Loading...
Logo TinLit
Read Story - Code: Scarlet
MENU
About Us  

Ichimiya melahap roti bakar terakhirnya di piring. Kedua kakinya berayun ringan sembari memperhatikan Ao yang sedang merapikan buku di almari dekat meja makan. Gadis itu kemudian meneguk cokelat panas yang sudah disiapkan Ao berserta roti tadi sebagai sarapan.

 “Gochisousama,” ucap Ichimiya.

“Hari ini kau ada janjikan?” Ao beralih membereskan meja makan. Ichimiya mengangguk memberi jawaban lantas menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

Hari ini Ichimiya akan pergi ke perpustakaan bersama teman-temannya untuk mengerjakan tugas musim panas. Kurang beberapa hari lagi liburan mereka usai. Ichimiya maupun Ao akan kembali menjalani aktivitas sekolahnya.

Sementara Ichimiya menunggu jam berlalu, Ao sudah selesai mencuci piring. Pemuda itu kemudian membawa kotak P3K ke teras samping di mana Kyou sudah duduk duluan di sana.

Ichimiya menolehkan kepalanya—masih dalam keadaan di atas meja—memperhatikan Ao yang mulai memosisikan diri duduk di sebelah Kyou. Dengan pelan Kyou menyingsingkan lengan baju kirinya. Perban yang melilit lukanya mulai dilepas.

Kedua alis Ao saling bertautan. Dia heran dengan luka yang tak kunjung sembuh itu. Masih terlihat memerah seperti luka baru. Dia semakin penasaran setiap kali membantu mengobati luka di lengan kiri Kyou.

“Sebenarnya luka akibat apa ini?” Ao mengambil perban. Setelah melilitkannya sebentar dia menyerahkan sisa kain itu pada Kyou.

Kyou tau jika Ao masih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya. Tangannya kembali melilitkan perban melanjutkan pekerjaan Ao tadi.

“Itu racunkan?” sahut Ichimiya. Dia menyilangkan kedua tangan di atas meja. Ao juga Kyou mendongak.

“Ichi, sudah waktunya,” ucap Ao sambil menunjuk jam di pergelangan tangannya.

“Gawat. Aku tidak ingin mereka menungguku.” Ichimiya bergegas. Dia meraih tas di kursi sebelahnya lalu menghambur keluar. “Itekimasu,” teriaknya sebelum pintu tertutup rapat.

Kini rumah itu hanya berisikan Ao dan Kyou. Suasana jadi hening karena mereka berdua belum juga akur. Dan ini pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama tanpa sosok Ichimiya yang kadang bertindak sebagai penengah.

Kyou terdiam memandangi bunga matahari di halaman. Sementara Ao yang duduk tak jauh di belakangnya menatap ke arah meja makan di mana Ichimiya sudah tak lagi di sana. Jam di ruang tamu berdetak keras. Suara kipas angin di sudut ruangan terdengar sampai keluar. Terlalu tenang di antara mereka sampai suasana terasa tegang.

“Hah,” Ao menghela napas panjang. Dia bersingsut sedikit memandangi Kyou yang duduk memunggunginya. “Bukan sesuatu yang anehkan jika aku butuh informasi?”

Beberapa menit berlalu sejak Ao berucap. “Ichimiya itu gadis yang baik ya,” kata Kyou akhirnya. Dia mendongak menatap langit biru yang tanpa awan putih sedikitpun.  “Sampai mana dia bercerita tentangku?”

“Sampai kau menolongnya di dekat jembatan dan membawamu ke sini,” dengus Ao.

Beberapa malam sebelumnya Ichimiya banyak bercerita tentang dirinya. Tentang sekolah dan teman-teman barunya. Tentang misi yang mereka jalani sejak gadis itu bebas. Dan juga tentang mimpi yang sering dilihatnya. Dia juga bercerita bagaimana Kyou menolongnya dan bagaimana pemuda itu bisa berakhir di rumah ini.

Ao mendengarkan. Menanggapi setiap cerita yang Ichimiya katakan padanya. Ada kalanya Ao begitu lega saat mendengar Ichimiya bercerita dengan penuh semangat. Senyum bahagianya menjadikan Ichimiya tampak lebih hidup. Ao sempat berpikir jika keputusan yang bagus membiarkan gadis itu sedikit bebas. Ichimiya seperti telah menemukan hidupnya yang dulu hilang.

Namun selain itu Ao juga merasakan kekhawatiran. Mimpi yang selalu dialami Ichimiya besar kemungkin itu adalah ingatan masa lalunya. Saat Miyura menemuinya terkahir kali, wanita itu juga mengatakan jika ingatan Ichimiya bisa kembali kapan saja. Hanya menunggu waktu atau mungkin pemicu. 

Sejak misi bersama Azura malam itu, Ichimiya sering melihat mimpi yang serupa. Dan Ao mungkin bisa menebak-nebak apa pemicunya.

Semua benda. Semua hal yang masih bisa tubuhnya ingat. Semua bisa mengembalikan ingatan Ichimiya dalam sekejap. Sayangnya Ao tidak tau pasti tentang apa itu.

“Apa kau-” kata-katanya terpotong. Ao menahan pertanyaannya. Sejak dulu ingin sekali dia bertanya tentang hal ini. Namun sangat sulit untuk menanyakannya pada orang lain. Dan sekarang ini adalah kesempatannya. “Apa kau pernah bertemu Ichimiya saat berada di Distrik 1?”

Jantung Ao berdetak kencang. Dadanya terasa berat. Pertanyaan yang sudah lama ingin dia tanyakan pada anak dari Distrik 1.

Kyo menoleh. Dia tersenyum. Dari senyumnya tersamar sebuah kesedihan. “Saat di sana kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Dipisahkan, dimasukkan dalam lab yang berbeda. Satu persatu dari kami dibawa ke suatu ruangaan.” Kyou menatap telapak tangannya. Dia masih ingat bagaimana dirinya diperlakukan di Distrik 1. “Aku ingat jelas ruang itu. Lalu mereka yang mencoba untuk membuatku tak sadarkan diri.” Tatapannya berubah kosong. “Lampu yang begitu terang. Suara tangisan anak-anak yang lain karena ketakutan. Benar juga, dulu kukira mereka akan menyembuhkanku, tetapi….” Kyou tersenyum lebar menatap tangannya yang mulai gemetar. “Aku.. masih ingat rasa sakitnya…”

“Kyou..” Kyou menoleh. Dia melihat Ao menepuk bahunya pelan. Melihat tatapan Ao yang menatapnya khawatir, Kyou mulai tersadar. Segera dia menghadap samping dan merebahkan tubuhnya di lantai teras. Kembali dia memunggungi Ao.

“Aku.. terpisah dari adikku di sana,” lanjutnya pelan.

Ao tertunduk merasa bersalah. “Maaf.”

Inilah yang ditakutkan olehnya. Semua yang mereka ingat besar kemungkinan hanyalah rasa takut yang tak kunjung usai. Dan yang terjadi pada Ichimiya pastilah sama.

“Tapi, aku tidak pernah bertemu dengan Ichimiya di sana,” ungkap Kyou.

“Begitu ya. Terima kasih. Dan aku minta maaf, sungguh.”

Tidak ada tanggapan. Kembali suasana hening. Ao masih merasa bersalah. Dalam hati dia merutuki dirinya. Seharusnya pertanyaan itu selamanya dia pendam. Seharusnya dia tau jawaban apa yang akan dia dapat. Masa lalu mereka semua hanya penuh penderitaan.

***

Pintu kulkas terbuka lebar. Ao berdiri sambil memegang secarik kertas. Dia sedang berpikir untuk pergi berbelanja.

Inginnya sehari sebelum dia kembali ke Distrik 3 sekalian membeli kebutuhan Ichimiya juga. Namun hari ini ternyata persediaan mereka menipis dan mungkin tidak akan cukup sampai makan malam besok.

Setelah mencatat apa yang perlu dibeli, Ao mengambil dompetnya di kamar. Saat menuruni tangga dia melihat Kyou tengah duduk di sofa sambil membaca buku.

Ao berlalu begitu saja. Setelah memakai sepatu dan membuka pintu, Ao tehenti. Dia merasakan suasana rumah yang amat sepi seperti tak berpenghuni. Lalu dia ingat Ichimiya yang tinggal sendirian. Kemudian sosok Kyou telintas di benaknya. Tentang hari-hari yang mereka lewati bersama di rumah ini. Tentang tadi pagi dan cerita menyakitkan itu.

Pintu kembali tertutup. Ao kembali masuk ke dalam dan melihat Kyou yang masih membaca sendiri.

“Hei, temani aku berbelanja,” ucap Ao sedikit keras.

Kyou menoleh. “Kenapa? Kau bisa belanja sendiri kan?” tanggap Kyou seperti biasa. Cuek pada Ao.

“Aku perlu membeli kebutuhan yang lain. Cepat bersiap atau tidak ada makan malam untukmu,” ancam Ao.

Kyou mendengus. Menutup buku dan mengambil jaketnya di lantai atas. Dia berjalan turun dengan malas menuju pintu.

“Benar tidak apa-apa? Kau menyuruhku untuk tidak keluar rumah bukan? Bukankan akan gawat jika mereka tau aku di sini?”

“Tidak. Kau juga perlu keluar rumah. Setidaknya itu lebih baik dari pada menunggu sendiri di sini,” ucap Ao. Dia kembali memakai sepatunya dan keluar rumah duluan.

“Aku tidak pernah mengerti dengan pemikiranmu,” dengus Kyou.

***

“Ini benar-benar banyak. Apa yang akan kau masak dengan bahan sebanyak ini?” Kyou termangu di depan pintu supermarket. Kedua tangannya penuh dengan kantung belanjaan. Ada 4 kantung besar yang dibawanya. Dan terasa berat juga.

Sementara Ao masih melihat daftar kecil di tanganya. Pemuda itu berpikir keras seperti melupakan sesuatu.

“Ah, aku ingat. Bisakah kau tunggu di taman situ. Aku akan segera kembali.” Ao berlari meninggalkan Kyou sendirian.

“Hei! Setidaknya bantu aku membawa semua ini!”

Ao sudah terlanjur pergi dan tidak mendengar teriakan Kyou.

Dengan susah payah dia berjalan ke taman kecil dekat supermarket. Ditaruhnya 4 kantung belanjaan itu di kursi taman. Kyou menggerakkan tangan kirinya. Masih terasa nyeri sesekali, tapi rasanya dia sudah tidak apa-apa.

Kyou menatap langit. Langit yang tadinya cerah kini dipenuhi awan kelabu di beberapa titik.

“Hujan kah?”

Menjelang pergantian musim, hujan yang tiba-tiba turun biasa terjadi. Bahkan di musim panas sekalipun.

Mengingat jika musim panas akan berakhir membuat Kyou berpikir untuk segera pergi dari rumah Ichimiya. Dia memang tidak bisa menetap di sana. Dan lagi sudah kesepakatannya dengan Ao jika dirinya hanya tinggal sampai lukanya sembuh.

Ada perasaan senang saat mereka memperbolahkannya tinggal sementara.

“Hah, aku pasti akan merindukan tempat itu,” gumam Kyou. Dia bersandar ke pohon dekat tempat duduknya.

Selama ini dirinya selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Kyou bebas pergi ke manapun dia suka. Bahkan di tempat Zero dia hanya sebatas mampir saja. Tidak pernah ada tempat yang benar-benar bisa dikatakan tempatnya pulang.

Memang begitulah hidupnya setelah keluar dari Distrik 1. Setidaknya kehidupannya sekarang lebih baik dari dulu.

“Kyou, jangan melamun saja.” Ao datang dengan 2 kantung belanjaan lagi.

“Dari mana saja kau?”

“Pusat perbelanjaan di dekat stasiun.” Ao mengambil sesuatu dari salah satu kantung belanjaannya. “Ini makanlah. Masih lama sampai jam makan malam.”

Ao menyodorkan taiyaki yang masih hangat. Dia juga memakan taiyaki bagiannya.

“Bukankah tempat itu jauh dari sini?” Kyou meraih taiyaki-nya. “Tapi cepat sekali kau sampai.”

“Hmm, kau tidak lihat aku tadi berlari. Lagipula kau akan menunggu lama nanti. Lihat, akan turun hujan. Aku tidak suka cuaca seperti ini.”

Ao mengambil 2 kantung belanjaan yang tadi dibawa Kyou. Kedua tangannya sekarang membawa 4 kantung penuh bahan makanan juga keperluan di rumah. Kembali dia menatap langit yang berwarna kelabu di semua penjuru.

“Ayo kita pulang. Aku tidak mau kehujanan.” Ao berjalan memimpin.

Kyou termangu di tempat. Masih memegang taiyaki miliknya. Pemuda itu menatap Ao dalam diam.

“Pulang?” ucapnya lirih. Namun Ao bisa mendengarnya.

“Ya, ayo kita pulang ke rumah.” Ao berbalik, menatap Kyou dengan yakin. “Cepatlah. Aku tidak mau menunggumu berlama-lama melamnun di situ.”

Sudut bibir Kyou terangkat. “Aku juga tidak mau kehujanan.” Segera dia meraih 2 kantung belanjaan yang tersisa dan berlari menyusul Ao.

Dalam perjalanan pulangnya dia memakan taiyaki dengan senang. Kyou belum pernah merasakan taiyaki seenak ini sebelumnya. Dia melirik Ao yang berjalan di sebelahnya. Ao mengerutkan keningnya seperti memkirkan sesuatu.

“Aku penasaran. Apa Ichi bisa memasak sendiri ya?” gumam Ao.

“Kau terlalu memanjakannya,” tanggap Kyou.

“Mungkin benar.”

Kyou kembali tersenyum. “Terima kasih,” ucap Kyou tiba-tiba.

Ao menoleh. Mendapati ekspresi Kyou berbeda dari biasanya. Pemuda itu lebih ceria meski senyum nakalnya masih ada.

Ucapan terima kasih barusan tidak dijawab Ao ataupun dipertanyakan.

Ao berpikir jika hubungan mereka saat ini jadi lebih baik.

***

Kyou membukakan pintu untuk Ao yang tangannya penuh belanjaan. Saat melepas sepatu, Ao bisa melihat sepatu milik Ichimiya dilepas asal-asalan. Gadis itu pulang lebih dulu dari mereka.

Tadaima,” ucap Ao.

Ichimiya menyebulkan kepalanya dari arah dapur. Dia menghambur meenyambut Ao yang berdiri di depan pintu.

Okaeri, Ao,” sambut Ichimiya dengan senyum. Dia membantu Ao membawa belanjaannya.

“Aku belikan taiyaki untukmu.”

“Terima kasih.” Senyum Ichimiya senang. Lalu dia melirik Kyou yang termangu di depan pintu.

Melihat Ichimiya dan Ao yang begitu akrab seperti keluarga membuat Kyou bertanya-tanya. Bolehkan dirinya ikut brgabung dalam senyum hangat itu? Bisakahn dirinya menjadi bagian keluarga kecil ini?

Di saat dia melihat Ichimiya melihatnya heran, Ao malah melihatnya tenang. Dari tatapannya terpancar kepercayaan dan memberikan Kyou sedikit keyakinan. Kyou merasa Ao sudah menerimanya. Tatapan yang ditunjukkannya bukan lagi memancarkan kebencian dan permusuhan.

Kyou tidak pernah membayangkan akan pulang ke sebuah rumah yang hangat. Berdiri di depan pintu lantas mengucapakan kata itu.

Ta-tadaima..” ucapnya pelan. Tatapanya masih tertuju pada dua orang di hadapannya.

Ichimiya yang tadi merasa heran kini tersenyum kepadanya. “Okaeri, Kyou-kun.”

Okaeri. Mau sampai kapan kau berdiri di situ?” Begitupun Ao yang menyambutnya dengan senyuman.  

Air di sudut mata Kyou sampai hampir menetes. Dia yakin jika dirinya akan benar-benar merindukan tempat ini. Walau hanya sebentar, setidaknya dia bisa merasakan menjadi bagian keluarga kecil Ichimiya juga Ao.

 

Gochisousama = menunjukkan rasa menghargai/menghormati dan rasa terima kasih. Biasanya diucapkan setelah makan.

Itekimasu = aku berangkat

Tadaima = aku pulang

Okaeri = selamat datang kembali

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • Ardhio_Prantoko

    Ide ceritanya boleh, saran aku coba ambil referensi dialog dan plotting ala western biar lebih greget

    Comment on chapter Mission 3
  • yulianaselfia97

    @dede_pratiwi thanks ya kak dah mampir

    Comment on chapter Mission 15
  • yulianaselfia97

    @yurriansan hmpir sama dibagina pertama

    Comment on chapter Mission 15
  • yurriansan

    Chapter 1 dan chapter 15, sma ya crtanya?

    Comment on chapter Mission 1
  • dede_pratiwi

    sukaa ceritanya kaya lagi nonton anime...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    @Kang_Isa makasih ya udah mampir baca :)

    Comment on chapter Mission 4
  • Kang_Isa

    Waw! Ceritanya menarik sekali, seakan nonton anime. Bagus, lebih berani lagi penyampaian ceritanya. Setuju dengan komen sebelumnya, biar tambah greget rasa Action-nya. Good luck, ya.

    Comment on chapter Mission 4
  • yulianaselfia97

    Makasih udah mampir :)
    Makasih jga saran n kritiknya

    Comment on chapter Mission 1
  • RaniRstar

    Saya suka idenya. Tapi ... penyampaiannya kurang gereget. Ini cerita action jangan penyampaianannya ala sinetron. Harus lebih berani lagi. Semangat and good luck.

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    Thanks sarannya :)

    Comment on chapter Mission 2
Similar Tags
Premium
KLIPING
13327      1761     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
OF THE STRANGE
1109      607     2     
Science Fiction
ALSO IN WATTPAD @ROSEGOLDFAE with better graphics & aesthetics! Comment if you want this story in Indonesian New York, 1956 A series of mysterious disappearance baffled the nation. From politicians to socialites, all disappeared and came back in three days with no recollection of what happened during their time away. Though, they all swore something attacked them. Something invisible...
Frasa Berasa
66739      7414     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Dibawah Langit Senja
1634      953     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Laci Meja
499      337     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Bukan kepribadian ganda
9611      1862     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
TRAUMA
125      110     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
Aku Istri Rahasia Suamiku
13209      2538     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Senja Belum Berlalu
4133      1456     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
FaraDigma
1331      665     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...