil yang lain. Namun hanya sesaat, lalu anak lain muncul dan hilang lagi setelah anak perempuan yang seperti menari itu melewatinya.
Tes.. Tes.. Tes..
Kembai suara air menetes di sekelilingnya. Kali ini ada yang berbeda dari riak air yang mendekatinya. Riak itu membawa warna merah pada air bening di bawah Ichimiya. Merah yang pekat. Membuat pantulan bayangan Ichimiya berwarna merah kelam.
“Ah, membosankan.”
Anak laki-laki itu kembali muncul. Duduk berjongkok menyangga dagu dengan kedua tangannya. Ichimiya yang tadinya termangu kini membelalakkan mata amat terkejut. Karena kemunculan anak itu persis di hadapannya. Seolah anak itu tengah berbicara pada Ichimiya.
Mata mereka saling menatap. Ichimiya seperti terhipnotis oleh mata sayu anak laki-laki di depannya. Semakin dalam Ichimiya menatap iris berwarna perak itu dia seperti merasakan kepedihan yang amat menyakitkan.
Kembali dingin merasuki tubuh bagian bawahnya. Genangan air yang menjadi genangan darah itu perlahan naik. Ichimiya bergeming. Tenggelam ke dasar lautan darah seorang diri. Senyum anak laki-laki tadi terbayang di benaknya. Begitu dingin. Seperti menyeret tubuhnya menuju tempat terdalam dan tidak membiarkan dirinya untuk keluar.
Tring…
***
“Mi-chan… oiii…”
Ichimiya membuka matanya. Samar-samar dia melihat Kyou dalam posisi membungkuk. Ichimiya menatap lurus ke atas dalam posisi tidur terlentang di teras samping. Wajah mereka saling berhadapan cukup lama karena sepertinya Ichimiya belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.
Semalam ada misi dari Distrik 3. Ao dan Ichimiya meninggalkan rumah setelah petang sepenuhnya datang. Meningglkan Kyou sendirian di rumah.
Misi kali ini berjalan sangat lancar tanpa bantuan Ichimiya ataupun Azura. Karena anak yang mereka bawa sudah dalam keadaan tidak bisa melawan. Meski begitu baru subuh tadi mereka berdua kembali ke rumah.
Beberapa kali mereka menjalankan misi saat libur musim panas. Setiap kali kembali, ada rasa senang begitu mengetahui Kyou masih berada di rumahnya. Kali ini juga begitu. Saat Ichimiya pulang dalam keadaan lelah tidak seperti biasanya, senyum Kyou yang menyambutnya dari lantai atas membuat Ichimiya kembali bersemangat.
“Kau benar tidak apa-apa?” Tanya Kyou.
Kini mereka berdua sudah duduk bersebelahan di teras. Ichimiya masih terlihat kelelahan.
“Aku tidak apa-apa. Sungguh,” ucap Ichimiya tanpa menoleh. Tatapannya terfokus pada bunga matahari di depannya. Separuh halaman terpapar sinar matahari membuat bunga itu terlihat terang dari tempat Ichimiya duduk. “Matamu.. memiliki warna yang cantik.” Kembali Ichimiya berucap dan masih tak menatap Kyou di samping kirinya. “Seperti langit senja. Hangat,” lanjutnya.
Kyou terperagah. Dia segera menutup mata kirinya dengan sebelah tangan. Kemudian dia ikut menatap bunga matahari di halaman.
“Ini… milik adik perempuanku,” ungkap Kyou. Ichimiya berkedip sekali lalu menoleh. “Setelah kami dipisahkan mereka melakukan sesuatu padaku beberapa kali. Dan suatu hari setelah terbangun, aku merasakan ada yang aneh dengan mata kiriku. Aku baru menyadarinya setelah dipertemukan kembali dengan adik perempuanku setelahnya. Dia bilang “syukurlah itu terlihat indah pada kakak” dengan wajah ceria. Lalu aku berpikir, apakah ini benar-benar bagus? Bagaimana adikku melihatku saat itu? Karena setelah kalimat itu terucap aku tidak pernah bertemu kembali dengannya.” Kyou tertawa kecut.
“Maaf. Aku sungguh tidak ingat apapun tentang Distrik 1.”
“Ah, aku tau.” Kyou terkekeh. “Aku tidak terlalu suka menunjukkan mataku ini. Tapi selama di sini tanpa sadar aku selalu menunjukkannya.”
“Menurutku itu indah. Bukan hanya milik adikmu, tapi juga milikmu. Aku melihat ketenangan selalu terpancar dari matamu itu.”
“Hahahaha…” Kyou tertawa pelan. “Mi-chan kau memang orang yang menarik. Aku suka itu. Sebenarnya aku mempunyai 2 kemampuan khusus.” Kyou memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Ichimiya membuka mata lebar merasa penasaran. “Kemampuan adikku adalah ilusi. Dan ternyata mata ini memberiku kemampuan tersebut.” Kyou memejamkan mata kanannya. “Lalu kau ingat jika aku dipanggil Pria Pemecah Kenangan. Itu karena kemampuan asliku adalah menelusuri ingatan masa lalu seseorang,” jelas Kyou.
Ichimiya memiringkan kepalanya, “Aku tidak begitu mengerti.”
Kyou menutup mata kirinya. “Aku punya kemampuan untuk melihat masa lalu mereka. Mencari informasi ataupun sesuatu yang sudah terlupakan. Seperti aku sendiri adalah ingatan itu.” Ichimiya tersenyum diam. Kyou menghela napas panjang karena tau jika Ichimiya masih tidak paham. “Misalnya kau lupa sesuatu dalam seminggu ini. Dengan kekuatanku aku bisa mengembalikan ingatanmu dalam kurun seminggu terakhir.”
“Jadi saat aku lupa apa yang aku lakukan di hari senin sore. Dengan kekuatanmu aku bisa mengingat kembali apa yang terjadi di hari itu?”
“Bukan hanya senin sore. Tapi apa yang kau lakukan di hari senin itu kau bisa mengingatnya kembali dengan jelas. Seperti menonton film yang diulang-ulang.”
“Kalau begitu coba lakukan padaku. Aku ingin mengingat kembali apa saja yang aku lakukan saat bersama Rin di hari minggu kemarin.”
“Yah, itu tidak semudah yang kau pikirkan. Sebenarnya selain kau bisa mengingat kembali apa yang sudah berlalu dan terlupakan. Aku sendiri juga bisa melihat semua kenanganmu itu. Karena itu aku bilang mencari informasi. Walaupun kau tidak menceritakan apa yang sudah kau ingat. Sebenarnya aku sendiri sudah tau semua ingatanmu waktu itu.”
“Jadi seperti aku membagikan ingatanku padamu?”
“Itu benar.” Kyou mengangguk-angguk. “Masalahnya banyak hal yang seseorang lakukan setiap harinya. Hmm, kau tau juga kan jika ada yang namanya privasi. Pasti kita juga tidak ingin seseorang melihat sesuatu yang memalukan dari diri kita, jadi… yah, aku sendiri juga tidak suka menggunakan kekuatanku ini sebenarnya. Aku juga tidak ingin memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi seperti…” Kyou terdiam.
“Seperti?” Ichimiya menatapnya penasaran.
“Sebenarnya cara kerja saat aku menelusuri ingatan seseorang adalah dengan pegelihatan orang itu. Jadi apa yang orang itu lihat maka ingatan itu yang akan aku lihat juga. Jadi seperti saat Mi-chan-”
Bruk! Sebuah ember kayu mendarat di atas kepala Kyou. Seketika ucapannya terhenti karena kepalanya berdenyut dan pandangannya terhalangi.
“Ichi, aku tadi membeli semangka. Ayo kita makan bersama.” Ao tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka berdua. Dari nada bicaranya dia pasti kesal.
Ichimiya hanya menahan tawa lalu berkata, “Aku akan membuat minuman.” Dia pun beranjak dari tempat duduknya. Ao memperhatikannya sampai sosok gadis itu menghilang berbelok ke dapur.
“Ah benar juga. Minggu kemarin Mi-chan pergi ke rumah temannya ya. Siapa tadi? Rin? Oh kurasa gadis yang waktu itu.” Dengan lesu Kyou menaruh ember ke halaman. “Sayang sekali,” kecewanya.
Ao tambah kesal. “Cepat isi ember itu dengan air. Dasar tukang numpang,” bentaknya.
Dan seperti biasa. Gertakan Ao ataupun peringatan darinya tidak akan membuat Kyou takut. Pemuda itu malah akan semakin mempermainkan dirinya.
“Aoi-chan, tidak baik melempar ember pada orang. Ck.. ck.. ck..” Kyou berlagak menasehati. Dia menyilangkan kedua tangannya dan menggeleng pelan.
“Mau kulempar pakai semangka ini?” Ao mengangkat semangka yang sejak tadi dipegangnya. Kyou sedikit tersentak melihat Ao amat sangat kesal saat ini. Tapi tidak pernah ada rasa bersalah atau jera padanya.
***
Ichimiya tertunduk di depan wastafel dapur. Seperti hari sebelumnya dia akan terdiam beberapa saat, lalu membuka laci pantry. Dia memang sengaja menaruhnya di tempat itu. Obat yang selalu diminumnya kini tersisa 2 butir pil saja.
Dengan sekali telan obat itu meluncur turun ke tenggorokannya bersama air yang diminum Ichimiya. Dia mendesah pelan.
Sudah berapa kali dia melihat mimpi buruk di sepanjang malamnya? Sampai kapan semua ini berlanjut? Obat pemberian dari Miyura hanya membuatnya lebih tenang. Namun tidak membantu setiap kali dia terlelap. Ichimiya merasa lelah. Mungkin selama ini dia bisa bertahan karena obat tersebut. Dan sekarang obat itu sudah habis.
“Aku harus menemui Miyura,” gumamnya.
Terdengar suara Ao dari halaman samping yang berteriak memarahi Kyou. Mereka memang belum sepenuhnya akur ternyata. Dan Kyou senang sekali menggoda Ao membuat pemuda itu kesal setengah mati. Tapi ada kalanya Ao juga memilih mengalah.
Ichimiya jadi ingat jika dia harus membuat minuman. Karena cuaca yang panas, dia menambahkan banyak es batu dalam gelas. Tidak lupa membawa piring juga pisau untuk membelah semangkanya nanti.
Setelah lebih tenang Ichimiya kembali menuju teras ke tempat Ao juga Kyou berada. Masih terdengar suara Ao yang kesal.
Tring….
Saat mendekati meja makan, Ichimiya kembali terdiam. Dia melihat Ao dan Kyou yang sedang berdebat. Mereka terlihat akur di mata Ichimiya saat ini.
Tring…
Angin berhembus masuk. Ichimiya masih termangu di tempat. Rasanya dia baru saja ingat sesuatu yang penting. Kapan terakhir kali dirinya merasakan sesansi ini? Melihat dua orang di hadapannya itu membuatnya merasa lebih tenang. Jika diingat kembali, apa yang selalu dilakukannya jika hari minggu tiba? Ichimiya tidak ingat. Bagaimana biasanya dia menghabiskan waktu luangnya? Dia juga tidak ingat. Semua itu tidak penting lagi. Karena yang dia ingat adalah hari ini.
Hari ini adalah hari liburnya. Dia punya banyak waktu luang. Dia sekarang berada di rumah bersama dua orang yang entah kapan bisa akurnya. Bersama dua orang yang membuat rumahnya akhir-akhir ini jadi berisik. Berada di antara orang yang ingin melindunginya. Senantiasa menjaga dan merawatnya. Juga berada di antara orang yang selalu membuatnya tenang juga ceria. Sosok yang bisa diajaknya bercanda setiap saat.
Ichimiya merasa jika hari ini adalah hari yang akan selalu diingatnya. Karena setelah sekian lama dia merasa bahwa kesendiriannya berakhir mulai hari ini.
Tring…
“Aoi-chan, tidak baik melempar ember pada orang. Ck.. ck.. ck..”
“Mau kulempar pakai semangka ini?”
“Hufttt… Hahahaha….”
Ichimiya sudah tidak tahan saat mendengar Kyou memanggil dengan akhiran –chan. Terlebih hal itu membuatnya ingat pada Kurumi yang juga memanggil siapapun dengan akhiran yang sama. Terdengar lucu saat melihat Ao dengan wajah kesal dipanggil dengan nama depannya yang imut. Ichimiya tidak bisa berhenti tertawa.
***
“Ah… aku kenyang.” Ichimiya mendesah pelan.
“Mi-chan geser sedikit.” Kyou memasukkan kakinya ke dalam ember yang berisi air sisa meremdam semangka. Ichimiya yang sudah duluan merendam kakinya sedikit beringsut membiarkan Kyou merendam kakinya juga. Rasa nikmat dan sejuk merembes naik dari kaki mereka.
Tring…
Ichimiya mendongak. Dia mendegar benda itu sejak pagi namun tak tau benda apakah yang menggantung di teras rumahnya. Bunyi gemerincingnya saat tertiup angin.
“Hei, sebenarnya itu apa?” Tanya Ichimiya akhirnya.
Ao dan Kyou menoleh bersamaan.
“Itu furin. Aku membelinya. Mi-chan belum pernah lihat ya?” Kyou menggigit irisan semangka ketiganya. Semangka itu dengan cepat dilahapnya. Begitu akan mengambil irisan keempatnya, tiba-tiba tangan Ao bergerak cepat menggeser nampan.
“Kau terlalu banyak makan,” sergahnya. Ao menarik nampan penuh semangka itu ke dekatnya.
Dari sisi belakang Ichimiya mereka berdua saling tatap dalam. Sementara Ichimiya yang posisinya duduk di antara mereka masih memperhatikan furin yang digantung Kyou.
Benda itu berkilau karena terbuat dari kaca bening. Berbentuk bulat dengan gambar 3 ikan koi berwarna merah terang. Saat bergerak diterpa angin, suaranya seakan membisikkan ketenangan untuk Ichimiya. Dia seperti pernah mendengar suara serupa sebelumnya.
Tring…
“Berikan satu lagi untukku. Lagipula makan siang masih lama,” gerutu Kyou.
“Tidak. Ini bagian Ichi.” Ao menampik tangan Kyou saat pemuda itu mencoba meraih nampan.
“Seharusnya tadi kita memukulnya agar lebih enak.” Kyou mengalah. Dia mendengus kesal.
Ichimiya terkekeh lalu tertawa tiba-tiba. Kyou dan Ao memperhatikan gadis yang duduk di tengah itu.
“Ini musim panas yang menyenangkan,” ucap Ichimiya sambil menahan tawa. Lalu kedua tangannya meraih lengan kedua pemuda itu dan menariknya mendekat. “Musim panas selanjutnya, ayo kita main pukul semangka.”
Dengan seyum bahagianya Ichimiya mengatakan hal itu. Kedua pemuda itu membelalakkan mata lantas tersenyum, menangguk memberi jawaban.
“Tentu saja,” jawab Kyou dengan senyum nakal khasnya.
“Hemm, pasti,” Ao tersenyum hangat menanggapi.
Furin = Lonceng angin. Terbuat dari kaca ini biasa digantung di beranda rumah dan bisa mengeluarkan bunyi nyaring saat tertiup angin.
Ide ceritanya boleh, saran aku coba ambil referensi dialog dan plotting ala western biar lebih greget
Comment on chapter Mission 3